Sudahkah kita memperhatikan amal yang kita lakukan ? diterima ataukah tidak, simak penjelasan berikut tentang pentingnya perhatian terhadap amal perbuatan
قال عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ : كُونُوا لِقُبُولِ الْعَمَلِ أَشَدَّ هَمًّا مِنْكُمْ بِالْعَمَلِ، أَلَمْ تَسْمَعُوا اللَّهَ يَقُولُ: إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Ali radhiyaLlaahu 'anhu berkata, " Jadilah kalian orang yang sangat perhatian terhadap diterimanya amal dibanding amal itu sendiri, tidakkah kalian dengar firman Allah تعالى : Allah hanya menerima amal dari orang yang bertakwa (al-Maidah: 27) "
🔸Takhrij Riwayat🔸
1️⃣ Ibn Abi ad-Dunyaa mengeluarkan dalam al-Ikhlash wa an-Niyat (39) no. 10, dari Abu Ja'far al-Kindiy, dari Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Abi Rawwad, dari ayahnya yang berkata bahwa Ali bin Abi Thalib mengatakan ...
2️⃣ Riwayat dengan makna yang sama dikeluarkan Abu Nu'aim dalam Hilyat al-Awliya (1/75, 10/388) no. 227 dan 15958, dari Ali bin Muhammad bin Ismail ath-Thusiy dan Ibrahim bin Ishaq, keduanya dari Abu Bakr bin Khuzaimah, dari Ali bin Hujr, dari Yusuf bin Ziyad, dari Yusuf bin Abi al-Mutta'id, dari Ismail bin Abi Khalid, dari Qais bin Abi Hazim, ia berkata Ali mengatakan,
كُونُوا لِقَبُولِ الْعَمَلِ أَشَدَّ اهْتِمَامَا مِنْكُمْ بِالْعَمَلِ، فَإِنَّهُ لَنْ يُقْبَلَ عَمَلٌ إِلا مَعَ التَّقْوَى، وَكَيْفَ يَقِلُّ عَمَلٌ يُتَقَبَّلُ؟
" Jadilah kalian orang yang sangat memperhatikan diterimanya amal dibanding amal itu sendiri, amalan tidak diterima, kecuali jika disertai takwa, bagaimanapun, amal sedikit pasti diterima (bila disertai takwa) "
🔹Kedudukan Riwayat🔹
1️⃣ Abu Ja'far al-Kindiy. Syaikh Iyad Khalid pentahqiq kitab al-Ikhlash mengatakan : لم أجد له ترجمة "saya belum mendapati biografinya" (h. 39). Saya menduga kuat bahwa Abu Ja'far ialah Muhammad bin Basyir, dengan indikasi (قرينة) dari kitab Ibn Abi ad-Dunya, diantaranya: asy-Syukru liLlaah (h. 22 no. 35), ada sanad yang semisal
حدثنا محمد بن بشير الكندي، حدثنا عبد المجيد المكي عن أبيه ...
dan Muhasabah an-Nafs (h. 108 no. 82),
حدثني محمد بن بشير، ثنا عبد المجيد بن عبد العزيز، عن أبيه ...
dalam al-Isyraf (h. 335 no. 507) diungkapkan : ﺃﺑﻮ ﺟﻌﻔﺮ اﻟﻜﻨﺪﻱ محمد بن بشير . Abu Ja'far kunyah dari Muhammad bin Basyir yang laqabnya al-Kindiy, guru Ibn Abi ad-Dunya (Mizan al-I'tidal, 6/80; al-Jarh wa at-Ta'dil, 7/211; Tarikh Baghdad, 2/454; Talkhish al-Mutasyabih, 1/316).
Dinilai ليس بثقة oleh Ibn Ma'in, ليس بالقوي oleh ad-Daruquthniy, dan صدوق oleh Abu Ismail al-Anshariy (Lisan al-Mizan, 5/94). Ibn Abi ad-Dunya menilai gurunya صدوق (Tarikh Baghdad, 2/454).
2️⃣ Abdul Majid dinilai صدوق يخطئ oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 620), dan Ahmad menilai ثقة , Abu Hatim menilai ليس بالقوي (al-Kasyif, 3/316).
3️⃣ Abdul Aziz dinilai صدوق عابد وربما وهم oleh Ibn Hajar dan termasuk thabaqat ke-7 (Taqrib at-Tahdzib, 612), dan ثقة oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 3/303).
Para perawi riwayat ini hasan, Abu Ja'far shoduq, adapun ليس بالقوي isyarat pada rawi yang tidak sampai derajat hafalan yang kokoh (قوة الحُفَّاظ الأثبات), di riwayat lain Syaikh Abdul Wakil an-Nadwiy menilai isnadnya hasan (al-Maradh wa al-Kafarat, 158 no. 201). Namun, isnad riwayat ini tidak bersambung karena Abdul Aziz thabaqat ke-7 (kibar atba' at-Tabi'in) bertemu tabi'in, tapi tidak menemui generasi sahabat, dan tidak disebutkan rawi dari generasi tabi'in yang menghubungkan Abdul Aziz dengan Ali.
