حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ الْأَحْمَسِيُّ، قَالَ: نَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمُحَارِبِيُّ، عَنِ ابْنِ الْأَصْبَهَانِيِّ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ، عَنْ مُرَّةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: نُعِيَ إِلَيْنَا حَبِيبُنَا وَنَبِيُّنَا بِأَبِي هُوَ وَنَفْسِي لَهُ الْفِدَاءُ قَبْلَ مَوْتِهِ بِسِتٍّ، فَلَمَّا دَنَا الْفِرَاقَ جَمَعَنَا فِي بَيْتِ أُمِّنَا عَائِشَةَ فَنَظَرَ إِلَيْنَا فَدَمَعَتْ عَيْنَاهُ، ثُمَّ قَالَ: " مَرْحَبًا بِكُمْ وَحَيَّاكُمُ اللَّهُ، حَفِظَكُمُ اللَّهُ ... أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَأُوصِي اللَّهَ بِكُمْ وَأَسْتَخْلِفُهُ عَلَيْكُمْ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ، أَنْ لَا تَعْلُوا عَلَى اللَّهِ فِي عِبَادِهِ وَبِلَادِهِ، فَإِنَّ اللَّهَ قَالَ لِي وَلَكُمْ: {تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ} [القصص: 83] ، ثُمَّ قَالَ: {أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ} الزمر: 60
“... dari Abdullah ibn Mas’ud: 6 hari menjelang wafatnya, Nabi mengumpulkan kami di rumah ibu kami, ‘Aisyah ra. Beliau saw. memandangi kami dan kemudian meneteskan air mata. Setelah itu, Beliau bersabda: selamat datang, semoga Allah memberi kebahagiaan atas kalian, menjaga kalian ... aku wasiatkan kepada kalian, hendaklah kalian senantiasa bertakwa kepada Allah. Ketahuilah bahwa aku ialah seorang pemberi peringatan yang terang, karena itu janganlah kalian berlaku sombong terhadap hamba-hamba Allah dan negeri-negeri-Nya. Ketahuilah bahwa Allah telah berfirman kepadaku dan kalian : {negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di Muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa – Qs. Al-Qashshash: 83} kemudian : {bukankah Jahannam itu tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri – Qs. Az-Zumar}” , ...
ثُمَّ قَالَ: «قَدْ دَنَا الْأَجَلُ وَالْمُنْقَلَبُ إِلَى اللَّهِ، وَإِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى، وَإِلَى جَنَّةِ الْمَأْوَى...» ـ... ، قَالَ: قُلْنَا: فَمَنْ يُصَلِّي عَلَيْكَ مِنَّا؟ فَبَكَيْنَا وَبَكَى، وَقَالَ: " مَهْلًا غَفَرَ اللَّهُ لَكُمْ وَجَزَاكُمْ عَنْ نَبِيِّكُمْ خَيْرًا، ... وَاقْرَءُوا أَنْفُسَكُمْ مِنِّي السَّلَامَ، وَمَنْ غَابَ مِنْ إِخْوَانِي فَأَبْلِغُوهُ مِنِّي السَّلَامَ، وَمَنْ دَخَلَ مَعَكُمْ فِي دِينِكُمْ بَعْدِي فَإِنِّي أُشْهِدُكُمْ أَنِّي أَقْرَأُ السَّلَامَ ـ أَحْسَبُهُ قَالَ ـ عَلَيَّ وَعَلَى كُلِّ مَنْ تَابَعَنِي عَلَى دِينِي مِنْ يَوْمِي إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ " | الكتاب: مسند البزار المنشور باسم البحر الزخار | المؤلف: بالبزار (المتوفى: 292هـ) | الناشر: مكتبة العلوم والحكم - المدينة المنورة | ج 5 ص 394 - 396
