Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Tuesday, January 28, 2014

Kasih Sayang Allah Melebihi Sayangnya Ibu


فقال لنا النبي ـ صلى الله عليه وسلم: ” أتَرَوْنَ هَذِهِ طارِحَةً وَلَدَهَا فيِ النَّارِ ؟ قُلْنَا : لاَ ،وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أنْ لَا تَطْرَحَهُ . فقال : للهُ أرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا“ - صحيح البخاري ، ج 5 ص 2235

Nabi Muhammad saw. bersabda: Akankah kalian melihat ibu ini melemparkan anaknya ke dalam api? Kami menjawab: Tidak, dan ia mampu untuk tidak melemparkannya. Lalu Nabi bersabda: Sesungguhnya Allah lebih sayang kepada hamba-Nya, melebihi sayangnya ibu ini kepada anaknya”
(Kitâb al-Adab Bâb Rahmatil Walad wa Taqbîlihi wa Mu’ânaqatihi)


Hadits ini dikeluarkan oleh al-Bukhârî 9/8 (5999) dan Muslim 97/8 (7078) berkata : telah menceritakan kepada saya al-Hasan bin ‘Ali al-Hulwânî dan Muhammad bin Sahl at-Tamîmî dengan lafadz al-hasan. Dan al-Bukhârî, al-Hasan serta Muhammad berkata: telah menceritakan kepada kami ibn Abi Maryam, telah menceritakan kepada kami Abû Ghassân, telah menceritakan kepada kami Zayd bin Aslam dari ayahnya, ayahnya dari Umar ibn al-Khaththab.

Pedoman hidup: al-Qur’an dan as-Sunnah

Ibu ialah sosok yang menyayangi anaknya, ia menjaga anaknya dari semenjak dalam kandungan hingga besar. Ibu merupakan sosok luar biasa, dalam Islam seorang anak wajib berbakti kepada ibunya, sebagaimana Nabi saw. menyebutkannya tiga kali. Perlu disadari bahwa Nabi kita, Muhammad saw., senantiasa melisankan kebenaran telah menyampaikan kepada kita, bahwa Allah ialah Dzat yang kasih sayang-Nya melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya.

Ibu yang baik lagi penuh kasih sayang pasti mengarahkan anaknya agar mendapatkan kebahagiaan. Tentu saja, Allah yang memiliki kasih sayang melebihi ibu telah memberi pedoman hidup bagi manusia agar ia bahagia dunia dan akhirat. Disamping itu, Allah juga-lah yang memberi rezeki kepada seluruh makhluk dan mengatur keseimbangan alam hingga tiba datangnya hari akhir. Allah pemberi rezeki dan pembuat pedoman hidup bagi manusia. Pedoman hidup yang datang dari sisi Allah ialah syari’at islam. Syari’at islam memiliki sumber hukum yang darinya digali seluruh aturan untuk memecahkan problematika kehidupan yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Al-Qur’an itu agung dari sisi dzat dan sifatnya. Allah ‘azza wa jalla berfirman:


سُورَةٌ أَنْزَلْنَاهَا وَفَرَضْنَاهَا وَأَنْزَلْنَا فِيهَا آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ 
(سورة النور: 1)

(inilah) suatu surah yang Kami turunkan dan kami wajibkan (menjalankan hukum-hukumnya), dan Kami turunkan di dalamnya tanda-tanda (kebesaran Allah) yang jelas, agar kamu mengingat


Nakirah pada (سورة) berfungsi mengagungkan (للتفخيم), dan penggunaan tersebut menunjukkan keagungannya dari sisi dzat (الفخامة من حيث الذات), kemudian ungkapan (انزلناهأ) dan seterusnya ialah sifat, dari sini dapat dipahami keagungannya dari sisi sifat (الفخامة من حيث الصفات). Oleh karena itu, hendaknya kita pahami bahwa Allah telah menurunkan surat yang dzat dan sifatnya agung dan bahkan terlalu agung untuk kita sandingkan dengan apapun yang ada di dunia. Dan dalam surat itu berisi petunjuk-petunjuk yang mulia sekaligus solusi atas seluruh permasalahan manusia.

