Bagaimana kedudukan akal dalam memahami akidah Islam ?, ada riwayat berikut tentang hal ini
لَقَدْ نَزَلَتْ عَلَيَّ اللَّيْلَةَ آيَةٌ ، وَيْلٌ لِمَنْ قَرَأَهَا وَلَمْ يَتَفَكَّرْ فِيهَا { إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ }
" Sungguh telah turun ayat padaku malam ini, celakalah bagi siapa saja yang membaca ayat ini dan tidak memikirkan isinya (Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi ... ) "
🔸Takhrij Hadits🔸
Dikeluarkan oleh Ibn Hibban dalam Shahih Ibn Hibban (2/386), Kitab ar-Raqaiq - Bab at-Taubah - no. 620, dari Imron bin Musa bin Mujasyi' dari Utsman bin Abi Syaibah dari Yahya bin Zakariyya dari Ibrahim bin Suwaid an-Nakha'iy dari Abdul Malik bin Abi Sulaiman dari 'Atha dari Aisyah dari RasuluLlaah صلى الله عليه وسلم
🔹Kedudukan Hadits🔹
📜 Imron dinilai ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺘﺎ oleh adz-Dzahabiy (Tarikh al-Islam, 23/165), dan ﺛﺒﺖ ﻣﻘﺒﻮﻝ oleh al-Hakim (Siyar A'lam an-Nubala', 11/85).
📜 Utsman dinilai ﺛﻘﺔ ﺣﺎﻓﻆ oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 386), dan اﻟﺤﺎﻓﻆ oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 2/12).
📜 Yahya dinilai ﺛﻘﺔ ﻣﺘﻘﻦ oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 590), dan اﻟﺤﺎﻓﻆ oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 2/365).
📜 Ibrahim dinilai ﺛﻘﺔ oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 90), dan ﺛﻘﺔ oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 1/213).
📜 Abdul Malik dinilai ﺻﺪﻭﻕ ﻟﻪ ﺃﻭﻫﺎﻡ oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 363 ), dan ﺃﺣﺪ اﻟﺜﻘﺎﺕ oleh adz-Dzahabiy (Mizan al-I'tidal, 2/656).
📜 'Atha dinilai ﺛﻘﺔ oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 391), dan ﺃﺣﺪ اﻻﻋﻼﻡ oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 2/23).
Isnad hadits hasan lidzatihi, Abdul Malik صدوق namun ada kekeliruan ( له أوهام ), tentang kabar asy-syuf'ah dan hadits ath-thair menurut sebagian ulama. Dalam Jami' at-Tirmidzi, jalur Abdul Malik dari Atha' dihukumi hasan shahih, hasan gharib, dan gharib (Jami' at-Tirmidiy, no. 828, 1125, 1437, 4203).
Syaikh al-Arnauth, "isnad hadits ini shahih" (Shahih Ibn Hibban, 3/386).
🔸Kandungan Hadits🔸
1️⃣ Redaksi وَيْلٌ ialah indikasi tegas yang menunjukkan wajibnya pengamatan dan pengkajian. Abu al-Hasan al-Amidiy (w. 631 H),
ﺗﻮﻋﺪ ﻋﻠﻰ ﺗﺮﻙ اﻟﻨﻈﺮ ﻭاﻟﺘﻔﻜﺮ ﻓﻴﻬﺎ، ﻓﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻮﺑﻪ
"adanya ancaman bagi yang meninggalkan pengamatan dan pengkajian, menunjukkan wajibnya kedua hal tersebut" (al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam, 4/223)
Pengamatan dan pengkajian dilakukan pada perkara yang dijangkau akal, baik langsung atau melalui jejak (أثَر) dan penampakan (مَظاهِر).
2️⃣ Ungkapan السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ merupakan objek yang dijangkau akal dan petunjuk terang atas keberadaan Allah تعالى. al-Jazairiy,
ﺩﻻﺋﻞ ﻭاﺿﺤﺔ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻮﺩ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ
" bukti terang atas eksistensi Allah تعالى " (Aisar at-Tafasir, 1/425 )
Keduanya atsar dan mazhahir. Bila diperintahkan untuk mengamati dan mengkaji keduanya, maka tentu perkara yang dijangkau akal secara langsung juga demikian, misal al-Qur'an berasal dari Allah تعالى dan Muhammad صلى الله عليه وسلم utusan Allah تعالى.
3️⃣ Perkara iman yang dijangkau akal, baik langsung atau melalui atsar dan mazhahir ialah iman terhadap eksistensi Allah تعالى, al-Qur'an kalamullah, dan Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah utusan Allah تعالى (Dirasaat fil Fikril Islamiy, 36), dan perbuatan yang bebas (مخير) atau terikat (مجبر), serta khasiat pada segala sesuatu. Dan pemahaman islamiy yang masuk kategori ini ialah adanya naluri dan ruh (Mafahim Islamiyyah, 8).
4️⃣ Perkara yang tidak dijangkau akal, maka akal bergantung pada kabar pasti (dalil naqli yang qath'iy), misal iman kepada asma' dan sifat Allah تعالى, kitab terdahulu, nabi dan rasul terdahulu, hari akhir, dan adanya malaikat (Dirasaat fil Fikril Islamiy, 37-38), termasuk tentang neraka dengan azabnya, dan surga dengan kenikmatannya (Mafahim Islamiyyah, 9). wabiLlaahi at-taufiq wa al-hidayah [ibn mukhtar]