bagian ke-3
Bagian Keempat : Kondisi Dunia Kini Dan Gelombang Perubahan Serta Harapan Kebangkitan Islam
"Racun Mematikan" Telah Menjalar & Membuat Lemah Negara Kapitalisme
Kondisi perekonomian dunia dibawah kendali Kapitalisme tengah berada di jurang kehancuran. Hal ini dapat kita saksikan dari Konferensi tahunan Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF). Pertemuan akhir Januari yang lalu dengan tema besar “Transformasi Besar, Membentuk Model Baru”, dihadiri oleh beberapa tokoh, diantaranya : George Soros, Bill Gates dari Microsof, Direktur LSM Green Peace Kumi Naido, Donald Trump seorang pebisnis dari Amerika, Luc Besson seorang produser film, penulis Karen Amstrong, Direktur IMF (Dana Moneter Internasional) Christine Lagarde, Kanselir Jerman Angela Merkel, Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron, PM Kanada Stephen Harper, utusan dari Tunisia, Thailand, Presiden Nigeria Goodluck Jonathan, dan dari Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama sang istri, Ani Yudhoyono, Menteri Perdagangan Gita Wiryawan, serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu.
Muncul dalam konferensi tersebut suasana ketidakpercayaan terhadap sistem kapitalisme – terlepas dari kualitas ketidakpercayaan itu sendiri -. Hal ini terlihat dari beberapa makalah yang disampaikan. Ya'ni : “Is 20th Century Capitalism Failing 21st Century Society?” (Apakah Kapitalisme Abad 20 Menggagalkan Masyarakat Abad 21?), ‘Fixing Capitalism’, ‘Has Globalisation Reached its Economic and Political Limits?’(‘Memperbaiki Kapitalisme,’ ‘Apakah Globalisasi Telah Mencapai Batas Ekonomi dan Politiknya?) dan ‘How Will the Eurozone Countries Emerge from the Eurozone Crisis?’ (Bagaimanakah Negara-negara Zona Euro Bisa Keluar dari Krisis Zona Eropa?).
Pendiri sekaligus pimpinan WEF, Klaus Schwab mengakui, Kapitalisme tak dapat diharapkan untuk menyelesaikan masalah dunia saat ini. “Kita telah gagal mengambil pelajaran dari krisis finansial tahun 2009. Transformasi global diperlukan yang dimulai dari kepedulian atas tanggung jawab sosial bersama,” ungkapnya. “Kapitalisme, dalam bentuk yang sekarang, tidak memiliki tempat di sekitar kita,” tegas ekonom Jerman ini. Pemimpin keuangan dunia mengakui bahwa Kapitalisme gaya Barat sedang terancam. “Resesi ini berlangsung lebih lama dari prediksi siapa pun dan mungkin akan berlangsung selama beberapa tahun lagi. Kita akan memiliki banyak kesenjangan ekonomi,” ungkap David Rubenstein, pendiri Carlyle Group, perusahaan pengelola dana investasi global bermarkas di Washington. Hasil jajak pendapat perusahaan akuntan Pricewaterhouse Coopers (PwC) bersama WEF terhadap 1.258 bos korporasi cukup memberikan gambaran menurunnya pamor Kapitalisme. Kesimpulannya, 48% bos-bos Kapitalisme memperkirakan ekonomi akan melemah. Hanya 15% yang menyebut tahun ini akan ada pertumbuhan. Dari jajak pendapat ini juga terungkap, para pemimpin bisnis Eropa menjadi pihak yang paling pesimistis. Mereka takut pemerintah negara-negara Uni Eropa tak mampu mengatasi krisis utang dan mencermati stabilitas pasar keuangan.
Hasil jajak pendapat Bloomberg mengungkapkan mayoritas investor setuju bahwa ketimpangan pendapatan melukai ekonomi, dan pemerintah harus segera mengatasinya. Bahkan lebih dari 70% responden mengatakan sistem Kapitalisme berada dalam kubangan krisis. Sebanyak 32% responden menilai perlu perubahan radikal, sedangkan 39% lain menganggap gejolak akan memudar dengan sendirinya. Investor juga menyuarakan kekhawatiran tentang peran industri keuangan dalam masyarakat. Mereka menilai bank memiliki kekuasaan terlalu besar atas pemerintah. Sementara itu, 70% dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa penurunan ekonomi Eropa akan menyebabkan instabilitas sosial pada tahun 2012, termasuk menjalarnya kerusuhan.