🔸Kandungan Riwayat🔸
1️⃣ Ungkapan riwayat ini benar (صحيح) dan bagus (جميل). Ibn Rajab dalam Latha'if al-Ma'arif pada في وداع شهر رمضان "berpisah dengan bulan Ramadhan" menuturkan
ﻛﺎﻥ اﻟﺴﻠﻒ اﻟﺼﺎﻟﺢ ﻳﺠﺘﻬﺪﻭﻥ ﻓﻲ ﺇﺗﻤﺎﻡ اﻟﻌﻤﻞ ﻭﺇﻛﻤﺎﻟﻪ ﻭﺇﺗﻘﺎﻧﻪ ﺛﻢ ﻳﻬﺘﻤﻮﻥ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﺑﻘﺒﻮﻟﻪ ﻭﻳﺨﺎﻓﻮﻥ ﻣﻦ ﺭﺩﻩ ﻭﻫﺆﻻء اﻟﺬﻳﻦ: {ﻳﺆﺗﻮﻥ ﻣﺎ ﺁﺗﻮا ﻭﻗﻠﻮﺑﻬﻢ ﻭﺟﻠﺔ}
" para salafush shalih bersungguh-sungguh menyempurnakan amalan, menyelesaikan dan mengerjakan dengan sempurna, kemudian mereka sangat perhatian atas diterimanya amalan, dan mereka khawatir akan penolakan, mereka adalah orang-orang yang (memberikan apa yang telah mereka tunaikan, dengan hati yang takut) - al-Mu'minun: 60 " (h. 474)
kemudian beliau menyertakan riwayat dengan sighat tamridh (redaksi pasif dan tidak pasti) sebagai bentuk kehati-hatian
ﺭﻭﻱ ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ
2️⃣ Ungkapan
كُونُوا لِقُبُولِ الْعَمَلِ أَشَدَّ هَمًّا مِنْكُمْ بِالْعَمَلِ
"Jadilah kalian orang yang sangat perhatian terhadap diterimanya amal dibanding amal itu sendiri"
redaksi كونوا bentuk perintah dengan aktor berdhomir أنتم, bermakna tuntutan untuk melakukan sesuatu. Ini menunjukkan jalannya amar ma'ruf, seharusnya memang demikian karena din Islam ialah nasehat kepada penguasa dan seluruh kaum muslimin, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
الدِّينُ النَّصِيحَةُ
" din Islam ialah nasihat " (Shahih Muslim, 1/53 no. 55)
dan amar ma'ruf nahyi munkar di sisi Allah تعالى bernilai tinggi,
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang yang beruntung" (Ali Imran: 104)
ayat يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ termasuk bab 'athf al-khash 'ala al-'am (عطف الخاص على العام) yang menunjukkan keutamaan keduanya atas berbagai macam kebaikan.
Apa yang dituntut dalam riwayat ini ? yakni الإهتمام بقبول العمل "perhatian serius atas diterimanya amal", ini menunjukkan bahwa amal dilakukan bukan sekedar untuk dikerjakan, tapi benar-benar diperhatikan pengerjaan dan penyelesaiannya dengan sempurna hingga memenuhi syarat diterimanya amal.
3️⃣ Syarat diterimanya amal ada dua, yakni
أن يكون العمل موافقاً لما شرعه الله في كتابه، أو بَيَّنَهُ رسول الله صلى الله عليه وسلم
" (1) amal sesuai dengan syariat Allah تعالى dalam al-Qur'an al-Karim, dan penjelasan Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam as-Sunnah "
أن يكون العمل خالصاً لوجه الله
" (2) amal ikhlash untuk meraih ridha Allah تعالى saja "
Syarat (1), dari sisi individu maka menuntut setiap muslim untuk memahami Islam, belajar di hadapan guru, mulai dari yang mudah dan ringkas, hingga yang sulit dan luas. Oleh karena itu, setiap muslim harus sungguh-sungguh belajar memahami din Islam (asy-Syakhshiyyah al-Islamiyyah, 1/9-10).
Dari sisi masyarakat, maka menuntut adanya kelompok umat islam yang senantiasa menyampaikan Islam dengan murni (نقاء), bersih (صفاء) dan mengkristal di tengah-tengah masyarakat, tidak takut dengan celaan, gangguan dan ancaman siapapun juga. Ini sebagai bentuk nasehat terhadap sesama, dan sebagai muhasabah agar segala kebijakan dan aturan yang ditegakkan berasal dari Islam (Tha'ah Uliy al-Amri, 64-66).
Dan dari sisi negara, maka mengharuskan adanya lembaga atau petugas yang mengadili setiap pelanggaran terhadap syariat Islam yang dilakukan oleh elemen masyarakat, dan juga pemimpin serta aparatur negara. Dalam khazanah fikih pemerintahan Islam, dikenal dengan Mahkamah Peradilan (Ajhizah Daulah Khilafah, 109-124).
4️⃣ Ungkapan
أَلَمْ تَسْمَعُوا اللَّهَ يَقُولُ: إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
tidakkah kalian mendengar firman Allah تعالى : Allah hanya menerima amal dari orang yang bertakwa (al-Maidah: 27)
ini menunjukkan bahwa takwa meniscayakan perhatian yang sangat atas diterimanya amal. Adapun diantara tanda diterimanya amal ialah
أن يتبع الحسنة بحسنة مثلها
"mengikutkan perbuatan terpuji dengan perbuatan terpuji yang semisal". WabiLlaahi at-taufiq wa al-hidayah [ibn mukhtar]