يَكُونُ
بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي،
وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ
إِنْسٍ، قَالَ: قُلْتُ: كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنْ أَدْرَكْتُ
ذَلِكَ؟، قَالَ: تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ، وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ،
وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ (رواه مسلم)
Akan
ada sepeninggalku para pemimpin yang tidak mengambil petunjuk, dan sunnahku.
Akan muncul pula orang yang hatinya adalah hati syaithan dalam wujud manusia”.
Aku (Hudzaifah) bertanya: “Apa yang harus aku lakukan?”. Beliau menjawab:
“(Hendaknya) kalian dengar dan taat kepada amir, meskipun ia memukul punggung
dan merampas hartamu, tetaplah dengar dan taat
Hadits ini terletak di bagian (كتاب الإمارة) bab (الأَمْرِ بِلُزُومِ الْجَمَاعَةِ عَنْدَ ظُهُورِ الْفِتَنِ وَتَحْذِيرِ الدُّعَاةِ إِلَى الْكُفْر), berkaitan dengan kepemimpinan, perintah untuk tetap berada dalam jama’ah kaum muslimin dan peringatan dari mendakwahkan kekufuran.
Kata (أئمة) jama’ dari (إمام). Dalam mu’jam al-ma’ani salah satu makna dari (الإمام) ialah (الخليفة). Kata (الإمام) memiliki maksud islamiy, yakni: (خليفة المسلمين وحاكمهم). Adapun (الْأَمِيرِ) ada 2:
pertama, (الأمير العام): kepala negara (رئيس الدولة)
kedua, (الأمير الخاص): pemimpin safar (الأمير السفر), pemimpin partai (الأمير الحزب), dll.
Fokus kita pada (الأمير العام) yakni (رئيس الدولة), ada 2 keadaan: (a)khalifah yang dibai’at dengan ridha dan ikhtiyar (الخليفة المبايع عن رضا و اختيار), (b)kepala negara selain khalifah, seperti raja (ملكا), presiden (رئيس جمهورية), atau pemimpin revolusi (رئيس مجلس الثورة) yang menerapkan sistem barat, dll.
Apakah ungkapan (تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ) berlaku untuk kepala negara selain khalifah?, tidak, karena: (a)bila berlaku, maka itu bentuk ridha (dengar dan taat) atas kepemimpinan yang menjalankan sistem selain Islam, ini pelanggaran terhadap nash qath’iy yang mengharuskan akidah islam sebagai dasar negara, dan Islam meliputi seluruh sistemnya; (b) “الأمراء” yang didengar dan ditaati ialah (الذين يقودون الأمة بكتاب الله), ketetapan ini berdasarkan hadits:
(إن أمر عليكم عبد مجدع اسود يقودكم بكتاب الله ، فاسمعوا له و اطيعوا)
“sekalipun yang memegang kekuasaan budak hitam, tapi ia memerintah dengan kitabullah, maka dengar dan patuhilah dia” riwayat Muslim, ada juga hadits semakna riwayat Ahmad dan an-Nasa’iy. Sejalan dengan ketentuan bahwa (الأحاديث تفسر بعضها بعضا) “hadits satu dengan yang lain (se-tema) saling menjelaskan”; (c)bagi pemimpin yang tidak memerintah dengan kitabullah berlaku:
(فلا نسمع له و لا نطيع – فيما أمر – فقط مما خالف فيه شرع الله)
“tidak dengar dan taat terhadap perkara yang ia menyelisihi syari’at Allah”, bila perselisihan ini menyentuh dasar dan sistem, maka wajib tidak ridha dan wajib mengubah keadaan berdasarkan metode dakwah Nabi tanpa kekerasan, hingga dasar dan sistem yang diterapkan kembali berdasarkan Islam.
Ungkapan (يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي), sebagai isyarat akan adanya di masa mendatang sosok (الإمام) yakni (الخليفة) yang melakukan kezhaliman. Terjadinya kezhaliman itu tidak keluar dari keadaan: (a)khusumat antara (الإمام) dengan anggota masyarakat, semisal dipukul atau diambil hartanya tanpa alasan syar’iy, dll; (b)keputusan (الإمام) atas perselisihan diantara anggota masyarakat, misal ada indikasi ketidakadilan (berat sebelah), dll; (c)mengeluarkan perintah yang menurut (الإمام) sudah benar sementara menurut pihak yang diperintah (المحكوم) bahwa itu zhalim. Atas indikasi kezhaliman ini harus dikembalikan kepada Mahkamah al-Mazhalim (محكمة المظلم) untuk diselesaikan dengan jalan yang syar’iy.
Ungkapan (وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ، وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ), perintah ini diberikan kepada (المفعول به) “obyek derita” berfaedah (للإستسلام) “berserah diri” yakni tunduk (الإنقياد) dan tidak keluar (ترك الخروج) dari jama’ah kaum muslimin (الإمامة العظمى). Sikap ini tidak bermakna ketaatan itu karena person pemimpinnya yang “garang”, akan tetapi bagaimanapun ia adalah pemimpin yang tergolong
(الذين يقودون الأمة بكتاب الله), hanya saja terjerumus dalam kezhaliman. Solusinya dengan mengembalikan kepada (محكمة المظلم). Selain itu, Islam menjadikan ketaatan kepada pemimpin dalam pemerintahan Islam sebagai perkara yang agung "امرا عظيما". Allahu a'lam (ibnu Mukhtar)
grup telegram @MajelisKajianHadits