Sebenarnya, ditengah krisis-krisis yang berulang yang menimpa negara-negara pengemban Kapitalisme dan pada saat yang bersamaan adanya sikap pesimistis mereka terhadap sistem kapitalisme semakin menunjukkan bahwa "racun mematikan" telah menjalar luas ke tengah-tengah mereka, sekalipun ada upaya mereka untuk menyelamatkan diri, namun tak pernah menunjukkan hasil yang nyata. Dengan kata lain, semua rencana penyelamatan hanya sekadar obat yang meringankan rasa sakit sementara waktu, tak akan mampu menyelamatkan mereka dari "racun mematikan" itu hingga akhirnya menuju kematian sistem Kapitalisme.
Dalam pandangan kami, parahnya kondisi negara kapitalisme akan bertambah dengan munculnya dua kubu, ya'ni :
(a) tumbuh suburnya kubu antikapitalisme dari tubuh mereka sendiri –terlepas dari solusi yang mereka hadirkan- , hal ini tampak dari beberapa demonstrasi yang mewarnai dunia, seperti The Occupy Wall Street yang membawa slogan utama "We are 99 %" aksi ini merebak ke seantero kota di Amerika dengan tema yang bervariasi ada "Occupy Chicago, Occupy Los Angeles, Occupy Seattle, dll", aksi serupa berlangsung di 951 kota di 82 negara meliputi Eropa, Asia, Amerika dan Afrika . Kubu ini paling tidak akan ikut ambil bagian dalam menyibukkan mereka untuk mempertahankan eksistensi negaranya agar tidak dimanfaatkan oleh kemunculan pengemban Sosialisme sebagai bentuk anti Kapitalisme.
(b) adanya kutlah da'wah Islam yang meyakini kebangkitan Islam dengan tegaknya Khilafah ar-Rasyidah yang kedua. Dengan kondisi seperti ini, ditengah kekecewaan pengemban Kapitalisme terhadap kinerja Kapitalisme itu sendiri, maka kemunculan kutlah yang bermabdakan Islam ini akan membuat mereka sangat khawatir, sebagaimana tampak dalam ungkapan-ungkapan mereka yang telah masyhur kita ketahui, dan tentunya harapan akan terulang kembali sejarah kebangkitan Islam semakin menguat. Sekalipun peristiwa yang mengawalinya tidak sama, namun arah menuju perubahan peta kekuatan politik, pemerintahan dan kekuasaan Islam tampak nyata, sebagaimana yang telah terjadi pada saat kemunculan Rasululloh saw. dan tersebarnya risalah Islam hingga akhirnya tegak Daulah Islam di Madinah.
Beberapa gejolak perubahan di dunia Islam, telah dibajak oleh Barat, sebagaimana yang terjadi di Mesir dan Libya. Dan Tunisia nyaris sulit untuk diharapkan menuju kebangkitan Islam, mengingat partai an-Nahdhoh – sebagai partai yang berkuasa – menunjukkan sikap yang anti Syari'ah Islam , sebagaimana terungkap
Seorang pejabat senior partai an-Nahdhoh pada Senin (26/3) mengatakan : “An-Nahdhah telah memutuskan untuk mempertahankan klausul pertama dari konstitusi sebelumnya tanpa perubahan,” kata Ameur Larayed mengatakan kepada radio Mosaique. “Kami ingin kesatuan bangsa dan kami tidak ingin terjadinya perpecahan.” Kelompok konservatif agama, termasuk pihak ketiga terbesar di majelis konstituante, dalam beberapa pekan terakhir telah menyerukan konstitusi baru untuk memasukkan syariah sebagai sumber utama perundang-undangan. Kubu sekuler menentang langkah ini, yang mereka katakan akan membuka jalan bagi hak agama secara perlahan untuk memaksakan nilai-nilai sekuler yang telah menjadi salah satu prinsip di negara dunia Arab ini.
