Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Monday, August 15, 2022

Akal Tunduk Pada Dalil Naqliy Dalam Akidah


Bagaimana sikap kita jika disebutkan tentang al-Qadr ? beginilah pesan dalam riwayat ath-Thabrani

إذا ذُكِرَ القَدَرُ فأمْسِكُوا

" jika disebutkan al-Qadr maka tahanlah diri kalian "


🔸Takhrij al-Hadits🔸

Dikeluarkan oleh ath-Thabraniy dalam al-Mu'jam al-Kabir (10/198), Bab al-'Ain no. 10448, dari al-Hasan bin Ali al-Fasawiy, dari Sa'id bin Sulaiman, dari Mushir bin Abdil Malik bin Sal'i al-Hamdaniy, dari al-A'masy, dari Abi Wa'il, dari Abdullah bin Mas'ud, dari RasuluLlah صلى الله عليه وسلم.


🔹Kedudukan Hadits🔹

📚 Hasan al-Fasawiy dinilai ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﻪ oleh ad-Daruquthniy (Tarikh Baghdad, 8/363). Penilaian ini di sisi ad-Daruquthniy untuk rawi yang haditsnya dijadikan hujjah (Sualaat al-Barqaniy, 65).


📚 Said dinilai ﺛﻘﺔ ﺣﺎﻓﻆ oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 237), dan اﻟﺤﺎﻓﻆ oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 438).


📚 Mushir dinilai ﻟﻴﻦ اﻟﺤﺪﻳﺚ oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 532), Ishaq bin Rahawaih dan al-Hasan bin Hammad meriwayatkan darinya dan menilai ثقة, adapun al-Bukhariy menilai ﻓﻴﻪ ﺑﻌﺾ اﻟﻨﻈﺮ (Lisan al-Mizan, 9/423)


📚 al-A'masy dinilai ﺛﻘﺔ ﺣﺎﻓﻆ oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 254), dan اﻟﺤﺎﻓﻆ oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 464)


📚 Abu Wa'il dinilai ﺛﻘﺔ oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 268), dan اﻹﻣﺎﻡ اﻟﻜﺒﻴﺮ oleh adz-Dzahabiy (Siyar A'lam an-Nubala', 5/87)


Isnad hadits hasan lidzatihi, dimana Mushir sosok rawi yang layyinul hadits. Dan al-Mubarakfuriy menilai isnad hadits ini hasan (Tuhfatul Ahwadziy, 6/281)


🔸Kandungan Hadits🔸

1️⃣ Redaksi إذا ialah ظرفية شرطية (zharfiyyah syarthiyyah), mengandung makna waktu yang akan datang dan diikuti madhi majhul (ذُكِرَ). Jumlah pertamanya ( ذُكِرَ القَدَرُ ) ialah syarthiyyah secara makna dan yang kedua ( فأمْسِكُوا ) jumlah jawab yang diawali huruf  “فــ” karena thalab (tuntutan).


2️⃣ Redaksi القدر termasuk lafazh musytarak (as-Syakhshiyyah al-Islamiyyah, 1/82), dan makna al-Qadar pada hadits yang mulia ini ialah


علم الله وتقديره للأشياء

"ilmu Allah تعالى dan taqdir (ketentuan) Allah تعالى atas segala sesuatu" 


Maksud dari تقديره للأشياء ialah Allah تعالى telah mencatatnya di Lauhul Mahfuzh (as-Syakhshiyyah al-Islamiyyah, 1/82), bahasan ini masuk bab shifat Allah تعالى, yakni Allah تعالى mengetahui segala sesuatu sebelum sesuatu itu wujud.


3️⃣ Ungkapan أمْسِكُوا berupa tuntutan yang shorih (jelas) dan hakiki. Guru kami, Prof. Dr. Yusuf al-Mar'asyaliy, menyampaikan bahwa أمسكوا bermakna توقفوا "tahanlah diri kalian", dari apa ? dari memikirkan, membahas, dan dari menyelaminya lebih dalam. Karena akal tidak memiliki ruang untuk membahas perkara yang ada di luar jangkauannya (asy-Syakhshiyyah al-Islamiyyah, 1/122).


4️⃣ Perintah Nabi صلى الله عليه وسلم  memberi petunjuk bahwa perkara aqidah yang tidak dijangkau akal, maka wajib mencukupkan diri pada apa yang dinyatakan nash qath'iy tentang hal tersebut, disertai sikap :

📒 at-Taqdis (التقديس) : menyucikan Allah تعالى dari menyerupakan-Nya dengan suatu apapun, 

📒 at-Tashdiq (التصديق) : membenarkan apa yang dinyatakan nash syar'iy,

📒 al-I'tiraf bil 'ajzi (الإعتراف بالعجز) : mengakui ketidakmampuan diri dalam memahami hakikatnya,

📒 as-Sukut (السكوت) : tidak membahasnya,

📒 al-Imsak (الإمساك) : menahan diri dari menambah atau menguranginya,

📒 al-Kaffu (الكف) : tidak memikirkannya

📒 at-Taslim liahlihi (التسليم لأهله) : menyerahkan pada ahli yang bertakwa dan berilmu terkait lafazh yang memerlukan penjelasan. wabiLlaahi at-taufiq wa al-hidayah [ibn mukhtar]

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages