Bendera
Rasulullah ﷺ
كان له صلى الله عليه وسلم
لواء أبيض مكتوب عليه «لا إله إلا الله محمد رسول الله» وآخر أسود، وآخر أغبر ...
وروى الإمام أحمد، والترمذي بسند جيد والطبراني- برجال الصحيح- غير حيان بن عبيد
الله عن بريدة وابن عباس، وابن عدي عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنهم قالوا: كانت
راية رسول الله صلى الله عليه وسلم سوداء، ولواؤه أبيض، زاد أبو هريرة وابن عباس-
كما عند الطبراني- مكتوب فيه «لا إله إلا الله محمد رسول الله» ، رواه أبو الشّيخ
عن ابن عباس... (محمد بن يوسف الصالحي الشامي، سبل الهدى والرشاد،7/373)
“Nabi ﷺ memiliki liwa’ berwarna putih bertuliskan
(لا إله إلا الله محمد رسول الله) dan yang lain berwarna hitam, dan berwarna debu tanah ...
diriwayatkan oleh Imam Ahmad , dan at-Tirmidzi
dengan sanad yang baik dan ath-Thabraniy
– para perawi ash-shahih – kecuali Hayyan (tertulis حبان maksudnya حيان ) bin ‘Ubaidillah dari Buraidah dan Ibn
‘Abbas radhiyallahu ‘anhum. Ibn ‘Adiy dari Abu Hurairah radhiyallahu ta’ala ‘anhum,
mereka mengatakan: panji Rasulullah ﷺ berwarna hitam dan
liwa’-nya berwarna putih. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dan Ibn ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhu –sebagaimana riwayat ath-Thabrani- menambahkan : tertulis (لا إله إلا الله محمد رسول الله). Abu asy-Syaikh juga
meriwayatkan dari ibn ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu ... ”
Berdasarkan informasi berharga ini, diketahui
bahwa Nabi ﷺ
memiliki bendera hitam, putih atau berwarna debu tanah dan tertulis kalimah ((لا إله إلا الله محمد رسول الله)). Dikatakan informasi berharga karena:
(a) Dari pakar riwayat yang adil dan berilmu, yakni
Syaikh al-Hafizh Muhammad bin Yusuf as-Syamiy ash-Sholihiy (w. 942 H ).
Mengenai beliau, Syaikh Muhammad Abdul Hayy al-Kattaniy dalam Fihris al-Faharis (2/1062): “asy-Syamiy
ialah al-Imam al-Hafizh Muhadits ad-Diyar al-Mishriyyah Musnid Syamsuddin
Muhammad bin Yusuf bin ‘Aliy bin Yusuf asy-Syamiy ash-Shalihiy ad-Dimsyaqiy”.
Syaikh Khairuddin az-Zirikliy dalam
al-A’lam (7/155): “muhadits, pakar bidang sejarah, bermazhab syafi’iyyah”
. Syaikh Abdul Hayy bin Ahmad Ibn al-‘Imad al-Hanbaliy dalam Syadzarat adz-Dzahab (10/353): “orang
yang berpegang teguh pada sunnah Nabi ﷺ ...
orang yang berilmu, shalih, menguasai
berbagai cabang ilmu, ... ucapannya indah, pandangannya agung, banyak berpuasa
dan shalat malam, dan sedikit tidur di waktu malam ... bila seorang pelajar
meninggal dan meninggalkan anak-anak yang lemah, maka ia senantiasa mengutus
pegawai untuk berangkat ke al-Qadiy (hakim) mengurusi hal itu dan mengambil
tunjangan hidup untuk anak-anak tersebut hingga mereka bisa mengurusinya sendiri...
ia tidak menerima harta dari penguasa
dan bantuan mereka sedikitpun, ia tidak makan dari makanan mereka ... akhlaqnya
terpuji ... ”. Syaikh Iyad Khalid dalam al-Imam al-Hafizh Jalaluddin
as-Suyuthiy (hal. 423): “Muhammad bin Yusuf bin ‘Aliy asy-Syamiy,
Syamsuddin, al-Imam al-‘Alamah az-Zahid ... belajar di hadapan al-Hafizh
as-Suyuthiy, akhlaqnya terpuji, wara’, dan ahli ibadah yang terkenal”.
(b) Dari kajian mendalam dan beragam referensi.
Mengenai hal ini, Syaikh al-Hafizh as-Syamiy dalam pendahuluan Subulul Huda (1/3): “saya
merangkumnya lebih dari 300 kitab, saya jelaskan didalamnya yang benar ... saya
tidak menyebutkan didalamnya satupun dari hadits-hadits yang maudhu’ ... ” . Syaikh Muhammad Abdul Hayy
al-Kattaniy dalam Fihris al-Faharis
(2/1063): “(kitabnya) menghimpun dari 1000 kitab dan menjelaskan yang benar”,
adapun Syaikh Abdul Hayy bin Ahmad Ibn al-‘Imad al-Hanbaliy dalam Syadzarat adz-Dzahab (8/247): “ia
menghimpunnya dari 1000 kitab dan berbagai kalangan menerima kitabnya, dan
mendapat pelajaran didalamnya sajian yang belum ada pendahulunya”.
