Demi Dzat yang jiwaku dalam kekuasaan-Nya, hendaknya kalian melakukan amar ma’ruf dan nahy munkar, atau jika tidak Allah تعالى akan mengirimkan azab atas kalian, kemudian kalian berdo’a tapi tidak dikabulkan
Teks Hadits
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ
dari Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
” Demi Dzat yang jiwaku dalam kekuasaan-Nya, hendaknya kalian melakukan amar ma’ruf dan nahy munkar, atau jika tidak Allah تعالى akan mengirimkan azab atas kalian, kemudian kalian berdo’a tapi tidak dikabulkan ”
Takhrij Hadits
diriwayatkan at-Tirmidziy dalam kitab al-Fitan, Bab Amar al-Ma'ruf dan Nahy al-Munkar (no. 2169), dari Qutaibah dari Abdul Aziz bin Muhammad dari Amru bin Abi Amr dari Abdullah al-Anshariy dari Hudzaifah dari Nabi صلى الله عليه وسلم
Perawi Hadits¹
- Qutaibah bin Sa'id ats-Tsaqafiy belajar kepada Abdul Aziz ad-Darawardiy, beliau terpercaya lagi kokoh hafalannya (ثقة ثبت).
- Abdul Aziz bin Muhammad belajar kepada Amru bin Abi Amr, beliau perawi jujur (صدوق) dan Ibn Ma'in menilai tidak ada cacat (ليس به بأس). Penilaian ini di sisi Ibn Ma'in maksudnya perawi itu terpercaya² (ثقة).
- Amru bin Abi Amr belajar kepada Abdullah bin Abdirrahman al-Anshariy, beliau terpercaya namun sesekali keliru (ثقة ربما وهم).
- Abdullah bin Abdurrahman al-Anshariy belajar kepada Hudzaifah, beliau perawi yang diterima (مقبول). Catatan:
- Penilaian مقبول ada di tingkat ke-6 peringkat adil³, menurut ulama ahli ushul dan ahli fikih riwayat perawi ini dijadikan hujjah⁴,
- Ashhabush shihah mengeluarkan hadits dari para perawi مقبول, al-Bukhariy sekitar 36 riwayat dan Muslim sekitar 68 hadits. Dan para ulama banyak yang memberi nilai hasan untuk riwayat dari perawi yang مقبول, seperti hadits Syaibah bin al-Ahnaf dan Abu Shalih al-Asy'ariy.
- Hudzaifah ialah sahabat dan tiap sahabat terpercaya
Dengan demikian, isnad hadits ini hasan, Abdullah al-Anshariy مقبول. Dan at-Tirmidziy menilai hadits ini derajatnya hasan.
Kandungan Hadits
- Ungkapan
والذي نفسي بيده
ialah redaksi sumpah yang banyak digunakan Nabi صلى الله عليه وسلم. Redaksi ini termasuk penegasan (تأكيد) dengan faedah untuk mengukuhkan pesan yang terkandung didalamnya dan agar pihak diajak bicara oleh Nabi صلى الله عليه وسلم benar-benar memperhatikan pesan Beliau صلى الله عليه وسلم
- Ungkapan
لتأمرن بالمعروف ولتنهون عن المنكر
disertai لام الأمر (lam perintah) pada redaksi ( لتأمرن ) dan ( لتنهون ) dan ada نون التأكيد الثقيلة (nun penegasan yang berat), ini menunjukkan Nabi صلى الله عليه وسلم memerintahkan kita untuk beramal amar ma'ruf dan nahy munkar dengan perintah yang kuat lagi tegas. Makna amar ma'ruf ialah
أمر بما يوافق الكتاب والسنة، وقيل إشارة إلى ما يرضى الله تعالى من أفعال العبد وأقواله
"memerintahkan dengan apa-apa yang sesuai al-Qur'an dan as-Sunnah, dan juga dikatakan petunjuk ke jalan yang diridhai Allah ta'ala baik perbuatan maupun perkataan" (at-Ta'rifat lil Jurjaniy, 36)
Dan makna nahy munkar ialah
تقبيح ما تنفر عنه الشريعة والعفة، وهو ما لا يجوز في دين الله تعالى
" menjelaskan ketercelaan perkara yang menyelisihi jalan syariat dan kemuliaan, yakni perkara-perkara yang tidak dibolehkan dalam din Allah تعالى " (at-Ta'rifat lil Jurjaniy, 37)
Berdasarkan definisi dan keumuman lafazh al-ma'ruf dan al-munkar maka mengajak dan membangun kesadaran tentang konsep Islam dalam pemerintahan, ekonomi, pendidikan, peradilan, politik dalam negeri dan luar negeri, dan hal-hal yang serupa termasuk aktivitas politik dan bagian dari amalan amar ma'ruf. Adapun menjelaskan penyimpangan penguasa dari syariat Islam dalam berbagai hal yang berhubungan dengannya, seperti landasan dan sistem serta perundang-undangan yang diterapkan, kebijakan-kebijakan yang dilahirkan merupakan bagian dari aktivitas politik dan termasuk amalan nahy munkar.
Bahkan ada nash yang khusus tentang hal ini
أفضل الجهاد كلمة حق عند سلطان جائر
" Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim " (musnad ahmad, no. 10759)
hadits ini memberi pelajaran bahwa mengungkapkan kebenaran pada penguasa termasuk jihad, bahkan ditetapkan sebagai jihad yang paling utama, ini merupakan indikator (قرينة) yang menunjukkan bahwa umat Islam dituntut untuk mengerjakannya. Tatacara (أسلوب) mengamalkannya bisa disampaikan saat penguasa hadir dihadapannya atau saat penguasa tidak sedang berada dihadapannya karena عند biasa digunakan untuk keterangan yang hadir (حضر) dan juga yang tidak hadir (غائب).
- Ungkapan
أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ
menunjukkan bilamana ada pihak yang memilih untuk meninggalkan amalan amar ma'ruf dan nahy munkar, maka bagi mereka akan disegerakan azab yang doapun tidak akan mampu mengangkatnya. Ungkapan ini menjadi indikator ( قرينة ) yang tegas untuk menunjukkan wajibnya amalan amar ma'ruf dan nahy munkar.
Perintah untuk mengerjakan amar ma'ruf dan nahy munkar mengandung isyarat akan wajibnya mempelajari al-Qur'an dan as-Sunnah agar paham dan mampu membedakan dengan murni dan bersih antara perkara yang ma'ruf dan yang munkar. Allahu ta'ala a'lam (ibnu mukhtar)
Catatan kaki:
- Referensi: Tahdzibul Asma lil Mizziy, al-Jarh wa at-Ta'dil libni abi Hatim, Taqrib at-Tahdzib libn Hajar al-'Asqalaniy
- Qawaid Manhajiyyah fil Jarh wat Ta'dil lisy Syaikh Falih bin Muhammad, halaman 37
- al-Hadits ash-Shahih lisy Syaikh Abd al-Karim Ismail, halaman 112
- Taudhih al-Afkar lish Shan'aniy, 2/170