Kemudian Beliau bersabda: kini telah dekat ajal saat menghadap Allah, dan menuju sidratul muntaha, dan menuju surga tempat kembali bertemu ... kami bertanya “siapakah yang harus menjadi imam untuk menshalati-mu ?” para shahabat menangis dan begitu juga dengan Nabi. Beliau bersabda: “semoga Allah mengampuni kalian dan memberi kalian pahala yang banyak disebabkan kebaikan kalian pada Nabi”; ku sampaikan pada kalian salam, dan sampaikan salam untuk sahabat-sahabat yang tidak hadir disini, juga aku titip salam untuk setiap orang yang masuk ke dalam Islam sepeninggalku hingga hari kiamat. (Hr. Al-Bazzar dalam Musnad al-Bazzar)
Dalam kitab Majmu’ az-Zawaid karya Imam al-Haitsami (w. 807 H) diungkapkan bahwa para perawi hadits tersebut ialah perawi yang shahih (Maktabah al-Qudsi, Kairo, juz 9 hal.29). adapun Muhammad bin Isma’il bin Samurah al-Ahsamiy termasuk perawi tsiqoh (terpercaya), sebagaimana yang disebutkan dalam kitab al-Kâsyif fîy Ma’rifat man lahu riwâyat karya al-Hafizh adz-Dzahabiy (w. 748 H), beliau tuturkan:
محمد بن إسماعيل بن سمرة الاحمسي أبو جعفر عن بن عيينة وعدة وعنه الترمذي والنسائي وابن ماجة وابن أبي حاتم والناس ثقة مات 26 ت س ق (الكتاب :الكاشف في معرفة من له رواية في الكتب الستة | المؤلف : الذهبي | مصدر الكتاب : موقع يعسوب | ج 2 ص 158)
Pesan dari Nabi: bertakwalah kepada Allah
Kata takwa (ittaqa’) berasal dari kata al-wiqâyah (الوِقَايَةُ) yang artinya:
الوِقَايَةُ: حِفْظُ الشَّيْءِ مِمّا يُؤْذِيْهِ وَيَضُرُّهُ. (الكتاب: المفردات في غريب القرآن |المؤلف : الراغب الأصفهانى (المتوفى: 502هـ) | الناشر: دار القلم، الدار الشامية - دمشق بيروت | ج 1 ص 881 )
Wiqayâh : menjaga sesuatu dari segala yang menyakitkan dan membahayakan
Hal-hal yang menyakitkan dan membahayakan akan ditimpakan kepada mereka yang menyelisihi Allah dan Nabi-Nya, bila tak di dunia maka di akhirat kelak. Dan orang-orang yang menjaga dirinya dari akibat buruk ini dikenal sebagai muttaqin (orang yang bertakwa). Imam Hasan al-Bashri mengutarakan:
الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ، قَوْلَهُ: {لِلْمُتَّقِينَ} قَالَ: اتَّقوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ، وَأَدَّوْا مَا افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ (الكتاب: تفسير القرآن العظيم | المؤلف: بن كثير (المتوفى: 774هـ) | الناشر: دار طيبة للنشر والتوزيع ، ج 1 ص 163)
Orang yang menjauhi apa saja yang diharamkan oleh Allâh dan menunaikan apa saja yang diwajibkan Allah
Ini lah yang dipesankan oleh Rasul kepada kita, agar kita menjadi orang yang bertakwa. Bagaimana caranya agar kita mengetahui apa saja yang diharamkan dan apa saja yang diwajibkan ? tentu dengan hadir ke dalam majelis tsaqafah islam, dan kemudian menjadikannya sebagai pemahaman dan mengamalkan dalam kehidupan.