Rasyid al-Ghannouchi, pemimpin An-Nahdhah, yang menempati lebih dari 40 persen kursi di majelis, berjanji sebelum pemilihan bahwa partainya akan puas dengan klausa pertama yang ada di konstitusi, yang mengidentifikasi Islam sebagai agama negara tapi tidak tidak secara khusus mengacu pada syariah. Namun, ia mengatakan bulan lalu bahwa An-Nahdhah sedang berdebat terkait gagasan syariah dan belum mencapai kesimpulan. Sikap An-Nahdhah pada peran agama dalam pemerintahan akan memiliki dampak besar pada konstitusi yang akan muncul, dan memiliki potensi untuk meningkatkan polarisasi antara Islam dan sekuler. (eramuslim.com, 27/3/2012)
Adapun penduduk Suriah yang menghendaki perubahan sedang mengalami kondisi yang sangat sulit mengingat kerasnya Rezim Basyar al-Asad – seorang penjagal dari kelompok Syiah Nushairiyah, yang pada dasarnya termasuk kelompok kafir – , dalam berita diungkapkan bahwa Perserikatan Bangsa Bangsa, Selasa (27/3) meningkatkan perkiraan jumlah kematian korban untuk kerusuhan di Suriah menjadi lebih dari 9.000 orang. Kekerasan di lapangan terus berlanjut,” ungkap Utusan Urusan Perdamaian Timur Tengah PBB Robert Serry kepada Dewan Keamanan PBB. “Perkiraan yang layak dipercaya menyebutkan korban tewas sejak awal pemberontakan satu tahun lalu kemungkinan menjadi lebih dari 9.000 orang. Ini sangat mendesak untuk menghentikan pertempuran dan mencegah eskalasi kekerasan lebih lanjut dari konflik itu,” ungkap Serry (mediaindonesia.com, 28/3/2012). Disisi lain sekalipun tidak terang-terangan, ada indikasi kuatnya hubungan Basyar al-Asad dengan Israil dan Amerika, sementara kedua negara tersebut juga tidak menginginkan pemberontakan penduduk Suriah kepada Basyar akan mengarah pada kebangkitan Islam.
Bagian Kelima : Tho'ifah Min Ummat Muhammad 'Ala al-Haq & Bisyaroh Tegaknya Kembali Khilafah 'ala Minhaj an-Nubuwwah
Adapun penduduk Suriah yang menghendaki perubahan sedang mengalami kondisi yang sangat sulit mengingat kerasnya Rezim Basyar al-Asad – seorang penjagal dari kelompok Syiah Nushairiyah, yang pada dasarnya termasuk kelompok kafir – , dalam berita diungkapkan bahwa Perserikatan Bangsa Bangsa, Selasa (27/3) meningkatkan perkiraan jumlah kematian korban untuk kerusuhan di Suriah menjadi lebih dari 9.000 orang. Kekerasan di lapangan terus berlanjut,” ungkap Utusan Urusan Perdamaian Timur Tengah PBB Robert Serry kepada Dewan Keamanan PBB. “Perkiraan yang layak dipercaya menyebutkan korban tewas sejak awal pemberontakan satu tahun lalu kemungkinan menjadi lebih dari 9.000 orang. Ini sangat mendesak untuk menghentikan pertempuran dan mencegah eskalasi kekerasan lebih lanjut dari konflik itu,” ungkap Serry (mediaindonesia.com, 28/3/2012). Disisi lain sekalipun tidak terang-terangan, ada indikasi kuatnya hubungan Basyar al-Asad dengan Israil dan Amerika, sementara kedua negara tersebut juga tidak menginginkan pemberontakan penduduk Suriah kepada Basyar akan mengarah pada kebangkitan Islam.
