Menyatukan kepemimpinan dan menegakkan hukum Allah ﷻ
dari Abu Burdah bin Abu Musa al-Asy'ari dari ayahnya bahwa Nabi ﷺ mengutusnya ke Yaman kemudian mengirim Mu'adz bin Jabal. Setelah sampai ia berkata; wahai manusia, sungguh saya adalah utusan Rasulullah ﷺ kepada kalian. Kemudian Abu Musa memberi bantal agar ia duduk padanya. Dan didatangkan lelaki Yahudi yang masuk Islam kemudian kafir. Maka Mu'adz berkata; saya tidak akan duduk hingga ia dihukum mati, inilah keputusan Allah dan Rasul-Nya. Sebanyak 3 kali, kemudian setelah lelaki itu dihukum mati, Muadz pun duduk.
عَنْ أَبِي بُرْدَةَ بْنِ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ ، عَنْ أَبِيهِ ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَهُ إِلَى الْيَمَنِ، ثُمَّ أَرْسَلَ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ بَعْدَ ذَلِكَ، فَلَمَّا قَدِمَ قَالَ : أَيُّهَا النَّاسُ، إِنِّي رَسُولُ رَسُولِ اللَّهِ إِلَيْكُمْ. فَأَلْقَى لَهُ أَبُو مُوسَى وِسَادَةً لِيَجْلِسَ عَلَيْهَا، فَأُتِيَ بِرَجُلٍ كَانَ يَهُودِيًّا فَأَسْلَمَ، ثُمَّ كَفَرَ، فَقَالَ مُعَاذٌ : لَا أَجْلِسُ حَتَّى يُقْتَلَ، قَضَاءُ اللَّهِ وَرَسُولِهِ. ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، فَلَمَّا قُتِلَ قَعَدَ.
🔸Takhrij Hadits🔹
Dikeluarkan oleh an-Nasa'iy dalam Sunan an-Nasa'iy (7/105) - Kitab Tahrim ad-Dam, Al-Hukm Fi al-Murtad - no. 4066; Dari Muhammad bin Basysyar, dari Hammad bin Mas'adah, dari Qurrah bin Khalid, dari Humaid bin Hilal, dari Abu Burdah bin Abu Musa Al Asy'ari dari ayahnya
🔹Kedudukan Hadits🔸
1️⃣ Muhammad dari thabaqat ke-10, dinilai ثقة oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 469), dan ﻭﺛﻘﻪ ﻏﻴﺮ ﻭاﺣﺪ oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 2/159).
2️⃣ Hammad dari thabaqat ke-9, dinilai ثقة oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 178) dan adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 350).
3️⃣ Qurrah dari thabaqat ke-6, dinilai ثقة ضابت oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 455), dan ثبت عالم oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 2/136).
4️⃣ Humaid dari thabaqat ke-3, dinilai ثقة عالم oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 182), dan ثقة oleh al-'Ijliy (ats-Tsiqot, 1/325).
5️⃣ Abu Burdah dari thabaqat ke-3, dinilai ثقة oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 621), dan
ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﻧﺒﻼء اﻟﻌﻠﻤﺎء
oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 2/407)
6️⃣ Abu Musa dari thabaqat ke-1, salah seorang sahabat yang masyhur, pernah menjabat sebagai Wali daerah Zabid dan Aden di Yaman masa Rasulullah ﷺ (al-Kasyif, 1/586).
Isnad hadits ini shahih, para perawinya ialah perawi ash-shahih (رجال الصحيح), termasuk musalsal al-Bashriyyin, adapun Abu Burdah termasuk Kufiy, sedangkan ayahnya Kufiyy Bashriyy.
🔸Kandungan Hadits🔹
1️⃣ Dalam rantai sanad ada riwayat tabi'in dari tabi'in (thabaqat ke-3), pengambilan faedah ilmu hendaknya tidak terhalang oleh usia dan kedudukan (Tadrib ar-Rawiy, 331).
