Redaksi Hadits
“ Kelak setelahku kamu akan dapati para wali, dia berbuat baik kepadamu dengan kebaikannya, dia zalim dengan kezalimannya, maka dengarkanlah mereka dan taatilah segala ketetapan yang tidak bertentangan dengan Islam, dan shalatlah di belakang mereka, maka jika mereka baik maka itu untukmu dan mereka, dan jika mereka jahat, maka itu akan menimpamu dan merekalah yang akan bertanggung jawab ”
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَيَلِيكُمْ بَعْدِي وُلَاةٌ ، فَيَلِيكُمُ الْبَرُّ بِبِرِّهِ ، وَالْفَاجِرُ بِفُجُورِهِ ، فَاسْمَعُوا لَهُمْ وَأَطِيعُوا فِي كُلِّ مَا وَافَقَ الْحَقَّ ، وَصَلُّوا وَرَاءَهُمْ ، فَإِنْ أَحْسَنُوا فَلَكُمْ وَلَهُمْ ، وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ "
TAKHRIJ HADITS
Dikeluarkan oleh ath-Thabraniy dalam al-Mu'jam al-Awsath (6/247) - Bab al-Mim, Muhammad bin Ali - no. 6310; dari Muhammad bin Ali, dari Ibrahim al-Mundzir, dari Abdullah bin Muhammad bin Yahya bin 'Urwah, dari Hisyam bin 'Urwah, dari Abi Shalih, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi ﷺ bersabda ....
KEDUDUKAN HADITS
1️⃣ Muhammad disebut dalam ats-Tsiqot (9/152) oleh Ibn Hibban, dan dinilai الثقة oleh adz-Dzahabiy (Siyar A'lam an-Nubala, 13/428).
2️⃣ Ibrahim dari thabaqot ke-10, dinilai صدوق oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 116) dan صدوق oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 2/76), disebut dalam ats-Tsiqot (8/73) oleh Ibn Hibban.
3️⃣ Abdullah dinilai متروك الحريث oleh Ibn Abi Hatim ar-Raziy (al-Jarh wa at-Ta'dil, 5/158), dan dinilai كثير الخطأ على هشام oleh ad-Daruquthniy (Sunan ad-Daruquthniy, 4/278). Terdapat riwayat Abdullah dari Hisyam dalam al-Mustadrak dan dinilai al-Hakim صحيح الإسناد (3/556).
4️⃣ Hisyam dari thabaqot ke-5, dinilai ثقة فقيه ربما دلس oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 1022), dan أحد الأعلام oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 4/427).
5️⃣ Dzakwan, Abu Shalih, dari thabaqot ke-3, dinilai ثقة ثبت oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 313), dan من الأئمة الثقات oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 2/384).
6️⃣ Abu Hurairah, salah seorang sahabat Nabi ﷺ , dan digelari حافط الصحابة oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 1218).
Isnad hadits ini dhaif, Abdullah كثير الخطأء على هشام (banyak kesalahan riwayat dari Hisyam), adz-Dzahabiy menilainya هالك dalam at-Talkhish (6/2660). Sehingga, sanad ini tidak kokoh dari sisi penyandaran matn (redaksi) hadits kepada Nabi ﷺ, karena sanad ialah دليل الإثبات "dalil itsbat" bagi penisbatan, bila dalilnya lemah, maka lemah pula penisbatan redaksi hadits kepada shohibul matn (pemilik redaksi) hadits tersebut.
Akan tetapi, sanad bukan dalil yang menunjukkan fasad atau tidaknya makna hadits (هو ليس دليلا على فساد معنى المتن). Ada hadits yang terkategori ضعيف الإسناد صحيح المعنى "sanad hadits dhaif, tapi maknanya shahih", hal ini karena ada dalil lain yang menunjukkan hal tersebut (وجود أدلة أخرى تدل عليه).
Isnad hadits ini dhaif, akan tetapi maknanya shahih, dengan wujudnya hadits lain yang sanadnya shahih, diantaranya:
- سَتَكُونُ أُمَرَاءُ فَتَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ، فَمَنْ عَرَفَ بَرِئَ وَمَنْ أَنْكَرَ سَلِمَ وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ "، وَتَابَعَ، قَالُوا: أَفَلَا نُقَاتِلُهُمْ، قَالَ: لَا مَا صَلَّوْا " (صحيح مسلم)
Akan datang para umara', kalian mengenal mereka namun kalian mengingkari perbuatan mereka, siapa yang tahu kemungkarannya hendaklah berlepas diri, dan barangsiapa mengingkari maka ia selamat. Tetapi bagi yang ridha dan mengikuti, para sahabat bertanya, "Bagaimana jika kita perangi saja?" Beliau ﷺ menjawab: "Tidak! Selama mereka shalat.