Indikasi kuatnya hubungan tersebut terlihat ketika Kerry—yang dikenal sebagai ujung tombak Kongres dalam memanfaatkan rezim Suriah—bertemu dengan Assad sebanyak enam kali dalam tempo dua tahun. Dia bersama Hillary Clinton menyebut Assad sebagai seorang reformis, bahkan setelah terjadinya tindak kekerasan tentara di bulan Maret 2011. Menurut Wall Street Journal, Assad bahkan mendapatkan Kerry sebagai orang kepercayaan. Wall Street Journal melukiskan bagaimana Kerry menggambarkan pemimpin Suriah sedang meratapi berkembangnya konservatisme di Suriah dan fakta bahwa istri Assad harus memakai jilbab ketika mengunjungi masjid bersejarah Umayyah di Damaskus. Dan hubungan Assad yang kuat dengan senator-senator Amerika, wakil-wakil DPR dan para diplomat lebih lanjut dipertunjukkan dalam kabel-kabel yang dirilis oleh Wikileaks. Dalam sebuah pertemuan pada bulan Maret 2009, hanya lima minggu setelah akhir Perang Gaza, Assad bertemu dengan para diplomat Amerika dan mengecam Hamas sebagai ‘tamu tak diundang’ dengan menyamakannya dengan pembantaian Ikhwanul Muslimin pada tahun 1982. Dengan demikian, cukup sulit bagi kaum muslimin di Suriah untuk berhadapan dengan rezim Basyr al-Asad.
Dengan melihat fakta-fakta yang ada, terlihat bahwa kaum muslimin di berbagai daerah menghendaki perubahan, terlepas dari adanya pembajakan dan tidak terlahirnya perubahan tersebut dari sebuah kesadaran Islam yang kuat. Poin pentingnya adalah perubahan yang dikehendaki kaum muslimin merupakan suatu keniscayaan dan benar-benar bisa terwujud ditengah lemahnya arus Kapitalisme global sekalipun rezim-rezim yang menguasai kaum muslimin merupakan rezim yang bertangan besi.
Indonesia Mengharapkan Perubahan Menuju Islam
Ditengah kondisi terpuruknya negara yang kaya akan sumber daya alam ini, arus perubahan menuju kebangkitan Islam tampak nyata dan menguat. Hasil survey Setara Institute mencatat 34,6 % responden warga Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi menyetujui sistem Khilafah. Hal ini tentu saja bukan angka yang kecil, mengingat ide Khilafah itu merupakan ide yang spesifik, khas dan ideologis, terlebih survey ini diadakan di Jabodetabek yang merupakan barometer perpolitikan nasional. Survey-survey lain yang pernah diadakan, semisal Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta selama 3 tahun berturut-turut (2001 - 2003) mendapati peningkatan dukungan terhadap pemberlakuan syariat Islam di Indonesia, tahun 2001 57,8 % ; tahun berikutnya 67 % dan terus meningkat pada 2003 menjadi 75 % .
Dengan melihat fakta-fakta yang ada, terlihat bahwa kaum muslimin di berbagai daerah menghendaki perubahan, terlepas dari adanya pembajakan dan tidak terlahirnya perubahan tersebut dari sebuah kesadaran Islam yang kuat. Poin pentingnya adalah perubahan yang dikehendaki kaum muslimin merupakan suatu keniscayaan dan benar-benar bisa terwujud ditengah lemahnya arus Kapitalisme global sekalipun rezim-rezim yang menguasai kaum muslimin merupakan rezim yang bertangan besi.
Indonesia Mengharapkan Perubahan Menuju Islam
Ditengah kondisi terpuruknya negara yang kaya akan sumber daya alam ini, arus perubahan menuju kebangkitan Islam tampak nyata dan menguat. Hasil survey Setara Institute mencatat 34,6 % responden warga Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi menyetujui sistem Khilafah. Hal ini tentu saja bukan angka yang kecil, mengingat ide Khilafah itu merupakan ide yang spesifik, khas dan ideologis, terlebih survey ini diadakan di Jabodetabek yang merupakan barometer perpolitikan nasional. Survey-survey lain yang pernah diadakan, semisal Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta selama 3 tahun berturut-turut (2001 - 2003) mendapati peningkatan dukungan terhadap pemberlakuan syariat Islam di Indonesia, tahun 2001 57,8 % ; tahun berikutnya 67 % dan terus meningkat pada 2003 menjadi 75 % .
Survey lainnya yang diadakan Gerakan Nasionalis di UI, ITB, UGM, UNAIR, UNIBRAW, didapati 80 % mahasiswa memilih Syari'at Islam sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara (kompas, 4/3/2008). Lembaga Riset internasional, Roy Morgan tahun 2008 juga mendapati 52 % responden Indonesia menyatakan bahwa syari'at Islam harus diterapkan di Indonesia (The Jakarta Post, 24/6/2008). Sementara survey yang diadakan oleh SEM Institute Jakarta, pada tahun 2008 menunjukkan 72 % responden setuju penerapan syari'at Islam, dan 84 % masyarakat yakin atau sangat yakin bahwa syari'at Islam bisa membawa mashlahat dan satu-satunya solusi bagi problematika bangsa.