Allah ‘azza wa jalla berfirman

هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ 
(سورة آل عمران: 138)
Ini (al-Qur’an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa


Ayat ini ialah dalil qath’iy yang menunjukkan bahwa al-Qur’an ialah keterangan yang jelas bagi manusia, dengan kata lain al-Qur’an pedoman hidup. Keterangan yang tertuang dalam al-Qur’an meliputi seluruh aspek dalam kehidupan manusia, Allah berfirman

وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ 
(سورة النحل : 89)

Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab yang menjelaskan segala sesuatu

Imam ibn Katsir mengutarakan dalam kitabnya:

قال ابن مسعود : قَدْ بَيَّنَ لَنا في هذا القرآن كُلَّ عِلْمٍ و كُلَّ شَيْءٍ 
(تفسير ابن كثير، ج 4 ص 595)

Demikian lah ungkapan sahabat Nabi yang mulia tentang penafsiran surat an-Nahl ayat 89, bahwa al-Qur’an meliputi seluruh ilmu dan segala sesuatu, berarti berisi penjelasan tentang halal haram dan apa saja yang dibutuhkan manusia dalam urusan dunia, agama dan kehidupan.

Dalam al-Qur’an terdapat ketentuan untuk mengikuti sunnah Rasul, Allah ‘azza wa jalla berfirman

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ 
(سورة الحشر: 7)
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarahnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat keras hukuman-Nya

Dari ayat ini terdapat mafhûm asy-syarth (مفهوم الشرط), diawali dengan perangkat syarat (ادات الشرط) yaitu mâ (ما) kemudian disertai jawab syarat yaitu fa ((ف yang diikuti fi’il thalabiy. Dikarenakan mahfûm asy-syarth bagian dari mafhûm al-mukhâlafah (مفهوم المخالفة) , maka pemahamannya ialah mâ atâkum min ghayr ar-rasûl lâ ta’khudzûhu (apa saja yang datang dari selain Rasul tidak boleh diambil). Dengan demikian, Allah telah menetapkan bagi kita untuk berpegang pada sunnah Rasul-Nya, sebagai pedoman hidup kita. 

Aturan Islam untuk Kebahagiaan Dunia dan Akhirat: Bukti Kasih Sayang Allah

Dalam al-Qur’an, disampaikan kepada kita:

فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ 
(سورة البقرة: 38)

Siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati

Terkait ungkapan (الهدى) dalam ayat tersebut (هداي), Imam ar-Razi dalam kitab Mafâtîh al-Ghayb : maksudnya ialah seluruh petunjuk dan penjelas (كُلُّ دَلَالَةٍ وَبَيَانٍ) baik berupa dalil aqli maupun wahyu yang disampaikan kepada Nabi (دَلِيلُ الْعَقْلِ وَكُلُّ كَلَامٍ يَنْزِلُ عَلَى نَبِيٍّ). Dalam perkara keimanan, ada yang bersumber dari dalil aqli ada juga yang bersumber dari dalil naqli. Adapun dalam perbuatan dan yang berkaitan dengannya, semuanya harus bersandar pada sumber hukum Islam. Atas ketaatan inilah kemudian ada hadiah dari Allah ‘azza wa jalla, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibn ‘Abbas ra.

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: فَلَا يَضِلُّ فِي الدُّنْيَا وَلَا يَشْقَى فِي الْآخِرَةِ.

Ibn ‘Abbas: maka ia tidak tersesat di dunia dan tidak sempit di akhirat (Tafsir Ibn Katsir)

Tentunya tidak ada hadiah yang paling besar dari kedua hal tersebut, dan itu merupakan buah dari iman dan mengikuti pedoman hidup yang Allah wahyukan kepada Nabi-Nya. Dan ini merupakan bentuk kasih sayang Allah yang nyata. Seorang ibu tidak akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api, dan Allah dengan rahmat-Nya akan menyelamatkan mereka yang masih memiliki iman sekalipun sebesar dzarrah dari kobaran api neraka, sebagaimana hadits berikut

... ثُمَّ يَتَحَنَّنُ اللَّهُ بِرَحْمَتِهِ عَلَى مَنْ فِيهَا، فَمَا يَتْرُكُ أَحَدًا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ إِلا أَخْرَجَهُ مِنْهَا

Kemudian dengan kasih sayang Allah dengan memberikan rahmat ke atas siapa saja yang ada didalam neraka, tidak seorangpun yang di dalam hatinya terdapat iman sekalipun sebesar dzarrah melainkan akan dikeluarkan dari neraka (Hr. Ibn Mubarak dalam kitab az-Zuhd)

Renungkanlah makna dari hadits tersebut, dan renungkanlah ungkapan berikut: bukankah kita memiliki potensi untuk membangun iman dan ketaatan yang sempurna, sehingga kita tidak perlu singgah ke neraka ? bila yang demikian saja diberikan rahmat yang luas dari sisi Allah, apatah lagi bila kita mampu mewujudkan potensi kita. sungguh Allah memiliki kasih sayang yang luar biasa terhadap hamba-hamba-Nya, Dia tidak akan membebankan pedoman hidup bagi kita melainkan pasti kita sanggup menjalankannya. Allahu ta’ala a’lam

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages