Ilmu sejati bukan hanya tahu kebaikan dan keburukan, tetapi mengamalkannya. hadits ini membahas pentingnya menerapkan ilmu dalam hidup.
🔸Redaksi Hadits🔸
قال ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﻴﻴﻨﺔ : « ﻟﻴﺲ اﻟﻌﺎﻟﻢ اﻟﺬﻱ ﻳﻌﺮﻑ اﻟﺨﻴﺮ ﻭاﻟﺸﺮ , ﺇﻧﻤﺎ اﻟﻌﺎﻟﻢ اﻟﺬﻱ ﻳﻌﺮﻑ اﻟﺨﻴﺮ ﻓﻴﺘﺒﻌﻪ , ﻭﻳﻌﺮﻑ اﻟﺸﺮ ﻓﻴﺠﺘﻨﺒﻪ »
Sufyan bin Uyainah berkata, "Orang yang berilmu bukan yang sekadar tahu kebaikan dan keburukan. Tetapi, orang yang berilmu ialah yang mengetahui kebaikan lalu dia mengikutinya, dan mengetahui keburukan lalu dia menjauhinya."
🔸Takhrij Riwayat🔸
1. Dikeluarkan oleh Abu Nuaim dalam Hilyatul Auliya' (7/274); dari Abu Bakr bin Malik, dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, dari Abu Ma'mar, dari Sufyan bin Uyainah.
2. Dikeluarkan juga oleh Ibn Abi ad-Dunya dalam al-'Aqlu wa Fadhluhu (1/51) no.59, dari Abdullah bin Muhammad bin Saurah al-Balkhiy, dari Sufyan bin Uyainah; dengan redaksi
ﻟﻴﺲ اﻟﻌﺎﻗﻞ اﻟﺬﻱ ﻳﻌﺮﻑ اﻟﺨﻴﺮ ﻭاﻟﺸﺮ ﻭﻟﻜﻦ اﻟﻌﺎﻗﻞ اﻟﺬﻱ ﻳﻌﺮﻑ اﻟﺨﻴﺮ ﻓﻴﺘﺒﻌﻪ، ﻭﻳﻌﺮﻑ اﻟﺸﺮ ﻓﻴﺘﺠﻨﺒﻪ
🔸Kedudukan Riwayat🔸
1️⃣ Abu Bakr ialah Ahmad bin Ja'far bin Hamdan bin Malik al-Qathi'iy, dinilai صدوق في نفسه مقبول oleh Ibn Hajar (Lisan al-Mizan, 1/418), dan ثقة oleh ad-Daruquthniy (Sualat as-Sulamiy lid Daruquthniy).
2️⃣ Abdullah bin Ahmad, dinilai ثقة oleh Ibn Hajar (at-Taqrib, 490), dan الحافظ oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 3/88).
3️⃣ Abu Ma'mar ialah Ismail bin Ibrahim bin Ma'mar bin al-Hasan al-Hudzaliy, dinilai ثقة مأمون oleh Ibn Hajar (at-Taqrib, 136), dan ثبت سني oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 2/111).
4️⃣ Sufyan, thabaqat ke-8, dinilai ثقة حافظ oleh Ibn Hajar (at-Taqrib, 395), dan ثقة ثبت oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 2/506).
Isnad riwayat ini shahih, Dhiya' ad-Din al-Maqdisiy menilai riwayat Abu Bakr Ahmad al-Qathi'iy dari Abdullah bin Ahmad dengan إسناده صحيح dalam al-Ahaadits al-Mukhtaarah. Dan al-Hakim dalam al-Mustadrak juga menilai shahih yang disepakati oleh adz-Dzahabiy.
Adapun riwayat Ibn Abi ad-Dunya, dalam suatu cetakan dikatakan Abdullah bin Muhammad bin Saudah al-Balkhiy, yang tepat ialah bin Saurah al-Balkhiy sebagaimana dikatakan al-Khatib al-Baghdadiy dan menilainya ثقة (Tarikh Baghdad, 10/80).
🔸Catatan Pelajaran🔸
1️⃣ Dalam العقل وفضله karya Ibn Abi ad-Dunyaa riwayat ini ada dalam bahasan
العاقل من يتبع الخير ويترك الشر
"orang berakal ialah orang yang mengikuti al-Khayr dan meninggalkan asy-Syarr" (51).
Ini menunjukkan bahwa riwayat ini memberi informasi tentang العاقل "orang berakal", yang dalam riwayat Abu Nuaim dan al-Mizziy digunakan kata العالم "orang yang berilmu" (Tahdzib al-Kamal, 11/192).
2️⃣ Ungkapan
ﻟﻴﺲ اﻟﻌﺎﻟﻢ اﻟﺬﻱ ﻳﻌﺮﻑ اﻟﺨﻴﺮ ﻭاﻟﺸﺮ
dengan ليس berfaedah النفي "menafikan" informasi bahwa orang berilmu ialah orang yang mengetahui al-khayr dan asy-syarr.
Redaksi يعرف الخير والشر bermakna
يدركهما عقلا
"memahami keduanya"
dan bila dikatakan أدرك الشيئ maka artinya
فَهِمَه وتَصَوَّره وعقله على الوجه الصحيح
"memahaminya, mampu mendeskripsikan dan mengerti tentangnya secara benar."