Kondisi ini mengingatkan kita akan catatan sejarah, bahwa penduduk Madinah mengharapkan perubahan dan berharap Islam menjadi solusi bagi problematika yang dihadapi mereka, dan da'wah di Madinah sekiranya memiliki kemiripan dengan Indonesia dari sisi sambutan masyarakat. Kita bisa melihat beberapa kegiatan besar dengan kehadiran masyarakat yang besar dan kondisi ini tidak terjadi di Timur Tengah, sebagaimana Konferensi Khilafah Internasional, Mu'tamar 'Ulama Nasional, dan Mu'tamar Mubalighoh, serta Konferensi Rajab, semua kegiatan tersebut dihadiri oleh massa yang jumlahnya dapat dikatakan fantastis untuk sebuah acara yang spesifi, khas dan mengusung nuansa mabda Islam sebagai solusi fundamental yang dihadapi negeri ini, dan ini adalah poin penting yang hendak kami sampaikan.
Bagian Kelima : Tho'ifah Min Ummat Muhammad 'Ala al-Haq & Bisyaroh Tegaknya Kembali Khilafah 'ala Minhaj an-Nubuwwah
Menjernihkan syubhat tentang bisyaroh Khilafah 'ala minhaj an-nubuwwah dalam hadits Hudzaifah ibn Yaman. Dalam Musnad Imam Ahmad, diungkapkan riwayat berikut :
فَقَالَ حُذَيْفَةُ : قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :.... ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ
نُبُوَّةٍ ثُمَّ سَكَتَ.
"kemudian
akan tegak kembali Khilafah 'Ala Minhaj an-Nubuwwah, dan kemudian beliau saw.
Diam."
(Hr. Ahmad, Musnad Ahmad, 4 : 273)
Beberapa kalangan menyampaikan argumentasi
bahwa Khilafah yang disebutkan dalam hadits tersebut telah datang, ya'ni
Khilafah masa kekhalifahan Umar ibn Abd al-Aziz. Perlu kami luruskan bahwa :
a. khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah yang
disebut hadits Ahmad adalah masa Khalifah Umar bin Abdil ‘Aziz ra. merupakan
asumsi seorang perawi bernama Habib bin Salim rahimahullaah, dia tidak
termasuk hadits Rasululloh saw.
b. Habib bin Salim rahimahullaah sendiri
tidak meyakini akan asumsinya tersebut, beliau hanya mengatakan “berharap”:
قال فقدم
عمر يعني ابن عبد العزيز ومعه يزيد بن النعمان فكتبت إليه أذكره الحديث وكتبت إليه
إني أرجو ان يكون امير المؤمنين بعد الجبرية قال فأخذ يزيد الكتاب فأدخله على
عمر فسر به وأعجبه
"Habib ibn Salim berkata : Saya
berharap bahwa Amirul Mu'minin (Umar ibn Abd al-Aziz) ialah Khalifah setelah
masa al-Jabariyyah …" (Imam al-Baihaqi, Dalail al-Nubuwwah wa
Ma’rifat Ahwal Shahib al-Syari’ah, 6 : 491)
c. Jikapun ada yang berpendapat demikian
tentunya tidak termasuk keyakinan yang menafikan kemungkinan-kemungkinan
lainnya, karena landasannya sebatas asumsi seorang perawi yang beliau sendiri
bahkan tidak sampai meyakininya.