- سَيَكُونُ مِنْ بَعْدِي خُلَفَاءُ يَعْمَلُونَ بِمَا يَعْلَمُونَ، وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ، وَسَيَكُونُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلَفَاءُ يَعْمَلُونَ مَا لا يَعْلَمُونَ، وَيَفْعَلُونَ مَا لا يُؤْمَرُونَ، فَمَنْ أَنْكَرَ بَرِئَ، وَمَنْ أَمْسَكَ سَلِمَ، وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَع (صحيح ابن حبان)
Akan ada setelahku para khalifah yang mengamalkan apa yang mereka ketahui dan mengerjakan apa yang diperintahkan. Setelah itu akan ada para khalifah yang mengamalkan apa yang tidak mereka ketahui dan mengerjakan apa yang tidak diperintahkan. Maka siapa saja yang mengingkari perbuatan mereka akan terbebas dari dosa, dan siapa saja yang menahan dirinya dia akan selamat, tetapi siapa saja yang ridha dan mengikuti mereka, dia akan celaka
al-Qadhiy al-Mawardi menggunakan hadits سَيَلِيكُمْ بَعْدِي وُلَاةٌ dalam al-Ahkam ash-Shulthaniyyah setelah mengatakan
فَفَرَضَ عَلَيْنَا طَاعَةَ أُولِي الْأَمْرِ فِينَا وَهُمْ الْأَئِمَّةُ الْمُتَأَمِّرُونَ عَلَيْنَا
"wajib atas kita taat kepada ulil amri, dan mereka adalah pemimpin yang mengurusi urusan kita"
metode ini dikenal dengan
التصحيح بموافقة الحديث نص القرآن أو السنة
"mentashhih hadits atas dasar kesesuaiannya dengan nash al-Qur'an dan as-Sunnah".
Dan al-Qadhiy Syaikhul Mujahid Taqiyuddn an-Nabhaniy al-Azhariy dalam Dirasat al-Fiqh Ta'shil an-Nizham as-Siyasiy fil Islam (15) juga menggunakan hadits ini kemudian menyebutkan hadits-hadits lain yang sanadnya shahih.
KANDUNGAN HADITS
1️⃣ Ungkapan سَيَلِيكُمْ بَعْدِي وُلَاةٌ disertai ســ yang menunjukkan at-tanfiis dan bermakna استقبال "masa yang akan datang". Kata ولاة merupakan bentuk jamak dari الوالي, bila dikatakan والي الولاية maka bermakna حاكمها والمتصرف في شؤونها وقضاياها الإدارية "penguasa, pengatur dan pengurus urusan-urusan masyarakat serta administrasinya". Adapun secara istilah kata الوالي bermakna
الشخص الذي يعينه الخليفة حاكما على الولاية من ولايات دولة الخلافة وأميرا عليها
"orang yang diangkat khalifah sebagai penguasa (pejabat pemerintah) untuk suatu wilayah dari wilayah-wilayah Daulah Khilafah dan menjadi pemimpin di wilayah tersebut." (Ajhizah Daulah al-Khilafah, 73)
Hadits ini memberi kabar bahwa diantara para pengurus urusan kaum muslimin sepeninggal Beliau ﷺ ialah ولاة "para wali", dalam riwayat lain yang sanadnya shahih disebutkan أُمَرَاءُ "para pemimpin", dan dalam riwayat shahih yang lain ternyata juga disebutkan خلافاء "para khalifah".
2️⃣ Berdasarkan sunnah fi'liyyah Rasulullah ﷺ yang shahih, ditetapkan bahwa pemimpin negara bagi umat Islam ialah satu untuk seluruh kaum muslimin, dan di masa Beliau ﷺ umat Islam berada di bawah kepemimpinannya, sehingga sepeninggal Nabi ﷺ di masa Khulafa' ar-Rasyidin umat Islampun hanya dipimpin seorang khalifah, dan para sahabat telah berijma' tentang hal tersebut. Adapun para wali (ولاة) maka Nabi ﷺ membagi Daulah Islam menjadi beberapa wilayah dan Beliau ﷺ tunjuk dan angkat wali untuk masing-masing wilayah tersebut (Ajhizah Daulah al-Khilafah, 73).
3️⃣ Ungkapan
فَيَلِيكُمُ الْبَرُّ بِبِرِّهِ ، وَالْفَاجِرُ بِفُجُورِهِ
menunjukkan bahwa para pemimpin yang mengatur dan mengurusi urusan umat Islam ialah manusia yang bisa benar dan salah, dan mekanisme pengaduan atas pelanggaran dan kesalahan yang dilakukannya melalui jalan mahkamah mazhalim (Ajhizah Daulah al-Khilafah, 120-124).
Dalam hadits ini disebutkan perintah untuk dengar dan taat kepada para wali (ولاة)
فَاسْمَعُوا لَهُمْ وَأَطِيعُوا فِي كُلِّ مَا وَافَقَ الْحَقَّ
"maka dengarkanlah mereka dan taatilah segala ketetapan yang tidak bertentangan dengan Islam"
Dengan و pada اسمعوا dan اطيعوا menunjukkan khithab (seruan) hadits ini kepada kaum muslimin, ini mengisyaratkan kesatuan kepemimpinan dan kepengurusan. Perintah dengar dan taat, serta kesatuan kepemimpinan ini sesuai dengan hadits shahih
يَقُودُكُمْ بِكِتَابِ اللهِ ، فَاسْمَعُوا لَهُ وَأَطِيعُوا (صحيح مسلم)
"Dia memimpin kalian dengan KitabuLlah, maka dengarkanlah dan taatilah"
Dhomir ـكم menunjukkan yang diseru ialah seluruh kaum muslimin, yang mereka semua diperintahkan untuk dengar dan taat.