(2569)- [2664] حَدَّثَنَا يُونُسُ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، عَنْ قَيْسِ
بْنِ الْحَجَّاجِ، عَنْ حَنَشٍ الصَّنْعَانِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَبَّاسٍ، أَنَّهُ حَدَّثَهُ: أَنَّهُ رَكِبَ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ يَوْمًا،
فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ: يَا غُلَامُ إِنِّي مُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظْ
اللَّهَ يَحْفَظْكَ
" ... Jagalah Alloh, niscaya Dia menjagamu " (Hr.
Ahmad, Musnad Ahmad, hlm. 720)
Perawi
Yunus ibn Muhammad ibn Muslim (w.
207 H) dinilai Imam adz-Dzahabi dalam Tadzkiroh al-Huffazh dengan
ungkapan kibaar al-Huffazh bi baghdad (1/hlm. 264) ; Laits ibn Sa'd (w. 175 H)
diberi penilaian oleh Imam Yahya ibn Mu'ain dalam kitab al-Jarh wa at-Ta'dil
dengan ungkapan tsiqoh, dan ia termasuk perawi Imam Bukhari dan Imam
Muslim (7/hlm.179) ; Qois ibn al-Hajjaaj (w. 129 H) dinilai Imam Abu
Hatim ar-Raziy dalam al-Jarh wa at-Ta'dil dengan ungkapan shaalih
(7/hlm. 95), ungkapan Shaalih sendiri menurut ibn Abi Hatim dan ibn
ash-sholah termasuk tingkatan ke-3 dari peringkat ta'dil. Bila terdapat perawi
dengan penilaian demikian, maka sikap terhadap periwayatannya ialah dicatat (yuktabu),
diteliti (an-nazhar) mutabi' atau syahid dari hadits tersebut dan kemudian
dijadikan perbandingan (al-ikhtibar). Hanasy ash-Shon'aaniy (w. 100 H)
termasuk perawi Imam Muslim, dan Imam al-'Ijli dalam kitab ma'rifat
ats-Tsiqot menuturkan perihal beliau sebagai sosok yang tsiqoh (1/hlm.
326). Sekalipun terdapat perawi yang dinilai shaalih, ternyata hadits
ini memiliki mutabi' dan syawahid (sekitar 24 riwayat), dengan demikian bukan
riwayat munfarid (menyendiri). Dan haditsnya dapat dijadikan hujjah.
Menjaga Alloh ialah
dengan menerapkan Islam secara Kaffah (Menyeluruh)
Imam ibn Rajab al-Hanbaliy (w. 795 H) dalam kitab Nur
al-Iqtibas menuturkan tentang ma'na ihfazhillaaha (jagalah Alloh),
يعني احفظ حدود الله وحقوقه وأوامره
ونواهيه، وحفظ ذلك هو الوقوف عند أوامره بالامتثال، وعند نواهيه بالاجتناب ... كما
في حديث أبي ثعلبة المرفوع: ((إن الله فرض فرائض فلا تضيعوها، وحرم حرماتٍ فلا
تنتهكوها، وحد حدوداً فلا تعتدوها)).
"ya'ni jagalah hukum-hukum Alloh, hak-hak,
perintah-perintah dan larangan-larangan Alloh. Menjaga hal yang demikian adalah
dengan bersikap taat terhadap perintah-perintah Nya dengan melaksanakan, dan
terhadap larangan-larangan Nya dengan menjauhi ... sebagaimana riwayat marfu'
dari Abu Tsa'labah : (sesungguhnya Alloh mewajibkan perkara-perkara yang wajib
maka janganlah ditinggalkan; Dia mengharamkan hal-hal yang haram maka janganlah
didekati ; Dia telah menetapkan hukum maka jangan dilanggar) " ( Nur
al-Iqtibas fi Misykat Washiyat an-Nabi li ibn 'Abbas, 1/ hlm. 41)
Dengan
kata lain, maksudnya ialah menerapkan syari'at Islam diatas pondasi keimanan.
Sesungguhnya syari'at Islam yang disampaikan Nabi saw. kepada
manusia dilihat dari sisi dzat dan shifat ialah sesuatu yang
agung, karena ia datang dari Yang Maha Agung. Dan apa-apa yang diterangkan di dalam
sumber Syari'at Islam, al-Qur'an dan as-Sunnah, ialah merupakan pedoman hidup
yang kita wajib terikat dengannya, sebagai bukti dari keimanan kita kepada
Alloh dan Nabi-Nya. Mengenai keagungan sumber syari'at Islam (baik dzat maupun
shifat-nya) dan kewajiban menerapkan hukum-hukum didalamnya dapat dipahami dari
ayat berikut, Alloh ta'ala berfirman :
سُورَةٌ
أَنْزَلْنَاهَا وَفَرَضْنَاهَا وَأَنْزَلْنَا فِيهَا آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
"inilah surah yang Kami turunkan dan Kami wajibkan
(menjalankan hukum-hukumnya), dan Kami turunkan di dalamnya tanda-tanda
(kebesaran Alloh) yang jelas, agar kamu selalu mengingatnya" (Qs. An-Nur
24 : 1)
Adapun ruang lingkup syari'at Islam ialah meliputi seluruh aspek
kehidupan. Berdasarkan i'tiqod (keyakinan), kita mendapatkan firman
Alloh ta'ala dalam surah An-Nahl (16) ayat 89, surah al-Ma'idah (5) ayat 3 yang
mengungkapkan bahwa Islam menjelaskan segala sesuatu dan telah sempurna, dan Imam
ibn Hajar al-Asqolani dalam kitab al-Muthoolib al-'Aaliyyah menuturkan
sebuah riwayat
قَالَ النَّبِيُّ: " يَا أَيُّهَا
النَّاسُ، إِنِّي قَدْ أُوتِيتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ وَخَوَاتِمَهُ، وَاخْتُصِرَ
لِيَ الْكَلَامُ اخْتِصَارًا "
"wahai manusia, sesungguhnya aku telah menerima kalam yang
memuat seluruh perkara dan rujukan terakhir; diberikan kepadaku dengan ringkas."