2️⃣ Juga ada riwayat anak dari ayah: Abu Burdah dari Ayahnya. Ayah ialah madrasah agung bagi anak ( مدرسة عظيمة في تربية الأبناء ), dan hendaknya jadi teladan yang benar dalam tingkah laku di hadapan anak sebelum pihak lain.
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ ، أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ الطُّهُورُ ؟ فَدَعَا بِمَاءٍ فِي إِنَاءٍ، فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثًا ... إلى آخر الحديث
dari 'Amru dan Ayahnya dari Kakeknya bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah ﷺ berkata, "Ya Rasulullah, bagaimana cara bersuci? Maka Beliau ﷺ memerintahkan untuk didatangkan air di dalam bejana, lalu beliau membasuh telapak tangannya 3 kali ... hingga akhir hadits (Sunan Abu Dawud no. 135)
Riwayat Abu Dawud ini menunjukkan pendidik harus memberi teladan yang benar. Dan ayah ialah pendidik bagi anaknya. Dalam rantai ini ada teladan baik, riwayat anak dari ayahnya dari kakeknya.
3️⃣ Ungkapan
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَهُ إِلَى الْيَمَنِ، ثُمَّ أَرْسَلَ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ بَعْدَ ذَلِكَ
ini aktivitas politik Nabi ﷺ yang terkait dengan
a. penegakkan Islam (إقامة الدين),
b. kesatuan imamah (وحدة الإمامة),
c. pengaturan masyarakat (رعاية شؤون الناس), dan
d. pengelolaan bumi (عمارة الأرض).
Nabi ﷺ diutus untuk seluruh alam (al-Anbiya': 107), dan bumi telah diserahkan Allah تعالى kepada Beliau ﷺ
زُوِيَتْ لِي الْأَرْضُ حَتَّى رَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا ... وَقِيلَ لِي : إِنَّ مُلْكَكَ إِلَى حَيْثُ زُوِيَ لَكَ
"Bumi disatukan untukku hingga ku lihat timur dan baratnya ... Dan dikatakan: sungguh kekuasaanmu sampai pada apa yang disatukan untukmu" (Sunan Ibn Majah, no. 3952)
serta Beliau ﷺ diperintahkan untuk menegakkan Islam dan menuntun agar tidak berpecah belah
أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ [الشورى : 13]
"Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya"
Bagaimana menegakkan semua ini? maka amal politik Beliau ﷺ termasuk salah satu dalalah al-iltizamiyyah al-fi'liyyah (الدلالة الاتزامية الفعلية) yang menunjukkan keharusan pengangkatan Wali atau Amil di suatu wilayah sebab adanya kewajiban penegakan Islam, kesatuan imamah, pengaturan urusan masyarakat, dan pengelolaan bumi berdasarkan Islam di wilayah tersebut.
Adapun pembagian wilayah, dan akad pengangkatan apakah wilayah umum (ولاية عامة) atau khusus (ولاية خاصة) maka menjadi kewenangan kepala negara.
ﻭﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﷺ ﻗﺪ ﻗﺴﻢ اﻟﻴﻤﻦ ﻋﻠﻰ ﺧﻤﺴﺔ ﺭﺟﺎﻝ: ﺧﺎﻟﺪ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﻋﻠﻰ ﺻﻨﻌﺎء؛ ﻭاﻟﻤﻬﺎﺟﺮ ﺑﻦ ﺃﺑﻰ ﺃﻣﻴﺔ ﻋﻠﻰ ﻛﻨﺪﺓ؛ ﻭﺯﻳﺎﺩ ﺑﻦ ﻟﺒﻴﺪ ﻋﻠﻰ ﺣﻀﺮ ﻣﻮﺕ؛ ﻭﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ ﻋﻠﻰ اﻟﺠﻨﺪ؛ ﻭﺃﺑﺎ ﻣﻮﺳﻰ ﻋﻠﻰ ﺯﺑﻴﺪ ﻭﺯﻣﻌﺔ ﻭﻋﺪﻥ ﻭاﻟﺴﺎﺣﻞ
"Rasulullah ﷺ membagi Yaman kepada 5 pejabat pemerintahan: Khalid bin Sa'id di Shan'a, al-Muhajir bin Abi Umayah di Kindah, Ziyad bin Labid di Hadhramaut, Mu'adz bin Jabal di al-Janad, Abu Musa di Zabid, 'Adn dan ad-Sahil" (Mu'jam Ma Ista'jam, 2/702)
Sebagian diangkat untuk wilayah umum, dan yang lain wilayah khusus (Ajhizah Daulah al-Khilafah, 74-76).