d. Dalam riwayat Imam Muslim, diungkapkan
akan ada Kholifah akhir zaman, sementara kita ketahui bahwa Khalifah Umar ibn
Abd al-Aziz masih dekat dengan kenabian akan tetapi jauh dari akhir zaman, dan
mengatakan tidak akan ada lagi kholifah berarti mengingkari hadits berikut :
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ
حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا
دَاوُدُ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ وَجَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
قَالَا : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكُونُ فِي
آخِرِ الزَّمَانِ خَلِيفَةٌ يَقْسِمُ الْمَالَ وَلَا يَعُدُّهُ
"…
Rasul saw. Bersabda : akan ada di akhir zaman Khalifah yang membagi-bagikan
harta tanpa memperhitungkannya." (Hr. Muslim, Shohih Muslim, 14 : 128)
Dengan kata lain, kami hendak menyampaikan
bahwa bisyaroh Rasul dalam hadits Hudzaifah masih berpeluang untuk kita raih
pada masa kita, ditambah dengan hadits-hadits lainnya yang realisasinya belum
tampak dalam catatan sejarah umat Islam seperti :
حَدَّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ الْعَتَكِيُّ
وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ كِلَاهُمَا عَنْ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ وَاللَّفْظُ
لِقُتَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ أَيَّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَبِي
أَسْمَاءَ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا
وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا
"Rasul saw. bersabda : Sesungguhnya
Alloh ta'ala telah mengumpulkan (dan menyerahkan) bumi kepadaku sehingga aku
bisa menyaksikan timur dan baratnya. Sesungguhnya kekuasaan umatku akan
mencapai apa yang telah dikumpulkan dan diserahkan kepadaku." (Hr. Muslim,
Shohih Muslim, 14 : 68)
Imam al-Hafizh al-Khaththabi berkata :
وَمَعْنَاهُ
أَنَّ الْأَرْضَ زُوِيَتْ لِي جُمْلَتُهَا مَرَّةً وَاحِدَةً فَرَأَيْت
مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا ، ثُمَّ هِيَ تُفْتَحُ لِأُمَّتِي جُزْءًا فَجُزْءًا
حَتَّى يَصِلَ مُلْكُ أُمَّتِي إِلَى كُلِّ أَجْزَائِهَا
"maknanya adalah : sesungguhnya bumi
telah dikumpulkan dan diserahkan kepadaku seluruhnya secara serentak sehingga
aku bisa menyaksikan timur dan baratnya. Kemudian, bumi akan ditaklukkan untuk
umatku bagian demi bagian hingga kekuasaan umatku meliputi seluruh bagian muka
bumi ini"
(Imam Mubarokfuri, Tuhfat al-Ahwadzi, 5 :
468)
Dalam
Musnad Imam Ahmad diungkapkan sebuah riwayat :
قَالَ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ : وَجَدْتُ
فِي كِتَابِ أَبِي بِخَطِّ يَدِهِ : حَدَّثَنِي مَهْدِيُّ بْنُ جَعْفَرٍ
الرَّمْلِيُّ ، حَدَّثَنَا ضَمْرَةُ ، عَنِ السَّيْبَانِيِّ وَاسْمُهُ يَحْيَى
بْنُ أَبِي عَمْرٍو ، عَنْ عَمْرِو بْنِ عَبْدِ اللهِ الْحَضْرَمِيِّ ، عَنْ أَبِي
أُمَامَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ
تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الدِّينِ ظَاهِرِينَ لَعَدُوِّهِمْ قَاهِرِينَ
لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ إِلاَّ مَا أَصَابَهُمْ مِنْ لأَوَاءَ حَتَّى
يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ . قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ
وَأَيْنَ هُمْ ؟ قَالَ : بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ وَأَكْنَافِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ.