Data di atas untuk
menunjukkan bahwa keterangan dalam kitab sirah tersebut datang dari pakar yang terpercaya,
adil dan berilmu dibidangnya. Hal ini cukup bagi umat muslim secara umum saat opini
atas bendera Rasulullah ﷺ menyebar, disebut bendera ormas radikal, bendera teroris,
bendera pemberontak, bendera yang menyelisihi kesepakatan teritorial dan yang
semisal. Berpegang pada pendapat al-Hafizh asy-Syamiy dalam rangka mengamalkan
dalil syar’iy. Diantaranya ialah
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا
(الحجرات: 6)
“hai
orang-orang yang beriman, jika orang fasiq datang kepadamu membawa berita, maka
carilah kebenaran berita itu”
عَنِ ابْنِ
مَسْعُودٍ قَالَ: «قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
... يَا عَبْدَ اللَّهِ هَلْ تَدْرِي أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ؟ قُلْتُ: اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّ أَعْلَمَ النَّاسِ أَبْصَرُهُمْ بِالْحَقِّ
إِذَا اخْتَلَفَ النَّاسُ وَإِنْ كَانَ مُقَصِّرًا بِالْعَمَلِ (المستدرك على
الصحيحين للحاكم)
“dari ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata: Rasulullah ﷺ berkata kepada saya: wahai Abdullah, tahukah kamu siapa manusia
yang paling paham ?, saya menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui, Nabi ﷺ menjawab
: manusia yang paling paham ialah orang yang paling mengerti kebenaran ketika
manusia berselisih pendapat, meskipun ia sedikit amalnya ”
Ada pola syarat ditandai dengan (إِنْ ... فَتَبَيَّنُوا), dari mafhum syarat bisa diambil mafhum
mukhalafah, Syaikh ‘Aly ash-Shabuniy
dalam Rawa-i’ al-Bayan (2/484): (فلما دلّ الأمر بالتثبت في خبر الفاسق، وجب قبول خبر العدل) “ketika ada perintah memeriksa
kebenaran berita orang fasiq, maka pemberitaan orang adil wajib diterima”. Ayat
ini menggunakan redaksi (نبأ) bermakna berita penting, bila tidak penting maka tidak
disebut (نبأ), dari segi bab yang lebih utama, menyampaikan
agama lebih utama mensyaratkan sifat adil agar diterima dan diamalkan. Dan juga
disyaratkan berilmu, (هَلْ تَدْرِي أَيُّ النَّاسِ
أَعْلَمُ؟) diikuti (إِنَّ أَعْلَمَ النَّاسِ أَبْصَرُهُمْ بِالْحَقِّ إِذَا
اخْتَلَفَ النَّاسُ) dan
redaksi (إِنْ كَانَ مُقَصِّرًا بِالْعَمَلِ) merupakan bentuk tuntutan, yakni dituntut
untuk mengetahui orang yang lebih berilmu saat terjadi perbedaan, dari sisi bab
yang lebih utama, dalam keadaan sulit membedakan antara pendapat islamiy atau
pendapat bathil, maka mengetahui orang yang lebih berilmu dan mengikuti pendapatnya
lebih utama dibanding dalam persoalan khilafiyyah dimana kesemuanya pendapat
islamiy. Dengan demikian, berpegang pada pendapat al-Hafizh asy-Syamiy termasuk
mengikuti dalil syar’iy, dalam rangka mengikuti perintah mengambil persoalan
agama dari orang yang adil dan berilmu dibidang tersebut.
disusun oleh ibn mukhtar
Sanad
kami : dari guru kami Prof. Yusuf al-Mar’asyaliy, beliau dari asy-Syaikh Muhammad asy-Syadziliy an-Naifar dan asy-Syaikh
Abdullah bin Muhammad ash-Shiddiq al-Ghumariy dan asy-Syaikh Muhammad Yasin
al-Fadaniy al-Makkiy, ketiganya rahimahumullah dari asy-Syaikh Muhammad Abdul
Hayy al-Kattaniy, dan
beliau melalui jalur (a) al-Badr al-Qarafiy dari
asy-Syamsu Muhammad bin Muhammad al-Fisyiy dari al-Hafizh Muhammad bin Yusuf
ash-Shalihiy asy-Syamiy, dan (b) dari jalur Abu Salim al-‘iyasiy dari
asy-Syamsu Muhammad ath-Thahthawiy al-Malikiy al-Mishriy dari asy-Syaikh
Muhammad dari al-Hafizh asy-Syamiy