Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Wednesday, November 14, 2018

Bendera Rasulullah #1

bagian pertama



Bendera Rasulullah

al-Hafizh Muhammad bin Yusuf as-Syamiy ash-Sholihiy dalam Subulul Huda wa ar-Rasyad mengungkapkan:
كان له صلى الله عليه وسلم لواء أبيض مكتوب عليه «لا إله إلا الله محمد رسول الله» وآخر أسود، وآخر أغبر ... وروى الإمام أحمد، والترمذي بسند جيد والطبراني- برجال الصحيح- غير حيان بن عبيد الله عن بريدة وابن عباس، وابن عدي عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنهم قالوا: كانت راية رسول الله صلى الله عليه وسلم سوداء، ولواؤه أبيض، زاد أبو هريرة وابن عباس- كما عند الطبراني- مكتوب فيه «لا إله إلا الله محمد رسول الله» ، رواه أبو الشّيخ عن ابن عباس... (محمد بن يوسف الصالحي الشامي، سبل الهدى والرشاد،7/373)
“Nabi memiliki liwa’ berwarna putih bertuliskan (لا إله إلا الله محمد رسول الله) dan yang lain berwarna hitam, dan berwarna debu tanah ... diriwayatkan oleh Imam Ahmad , dan at-Tirmidzi  dengan sanad yang baik dan ath-Thabraniy  – para perawi ash-shahih – kecuali  Hayyan (tertulis حبان maksudnya حيان ) bin ‘Ubaidillah dari Buraidah dan Ibn ‘Abbas radhiyallahu ‘anhum. Ibn ‘Adiy dari Abu Hurairah radhiyallahu ta’ala ‘anhum, mereka mengatakan: panji Rasulullah berwarna hitam dan liwa’-nya berwarna putih. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dan Ibn ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu –sebagaimana riwayat ath-Thabrani- menambahkan : tertulis (لا إله إلا الله محمد رسول الله). Abu asy-Syaikh  juga meriwayatkan dari ibn ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu ... ”

Berdasarkan informasi berharga ini, diketahui bahwa Nabi memiliki bendera hitam, putih atau berwarna debu tanah dan tertulis kalimah ((لا إله إلا الله محمد رسول الله)). Dikatakan informasi berharga karena:
(a)       Dari pakar riwayat yang adil dan berilmu, yakni Syaikh al-Hafizh Muhammad bin Yusuf as-Syamiy ash-Sholihiy (w. 942 H ). Mengenai beliau, Syaikh Muhammad Abdul Hayy al-Kattaniy  dalam Fihris al-Faharis (2/1062): “asy-Syamiy ialah al-Imam al-Hafizh Muhadits ad-Diyar al-Mishriyyah Musnid Syamsuddin Muhammad bin Yusuf bin ‘Aliy bin Yusuf asy-Syamiy ash-Shalihiy ad-Dimsyaqiy”. Syaikh Khairuddin az-Zirikliy  dalam al-A’lam (7/155): “muhadits, pakar bidang sejarah, bermazhab syafi’iyyah” . Syaikh Abdul Hayy bin Ahmad Ibn al-‘Imad al-Hanbaliy  dalam Syadzarat adz-Dzahab (10/353): “orang yang berpegang teguh pada sunnah Nabi   ... orang  yang berilmu, shalih, menguasai berbagai cabang ilmu, ... ucapannya indah, pandangannya agung, banyak berpuasa dan shalat malam, dan sedikit tidur di waktu malam ... bila seorang pelajar meninggal dan meninggalkan anak-anak yang lemah, maka ia senantiasa mengutus pegawai untuk berangkat ke al-Qadiy (hakim) mengurusi hal itu dan mengambil tunjangan hidup untuk anak-anak tersebut hingga mereka bisa mengurusinya sendiri...  ia tidak menerima harta dari penguasa dan bantuan mereka sedikitpun, ia tidak makan dari makanan mereka ... akhlaqnya terpuji ... ”. Syaikh Iyad Khalid dalam al-Imam al-Hafizh Jalaluddin as-Suyuthiy (hal. 423): “Muhammad bin Yusuf bin ‘Aliy asy-Syamiy, Syamsuddin, al-Imam al-‘Alamah az-Zahid ... belajar di hadapan al-Hafizh as-Suyuthiy, akhlaqnya terpuji, wara’, dan ahli ibadah yang terkenal”.
(b)      Dari kajian mendalam dan beragam referensi. Mengenai hal ini, Syaikh al-Hafizh as-Syamiy  dalam pendahuluan Subulul Huda (1/3): “saya merangkumnya lebih dari 300 kitab, saya jelaskan didalamnya yang benar ... saya tidak menyebutkan didalamnya satupun dari hadits-hadits yang maudhu’ ...  ” . Syaikh Muhammad Abdul Hayy al-Kattaniy  dalam Fihris al-Faharis (2/1063): “(kitabnya) menghimpun dari 1000 kitab dan menjelaskan yang benar”, adapun Syaikh Abdul Hayy bin Ahmad Ibn al-‘Imad al-Hanbaliy  dalam Syadzarat adz-Dzahab (8/247): “ia menghimpunnya dari 1000 kitab dan berbagai kalangan menerima kitabnya, dan mendapat pelajaran didalamnya sajian yang belum ada pendahulunya”.