(15 / hlm. 635)
Berdasarkan
catatan sejarah, dimulai dari hijrahnya Rasul saw. ke Madinah dan diteruskan
oleh Khulafa' ar-Rasyidin hingga berlangsung selama 13 abad, Islam telah
diterapkan secara total dalam mengatur urusan-urusan masyarakat. Karena dalam bahasan
fiqh, keberadaan Khalifah ialah untuk menerapkan syari'at Islam dalam naungan
Khilafah Islamiyyah. Imam Abu Bakr Muhammad Waki' (w. 306 H) menuturkan dalam
kitab Akhbaar al-Qudhooh :
فإن الله عز وجل بإقامته الحق بين عباده،
جعل الحكم بينهم ... واستخلف الخلفاء في الأرض ليقيموا حكمه، وينصفوا من عباده،
ويقوموا بأمره، فَقَالَ: عز وجل:{يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي
الْأَرْضِ فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى [ص:26} ...
" sungguh Alloh 'azza wa jalla menegakkan yang Haq diantara
hamba-Nya, Dia membuat hukum diantara hamba-Nya … dan menjadikan (menempatkan
posisi) al-Khulafa' di bumi untuk menegakkan hukum-hukum Alloh, dan mengurusi
urusan hamba-hamba Nya dan menegakkan perintah-perintah-Nya. Alloh berfirman :
wahai Dawud, sesungguhnya engkau Kami jadikan Khalifah (penguasa) di bumi, maka
tegakkanlah hukum di antara manusia dengan haq dan jangan mengikuti hawa nafsu
(Qs. Shod 38 : 26). "
(1/ hlm. 1)
Alloh Selalu Menjaga
Siapa Saja Yang Menerapkan Syari'at Islam Di atas Pondasi Iman
Menurut penuturan Imam ibn Rajab (w. 795 H) tentang ma'na yahfazhka (Alloh menjagamu), ya'ni
فمن قام بحقوق الله عليه فإن الله يتكفل له
بالقيام بجميع مصالحه في الدنيا والآخرة .. وفي حديث جابر عن النبي صلى الله عليه
وسلم :((من كان يحب أن يعلم منزلته عند الله فلينظر كيف منزلة الله عنده، فإن الله
ينزل العبد منه، حيث أنزله من نفسه)). فهذا يدل على أنه على قدر اهتمام العبد
بحقوق الله وبأداء حقوقه ومراعاة حدوده واعتنائه بذلك وحفظه له، يكون اعتناؤه به
وحفظه له...
"Barangsiapa yang menegakkan hak-hak Alloh atas dirinya,
maka Alloh menjamin baginya untuk menjalankan semua kepentingannya di dunia dan
akhirat. Menurut hadits Jabir dari Nabi saw. : (Barangsiapa ingin mengetahui
kedudukannya di sisi Alloh, maka hendaklah ia memperhatikan bagaimana kedudukan
Alloh di sisinya. Sebab, Alloh menempatkan hamba terhadap-Nya menurut bagaimana
hamba itu menempatkan-Nya terhadap dirinya) ; hal ini menunjukkan bahwa Alloh
berada menurut kadar perhatian hamba terhadap hak-hak-Nya, terhadap penunaian
hak-haknya serta pemeliharaan, perhatian dan penjagaan terhadap
hukum-hukum-Nya; Dengan demikianlah Dia memperhatikan dan menjaganya." (1/
hlm 63-65)
Dalam
hal ini, jika hukum-hukum Alloh juga ditegakkan dalam masyarakat dibawah
naungan Khilafah Islamiyyah, maka Alloh akan menolak kesulitan dan membuat kehidupan
menjadi barokah. Sya'ir dari Imam ibn Mubarok sebagaimana yang dikutip Imam Abu
'Abdulloh al-Azroq (w. 896 H) dalam kitab Bada'i as-Salak
قال ابن المبارك: إن الجماعة حبل الله
فاعتصموا ... بعروته الوثقى لمن دانا ... كم يدفع الله بالسلطان مظلمة ... في
ديننا رحمة منه ودينانا ... لولا الخليفة لم تأمن لنا سبل ... وكان أضعفنا نهبا لا
قوانا
" Sungguh al-Jama’ah itu adalah tali
Alloh. Maka berpeganglah pada tali dari Alloh (yang ditetapkan) bagi orang yang
beragama ; Betapa
banyak Alloh akan menolak kesulitan dengan adanya kekuasaan, sebagai rahmat
dari-Nya di dalam din dan dunia kita ; Andai tidak ada al-khilafah, maka
jalan-jalan (kehidupan) tidak aman bagi kita. Dan orang yang lemah akan jadi
mangsa (rampasan) orang yang kuat " (1/ hlm. 6 )
Wallohu ta'ala a'lam