Pesan dari Nabi: tidak boleh sombong dan tidak boleh merusak negeri-negeri
Kesombongan ialah penghalang seseorang untuk tunduk taat kepada Allah dan Rasulullâh. Seperti dalam hadits berikut:
حَدَّثَهُ أَنَّ رَجُلًا أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِمَالِهِ، فَقَالَ: «كُلْ بِيَمِينِكَ»، قَالَ: لَا أَسْتَطِيعُ، قَالَ: «لَا اسْتَطَعْتَ»، مَا مَنَعَهُ إِلَّا الْكِبْرُ، قَالَ: فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ (الكتاب: صحيح مسلم | المؤلف: مسلم (المتوفى: 261هـ) | الناشر: دار إحياء التراث العربي – بيروت ، ج 3 ص 1599)
Salamah bin Akwa’: seorang laki-laki makan dengan tangan kiri di dekat Rasulullâh saw., Beliau bersabda: “makanlah dengan tangan kanan”; ia menjawab: “aku tidak bisa”, maka Nabi saw. bersabda: “semoga kamu benar tidak bisa, tidak ada sesuatupun yang menghalanginya (untuk mengikuti perintah Rasulullâh-pentj) kecuali kesombongan”. Perawi mengatakan: maka orang itu tidak bisa mengangkat tangan kanannya ”
Dari hadits ini kita belajar, bahwa kesombongan memang menjadi penghalang seseorang untuk taat kepada Allâh dan Nabi-Nya. Dia meremehkan orang yang menyampaikan kebenaran, dan ia bangga dengan kelebihannya. Keburukan akan datang terhadap orang-orang yang demikian. Dan seseorang yang memiliki kesombongan, ilmunya juga tidak akan bermanfaat bagi kebaikan dunia dan akhirat. Karena seseorang yang mencari ilmu dan mengamalkan untuk akhirat akan senantiasa taat dan mawas diri. Al-Hafizh adz-Dzahabiy mengutarakan:
... فَإِن من طلب الْعلم للآخرة كَسره علمه وخشع قلبه واستكانت نَفسه وَكَانَ على نَفسه بالمرصاد فَلَا يفتر عَنْهَا بل يحاسبها كل وَقت ويتفقدها فَإِن غفل عَنْهَا جمحت عَن الطَّرِيق الْمُسْتَقيم وأهلكته ... ( الكتاب: الكبائر | المؤلف: الذهبي (المتوفى: 748هـ) | الناشر: دار الندوة الجديدة – بيروت ، ص 78 )
... Orang yang mencari ilmu untuk akhirat, ilmu akan menyadarkannya, mengkhusyu’ kan hatinya, menenangkan jiwa. Dia akan selalu mawas diri, tidak lengah dan akan selalu intropeksi tiap saat. Karena bila ia lengah dari nafsunya, maka ia akan melenceng dari jalan yang lurus dan akan menghancurkan dirinya ...
Kesombongan yang menyebabkan orang-orang merusak negeri, karena kesombongan mendorong mereka melakukan kemaksiatan, dan rusaknya negeri akibat kemaksiatan itu. Allah ta’ala telah berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (سورة الروم: 41)
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)
(الفسد) dalam bentuk ma’rifat, sehingga menunjukkan lil al-jins (menyatakan jenis). Dengan kata lain, kata tersebut mencakup seluruh bentuk kerusakan yang ada di darat dan lautan. Imam asy-Syaukani mengungkapkan:
وَالتَّعْرِيفُ فِي الْفَسَادِ: يَدُلُّ عَلَى الْجِنْسِ، فَيَعُمُّ كُلَّ فَسَادٍ وَاقِعٍ فِي حَيِّزَيِ الْبَرِّ، وَالْبَحْرِ ... (الكتاب: فتح القدير | المؤلف: الشوكاني اليمني (المتوفى: 1250هـ) | الناشر: دار ابن كثير، دار الكلم الطيب - دمشق، بيروت | ج 4 ص 263 )
Kerusakan yang terjadi tentu tidak tiba-tiba tapi (بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ), yakni: disebabkan perbuatan manusia, dijelaskan para ulama bahwa perbuatan yang dimaksud ialah