4️⃣ Redaksi (بعثه) dan (أرسله), menurut gurunda Syaikh Yusuf al-Mar'asyaliy secara bahasa maknanya sama. Adapun secara politik di sini, menurut gurunda Mahmoud A. Hassan bermakna
ارسله تعني بعثه برسالة محددة فقط الى جهة معينة.
بعثه تتضمن ارسله وزيادة عليها ان يتصرف هو باشياء بحسب رايه.
"ungkapan (أرسله) : mengutusnya dengan risalah tertentu untuk urusan tertentu, adapun ungkapan (بعثه) mencakup makna أرسله dengan tambahan pengambilan keputusan atas pertimbangan pendapat pribadinya"
Muadz dan Abu Musa keduanya diangkat oleh Nabi ﷺ sebagai Wali dan diutus (بعثهما) ke Yaman (Musnad Ahmad no. 19742, Sunan at-Tirmidziy no. 2014). Ungkapan أرسل untuk menunjukkan maksud dari kewalian keduanya ialah mengemban risalah tertentu untuk tugas tertentu dan pendapat pribadi keduanya atas suatu persoalan tidak boleh keluar dari risalah Islam, ini dilihat dari alur riwayat (سياق الرواية) pada ungkapan Muadz
لَا أَجْلِسُ حَتَّى يُقْتَلَ، قَضَاءُ اللَّهِ وَرَسُولِهِ
saya tidak akan duduk hingga ia dihukum mati, inilah keputusan Allah dan Rasul-Nya
5️⃣ Ungkapan
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنِّي رَسُولُ رَسُولِ اللَّهِ إِلَيْكُمْ
kata الناس meliputi keumuman masyarakat, baik muslim atau kafir, yang berada dalam wilayah kewalian. Ke atas semuanya diterapkan Islam sesuai tunjuk arah, bimbingan, dan pengaturan wali yang telah diangkat kepala negara.
Adapun إِنِّي رَسُولُ رَسُولِ اللَّهِ إِلَيْكُمْ diucapkan agar masyarakat mengetahui kedudukan, hak dan tanggung jawab Muadz selaku wali.
Ungkapan فَأَلْقَى لَهُ أَبُو مُوسَى وِسَادَةً لِيَجْلِسَ عَلَيْهَا , Kata وسادة bermakna مَا يُوضَعُ تَحْتَ رَأْسِ النَّائِمِ "sesuatu yang diletakkan di bawah kepala orang yang tidur". Sikap Abu Musa memberi وسادة agar Muadz duduk padanya menunjukkan penghormatan (إكرام) akan kedudukan Muadz yang terlibat dalam pengaturan urusan masyarakat dan pengelolaan bumi berdasarkan Islam. Sebab, hal itu dilakukan setelah Muadz menyatakan إِنِّي رَسُولُ رَسُولِ اللَّهِ إِلَيْكُمْ , jadi penghormatan di sini bukan semata karena pribadi Muadz, tapi karena keberadaan Muadz sebagai Wali yang diangkat Kepala Negara untuk urusan-urusan tersebut.
Ungkapan
لَا أَجْلِسُ حَتَّى يُقْتَلَ، قَضَاءُ اللَّهِ وَرَسُولِهِ. ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
ialah bentuk pengajaran Muadz kepada masyarakat tentang menyikapi persoalan yang bertentangan dengan Islam, yakni bersegera mengingkari kemungkaran dan bersegera menegakkan hukum Islam atasnya.
nas'aluLlaaha an-nushrah, wabiLlaahi at-taufiq wa al-hidayah [ibn mukhtar]