Jadi, orang berilmu bukanlah orang yang memahami hakikat kebaikan "الخير" dan keburukan "الشر". Tidak cukup demikian, hanya dengan memahami hakikat keduanya belum terkategori orang yang berilmu (العالم), dan tidak pula dikatakan sebagai orang yang berakal (العاقل).
3️⃣ Ungkapan
ﺇﻧﻤﺎ اﻟﻌﺎﻟﻢ اﻟﺬﻱ ﻳﻌﺮﻑ اﻟﺨﻴﺮ ﻓﻴﺘﺒﻌﻪ , ﻭﻳﻌﺮﻑ اﻟﺸﺮ ﻓﻴﺠﺘﻨﺒﻪ
redaksi إنما termasuk perangkat القصر "pengkhususan suatu perkara dengan perkara lain melalui cara tertentu".
Dalam konteks ini, digunakan untuk menetapkan (إثبات) informasi kepada المخاطب "pihak yang diseru" tentang sesuatu yang sudah diketahui dan tidak diingkari. Jadi, disampaikan dalam rangka mengingatkan akan pentingnya hal tersebut.
Menetapkan dan mengingatkan tentang apa ?
Tentang العالم "orang berilmu", terkategori berilmu bilamana ﻳﻌﺮﻑ اﻟﺨﻴﺮ ﻓﻴﺘﺒﻌﻪ "mengetahui kebaikan lalu mengikutinya", ini menunjukkan :
a. ilmu bekal bagi amal, ilmu yang membuat paham dan mengerti tentang kebaikan secara benar. Sebab, kata يعرف الخير bermakna
فَهِمَه وتَصَوَّره وعقله على الوجه الصحيح
"memahaminya, mampu mendeskripsikan dan mengerti tentangnya secara benar."
b. tunduk patuh mengamalkan kebaikan, bila dikatakan اتّبع الخير maka bermakna
خضع له وإنقاد إليه
"tunduk patuh mengamalkannya".
Adapun الخير ialah
العمل المشروع الذي يفعله النّاس ابتغاءَ وجه الله
" perbuatan yang disyariatkan, yang dikerjakan untuk meraih ridha Allah تعالى "
Syaikhul Mujahid Taqiyuddin an-Nabhaniy al-Azhariy,
إن كان مما يرضى الله تعالى بإطاعة أوامره واجتناب نواهيه فهو خير ... إن الخير في نظر المسلم ما أرضى الله تعالى
" jika amal mendatangkan ridha Allah تعالى melalui ketaatan terhadap perintah-perintah Nya, serta menjauhi larangan Nya maka amal itu terkategori baik (خير) ... jadi, predikat الخير "baik" dalam penilaian muslim ialah sesuatu yang diridhai Allah تعالى " (Mafahim Hizb at-Tahrir, 26).
4️⃣ Selanjutnya, dikatakan ﻳﻌﺮﻑ اﻟﺸﺮ ﻓﻴﺠﺘﻨﺒﻪ yang didahului oleh huruf و yang berfaedah الجمع والتشريك " menghimpun lafazh dan makna sebelum dan sesudah huruf و ".
Jadi, orang berilmu العالم ialah orang yang mengetahui hakikat kebaikan dan mengamalkannya dengan tunduk patuh, sekaligus mengetahui hakikat الشر "keburukan" dan mengambil sikap إجتنب عنه "menjauhinya".
Makna الشر "keburukan" ialah
الشر هو ما أسخط الله تعالى
"predikat الشر "buruk" dalam penilaian muslim ialah sesuatu yang dimurkai Allah تعالى " (an-Nabhaniy, Mafahim Hizb at-Tahrir, 26).
Bila dikatakan إجتنب الشر maka maksudnya
تَحَاشَى عنه ، تَركه ، وابْتَعَدَ عنه
"menghindari, meninggalkan dan menjauhinya"
5️⃣ Sufyan bin Uyainah telah mengingatkan suatu perkara penting, yang diketahui dan tidak diingkari oleh manusia, bahwa
"Orang berilmu - العالم - ialah orang yang mengetahui hakikat kebaikan (الخير), mengamalkannya dengan tunduk patuh, dan juga mengetahui hakikat keburukan (الشر), mengambil sikap menghindari, meninggalkan dan menjauhinya.
Ini ialah perkara yang diwujudkan dalam negara yang Islam sebagai pondasi dan sistemnya. Melalui strategi pendidikan Islam, dengan model talaqqiy baik lafzhiyyah maupun fikriyyah yang dibimbing oleh para Syaikh, atau pendidikan di sekolah negeri maupun swasta atas izin negara.
Melahirkan para pakar di bidang tsaqafah islamiyyah dan ilmu kehidupan semisal kedokteran, sains teknologi, dll; yang semuanya dibimbing untuk menjadi ahli ilmu yang hakiki.
Adapun dalam sekularisme, pendidikan dengan capaian kompetensi tertentu, secara sistem dan strategi akan sulit mencetak ahli ilmu yang hakiki, selain itu juga akan berhadapan dengan kondisi keluarga dan masyarakat yang tumbuh kembang dalam naungan ide kebebasan. Dan turut berpengaruh kondisi ekonomi, politik dan hukum peradilan yang tidak mendukung upaya untuk mencetak ahli ilmu yang hakiki.
Semoga Allah ta'ala melindungi anak-anak kaum muslimin dari segala keburukan. Nas'aluLlaaha an-nushrah, wabiLlaahi at-taufiq wa al-hidayah [ibn mukhtar]