وقوله {بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ} أي بظلمهم وكفرهم وفسقهم وفجورهم (الكتاب: أيسر التفاسير | المؤلف: أبو بكر الجزائري | الناشر: مكتبة العلوم والحكم، المدينة المنورة، المملكة العربية السعودية ، ج 4 ص 185)
Firman Allah (disebabkan perbuatan tangan-tangan manusia) yaitu dengan kezhaliman, kekufuran, kefasikan dan kejahatan mereka
Kezhaliman terlihat dengan diterapkannya Demokrasi di negeri yang kaya ini. Dengan demokrasi, produk-produk kebijakan untuk mengatur masyarakat dilahirkan oleh wakil-wakil rakyat dengan jalan mufakat atau voting dan pertimbangan serta landasan tidak berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, hingga terjadilah kerusakan sebagai bentuk hukuman dari Allah, Penguasa hari Pertanggungjawaban. Tapi hukuman itu belum semua, karena akan ada siksa di neraka sebagai balasan sempurna bila tidak segera kembali pada kebaikan. Imam al-Baghawi menuturkan:
{لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا} أَيْ: عُقُوبَةَ بَعْضِ الَّذِي عَمِلُوا مِنَ الذُّنُوبِ (الكتاب: معالم التنزيل | المؤلف: البغوي (المتوفى: 510هـ) | الناشر: دار طيبة للنشر والتوزيع، ج 6 ص 274)
Firman Allah (Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka) ialah hukuman sebagian atas perbuatan dosa mereka
Kita tentu tidak ingin mendapatkan hukuman itu, baik di dunia maupun di akhirat. Karenanya, pesan Nabi saw. agar kita tidak sombong dan tidak merusak negeri seharusnya kita sambut dan terapkan. Yaitu kembali kepada kebenaran dengan menerapkan Islam dalam kehidupan di bawah naungan khilafah islamiyyah. Hal ini termasuk kewajiban yang agung:
اعْلَم أَيْضا أَن الصَّحَابَة رضوَان الله تَعَالَى عَلَيْهِم أَجْمَعِينَ أَجمعُوا على أَن نصب الإِمَام بعد انْقِرَاض زمن النُّبُوَّة وَاجِب بل جَعَلُوهُ أهم الْوَاجِبَات ... (الكتاب: الصواعق المحرقة | المؤلف: بن حجر الهيتمي (المتوفى: 974هـ) | الناشر: مؤسسة الرسالة – لبنان ،ج 1 ص 25)
Ketahuilah bahwa Shahabat Nabi ridwânuLlâh ta’ala ‘alayhîm telah bersepakat mengangkat al-Imam setelah berakhirnya masa kenabian adalah wajib, bahkan mereka menjadikannya sebagai kewajiban yang paling penting ...
Salam dari Nabi saw. untuk kita
Salam ini bukti perhatian dan cinta Nabi kepada umatnya. Dan sepantasnya kita menerima salam, menjawabnya dan juga membuktikan perhatian kita kepada sunnah Nabi saw., membela risalah yang Beliau saw. bawa untuk menerangi kegelapan zaman. Dan membuktikan cinta kita kepada Allah dan Nabi Muhammad saw. Cinta yang dimaksud ialah kecenderungan hati kepada keduanya, mengikuti al-Qur’an dan as-Sunnah dari baligh hingga mati.
القلب محترق والدمع مستبق ... والكرب مجتمع والصبر مفترق
كيف القرار على من لا قرار له ... مما جناه الهوى والشوق والقلق
يا ربّ إن كان شيء فيه لي فرج ... فامنن عليّ به ما دام بي رمق
Hati terbakar dan air mata bercucuran... derita berkumpul, sabar berpencar
Bagaimana hati tenang bila ia selalu... penuh semangat, rindu dan risau
Wahai Rabb, jika ada jalan keluar untukku... anugrahkan selama hidupku masih tersisa
Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang mengikuti pesan Nabi-Nya, menjawab salam dan mengikutinya hingga kematian menghampiri. Rindu untuk bertemu dengan Allah dan RasuluLlah telah memenuhi kalbu dan membakarnya, hingga menjadi energi yang akan disalurkan untuk mendapatkan ridha dari Allah semata. Allahu a'lam