"Rasululloh saw. bersabda : akan
senantiasa ada Tho'ifah dari kalangan umatku yang senantiasa menampakkan
kebenaran, akan ada yang memusuhi mereka, dan tidaklah membahayakan orang-orang
yang menyelisih mereka, melainkan sekedar ujian yang mereka dapati, hingga hari
kiamat tiba keadaan mereka tetap demikian. Sahabat bertanya : Wahai Rasululloh
dimana mereka ? ; Rasul menjawab : di Bait al-Maqdis dan mengitari bait
al-maqdis." (Hr. Ahmad, Musnad Ahmad, 5 : 269)
Dr. Muhammad Muhsin dalam tesisnya
mengungkapkan terkait sejarah pendirian dan berlangsungnya halqoh pertama di
Hizbut Tahrir dengan ungkapan :
وهكذا بدأ حزب التحرير, إذ وجدت في هذه المرحلة النواة وتكونت الحلقة الأولى بعد الاهتداء إلى الفكرة والطريقة , في القدس الشريف، في أوائل الخمسينيات من القرن العشرين, ومن ثم بدأت هذه الحلقة الأولى بالاتصال بأفراد الأمة عارضة عليهم الفكرة والطريقة بشكل فردي , ومن كان يستجيب لها يضم للدراسة المركزة في حلقات الحزب حتى ينصهر بأفكار الإسلام وأحكامه التي تبناها الحزب، ويصبح شخصية إسلامية ويتمتع بعقلية إسلامية تجعله ينظر إلى الأفكار والوقائع والأحداث من منظار الإسلام، ويصدر حكمه عليها وفق مقاييس الإسلام من الحلال والحرام، كما يتمتع بنفسية إسلامية تجعله يدور مع الإسلام حيث دار يرضى لما يرضي الله ورسوله، ويغضب ويثور لما يغضب الله ورسوله، وينطلق إلى حمل الدعوة إلى الناس بعد أن تفاعل مع الإسلام؛ لأن الدراسة التي تلقاها في الحلقات هي دراسة عملية مؤثرة، أي دراسة للعمل بها في الحياة، وحملها للناس
"Demikian
juga Hizbut Tahrir memulai dakwahnya. Sebab, telah terdapat pada tahap ini
(Tahapan Tatsqif) inti dan telah terbentuk halqah pertama setelah mendapat
petunjuk kepada fikrah dan thariqah di al-Quds asy-Syarif (Baitul Maqdis),
Palestina pada dekade 50-an abad ke-20 M. Dari sanalah halqah pertama mulai
mengontak individu-individu umat sambil menawarkan kepada mereka fikroh dan thoriqoh
secara perorangan. Siapa saja yang menyambut seruannya, maka diajaklah ia untuk
bergabung mengikuti kajian secara intensif dalam halqah-halqah yang diadakan
Hizbut Tahrir, sampai ia menyatu dengan pemikiran dan hukum-hukum Islam yang
telah di-tabanni Hizbut Tahrir, serta memiliki kepribadian Islam, dan memiliki
pola pikir Islam (aqliyah islamiyah) yang membuatnya selalu melihat berbagai
pemikiran, fakta, dan peristiwa dengan pandangan Islam, dan menghukuminya
sesuai tolak ukur Islam, yaitu halal dan haram. Sebagaimana ia memiliki pola sikap Islam (nafsiyah islamiyah)
yang menjadikannya senantiasa berjalan bersama Islam. Sehingga menjadikannya
selalu ridho dengan sesuatu yang Alloh dan Rasul-Nya ridho, serta marah dan benci dengan sesuatu yang Alloh dan Rasul-Nya
marah dan benci. Setelah itu ia pun mengemban dakwah pada manusia setelah ia
berinteraksi dengan Islam, karena kajian yang telah diterimanya dalam beberapa
halqah adalah kajian praktis yang berpengaruh, yakni kajian untuk diamalkan
dalam kehidupan, dan untuk diemban kepada manusia" (Hizb
at-Tahrir, Tsaqofatuhu wa Manhajuhu fi Iqomah Daulah al-Khilafah al-Islamiyyah)
Dengan
demikian, dari 2 bisyaroh ini kami hendak menyampaikan bahwa peluang tegaknya
Khilafah 'ala minhaj an-Nubuwwah yang kedua terbuka lebar bagi umat Islam saat
ini, dan masih banyak bisyaroh lainnya yang menanti. Tentunya perjuangan ke
arah sana
membutuhkan kutlah Siyaasi yang berjalan sebagaimana kutlah Siyaasi yang
Rasululloh saw. pimpin dahulu, dan Hizbut Tahrir telah memulainya dengan baik,
yaitu memulai dari Bait al-Maqdis dengan fikroh dan thoriqah yang memenuhi
proses at-tabalwar, an-niqa', dan ash-shifa' , disamping mengikat para kadernya
dengan ikatan aqidah dan mengharuskan mereka menjadi pribadi-pribadi yang
memiliki kesadaran serta kehendak yang benar dalam tiap helaan nafas mereka.
Dan kini, Hizbut Tahrir pun telah mengitari Bait al-maqdis, baik dari sisi
utara, selatan, barat dan timurnya dan memenuhi dunia dengan da'wah sebagaimana
thoriqah dakwah Nabi saw.
Wallohu a'lam bishshowwab