Data di atas untuk menunjukkan bahwa keterangan dalam kitab sirah tersebut datang dari pakar yang terpercaya, adil dan berilmu dibidangnya. Hal ini cukup bagi umat muslim secara umum saat opini atas bendera Rasulullah menyebar, disebut bendera ormas radikal, bendera teroris, bendera pemberontak, bendera yang menyelisihi kesepakatan teritorial dan yang semisal. Berpegang pada pendapat al-Hafizh asy-Syamiy dalam rangka mengamalkan dalil syar’iy. Diantaranya ialah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا (الحجرات: 6)
“hai orang-orang yang beriman, jika orang fasiq datang kepadamu membawa berita, maka carilah kebenaran berita itu”

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: «قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ... يَا عَبْدَ اللَّهِ هَلْ تَدْرِي أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ؟ قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّ أَعْلَمَ النَّاسِ أَبْصَرُهُمْ بِالْحَقِّ إِذَا اخْتَلَفَ النَّاسُ وَإِنْ كَانَ مُقَصِّرًا بِالْعَمَلِ (المستدرك على الصحيحين للحاكم)
“dari ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah berkata kepada saya: wahai Abdullah, tahukah kamu siapa manusia yang paling paham ?, saya menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui, Nabi menjawab : manusia yang paling paham ialah orang yang paling mengerti kebenaran ketika manusia berselisih pendapat, meskipun ia sedikit amalnya ”

Ada pola syarat ditandai dengan (إِنْ ... فَتَبَيَّنُوا), dari mafhum syarat bisa diambil mafhum mukhalafah, Syaikh ‘Aly ash-Shabuniy  dalam Rawa-i’ al-Bayan (2/484):  (فلما دلّ الأمر بالتثبت في خبر الفاسق، وجب قبول خبر العدل) “ketika ada perintah memeriksa kebenaran berita orang fasiq, maka pemberitaan orang adil wajib diterima”. Ayat ini menggunakan redaksi (نبأ) bermakna berita penting, bila tidak penting maka tidak disebut (نبأ), dari segi bab yang lebih utama, menyampaikan agama lebih utama mensyaratkan sifat adil agar diterima dan diamalkan. Dan juga disyaratkan berilmu, (هَلْ تَدْرِي أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ؟) diikuti (إِنَّ أَعْلَمَ النَّاسِ أَبْصَرُهُمْ بِالْحَقِّ إِذَا اخْتَلَفَ النَّاسُ) dan redaksi (إِنْ كَانَ مُقَصِّرًا بِالْعَمَلِ) merupakan bentuk tuntutan, yakni dituntut untuk mengetahui orang yang lebih berilmu saat terjadi perbedaan, dari sisi bab yang lebih utama, dalam keadaan sulit membedakan antara pendapat islamiy atau pendapat bathil, maka mengetahui orang yang lebih berilmu dan mengikuti pendapatnya lebih utama dibanding dalam persoalan khilafiyyah dimana kesemuanya pendapat islamiy. Dengan demikian, berpegang pada pendapat al-Hafizh asy-Syamiy termasuk mengikuti dalil syar’iy, dalam rangka mengikuti perintah mengambil persoalan agama dari orang yang adil dan berilmu dibidang tersebut.


disusun oleh ibn mukhtar
Sanad kami : dari guru kami Prof. Yusuf al-Mar’asyaliy, beliau dari asy-Syaikh Muhammad asy-Syadziliy an-Naifar dan asy-Syaikh Abdullah bin Muhammad ash-Shiddiq al-Ghumariy dan asy-Syaikh Muhammad Yasin al-Fadaniy al-Makkiy, ketiganya rahimahumullah dari asy-Syaikh Muhammad Abdul Hayy al-Kattaniy, dan beliau melalui jalur (a) al-Badr al-Qarafiy dari asy-Syamsu Muhammad bin Muhammad al-Fisyiy dari al-Hafizh Muhammad bin Yusuf ash-Shalihiy asy-Syamiy, dan (b) dari jalur Abu Salim al-‘iyasiy dari asy-Syamsu Muhammad ath-Thahthawiy al-Malikiy al-Mishriy dari asy-Syaikh Muhammad dari al-Hafizh asy-Syamiy
 

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages