Bagian Pertama : Selayang Pandang Reaksi Negara Yang Mengitari
Arab Jahiliyah Atas Kemunculan Islam
Romawi
Dari beberapa riwayat yang berkaitan
dengan Romawi , dapat diketahui:
(a) Romawi mengetahui dan telah membicarakan tentang tanda-tanda
kenabian yang akan datang dengan berbagai prediksi termasuk waktu kedatangannya,
sehingga masyarakat atau orang yang singgah disana akan mengetahui pembicaraan
tersebut, hal ini tampak dari riwayat berikut
فالتفت
فإذا هو بسبعة نفر قد أقبلوا من الروم فاستقبلهم فقال ما جاء بكم قالوا جئنا أن
هذا النبي خارج في هذا الشهر فلم يبق طريق إلا بعث إليها ناس وإنا اخترنا خيرة
بعثنا إلى طريقك هذا
"ketika Rahib menoleh, ternyata ada 7 orang yang baru pulang
dari Romawi dan menemui rombongan. Rahib bertanya kepada mereka: Apa yang
mendorong kalian datang kemari ? ; Rombongan menjawab: begini, kami berangkat
karena mendengar seorang nabi telah diutus bulan ini, karenanya tidak ada jalan
lain bagi kami selain beberapa orang harus diutus untuk menemuinya. Kami telah
diberitahu beritanya. Karena itu, kami diutus dan berangkat melalui jalan yang
akan kalian lewati ini." ( Tarikh ath-Thabari, 1: 520)
(b) Romawi membuat sebuah rencana jika mereka berhasil menemukan
nabi yang dimaksud, yaitu membunuhnya. Dalam sebuah riwayat dalam kitab Tarikh
al-Islam Imam adz-Dzahabiy diungkapkan
أن لا يذهبوا به إلى الروم فإن الروم
لو رأوه عرفوه بصفته فقتلوه
"(Pesan Bahiro) ....
jangan membawa Muhammad ke Romawi, jika Romawi mengetahui sifat-sifatnya maka
mereka akan membunuhnya" (1 : 56)
Persia
Persia meragukan kemampuan
dirinya dan membayangkan kehancuran negaranya. Imam adz-Dzahabiy mengungkapkan
sebuah riwayat
قال ابن أبي الدنيا وغيره: ثنا علي بن حرب
الطائي أنا أبو يعلى أيوب بن عمران البجلي حدثني مخزوم بن هانئ المخزومي عن أبيه
وكان قد أتت عليه مائة وخمسون سنة قال: لما كانت الليلة التي ولد فيها رسول الله
صلى الله عليه وسلم ارتجس إيوان كسرى وسقطت منه أربع عشرة شرفة وغاضت بحيرة ساوة
وخمدت نار فارس ولم تخمد قبل ذلك بألف عام ورأى الموبذان إبلا صعابا تقود خيلا
عرابا قد قطعت دجلة وانتشرت في بلادها
".... pada malam
kelahiran Rasululloh saw. tembok istana Kisra bergetar hingga robohlah 14
beranda darinya, telaga Sawat juga meluap airnya, api obor di Persia padam
padahal sebelumnya ia tidak pernah padam selama seribu tahun. Mubadzan juga
melihat (dalam mimpi) unta yang menggiring kuda Arab melintasi sungai Dajlah
dan unta tersebut telah memenuhi negerinya" (Tarikh al-Islam, 1 : 35)
Setelah mendapatkan jawaban dari
beberapa orang yang ditanyai mengenai kejadian tersebut beserta ta'wil mimpi,
Kisra mengutarakan
إلى متى
يملك منا أربعة عشر ملكا تكون أمور فملك منهم عشرة أربع سنين وملك الباقون إلى آخر
خلافة عثمان رضي الله عنه
"Aku tidak mengetahui sampai kapan kita akan mempunyai 14
raja sejak terjadinya peristiwa ini." ; Sejak peristiwa tersebut Kerajaan
mereka mempunyai 14 raja dan raja yang terakhir adalah pada masa kekuasaan Khilafah
Utsman ibn Affan. (Tarikh al-Islam, 1 : 38)
Berdasarkan riwayat yang diutarakan Imam
adz-Dzahabi, diketahui bahwa Raja Yaman Rabi'ah ibn Nashr juga melihat sesuatu yang
meresahkan dalam mimpinya dan ia mendapatkan penjelasan yang para ahli ta'wil
tentang keruntuhan kerajaannya dan akan hadirnya Nabi yang suci,
جهز أهل بيته إلى العراق وكتب لهم إلى ملك
من ملوك فارس يقال له سابور بن خرزاذ فأسكنهم الحيرة
"dikumpulkan
keluarganya dan pergi ke Irak, ia menulis kepada Raja Persia yang bernama Sabur
ibn Kharzadz, kemudian Raja tersebut menempatkan mereka di Hirah." (Tarikh
al-Islam, 1 : 40)
Dari riwayat-riwayat tersebut, diketahui
bahwa Persia dan daerah yang berada dalam kekuasaannya –terutama bagi Rajanya–
telah menduga akan ada perubahan besar yang terjadi dalam dunia perpolitikan
saat itu, baik dari segi pemerintahan maupun kekuasaan pasca kedatangan Nabi
yang suci. Hal ini pada dasarnya: (a) informasi yang beredar di negara tersebut
memberikan gambaran bahwa kedatangan nabi terakhir bukan sekedar melakukan
aktivitas tabligh risalah melainkan juga mengumpulkan kekuatan dan melakukan
upaya untuk meraih kekuasaan; (b) Din yang dibawa oleh nabi baru merupakan din
yang akan diemban ke seluruh penjuru dunia dengan menggunakan kekuatan serta
kekuasaan dalam wadah negara.
Habsyah
Negera dengan sistem kufur, memiliki
kebijakan yang bisa digunakan kaum muslimin untuk menghindari fitnah dan
mempertahankan din Alloh. Sistem kufur al-Habsyah yang bertentangan dengan
Islam, yaitu adanya perintah untuk sujud kepada Raja, ketika kaum Muslimin
dengan juru bicara Ja'far menemui Raja dan tidak bersujud kepadanya, maka
ditanyakan kepada kaum Muslimin :
فقال: وما لكم لم تسجدوا للملك؟ فقال: إن
الله قد بعث إلينا نبيه فأمرنا أن لا نسجد إلا لله
"Raja berkata :
mengapa kalian tidak bersujud kepada Raja ? ; Ja'far menjawab : Sesungguhnya
Alloh telah mengutus Nabi-Nya kepada kami dan ia memerintahkan kepada kami agar
tidak bersujud kecuali kepada Alloh." (Imam Adz-Dzahabi, Tarikh al-islam, 1
: 191)
Kebijakan negara
Habsyah yang dapat digunakan kaum muslimin untuk menghindari fitnah dan
mempertahankan din Alloh
وقال البكائي: قال ابن إسحاق: … قال لهم: لو خرجتم إلى أرض الحبشة
فإن بها ملكا لا يظلم عنده أحد وهي أرض صدق حتى يجعل الله لكم فرجا مما أنتم فيه
فخرج عند ذلك المسلمون مخافة الفتنة وفرارا بدينهم إلى الله
"...Rasul saw. berkata kepada shahabatnya : jika kalian mau
hijrah ke al-Habsyah, maka di sana ada seorang Raja yang baik hati yang tidak
menzalimi siapapun. Negeri tersebut adalah negeri kebenaran, maka hijrahlah ke
sana sampai Alloh memberikan jalan keluar untuk kalian ; Maka kaum muslimin pun
hijrah ke Habsyah karena khawatir akan fitnah dan untuk mempertahankan din
Alloh."
(Imam adz-Dzahabi, Tarikh al-islam, 1 : 184)
Sistem yang
berjalan di al-Habsyah sangat bergantung pada Raja-nya yaitu an-Najasyi,
sebagaimana yang telah disebutkan bahwa raja an-Najasy seorang yang baik hati
dan tidak menzalimi siapapun. Inilah yang dirasakan para kaum muslimin yang
berada disana, namun disisi lain da'wah memang tidak berkembang di daerah
tersebut, disebabkan adanya rakyat an-Najasy yang memberontak dan juga ada
sebagian umat Islam yang beralih agama ketika di sana (lihat Daur al-Mar'ah
as-Siyaasi Fi 'ahd an-Nabi wa al-Khulafa' ar-Rasyidin oleh Ustadzah Asma'
Muhammad Ziyadah, hlm 50). Diungkapkan Imam adz-Dzahabiy
قالت: فإنا على ذلك إذ نزل به رجل من الحبشة
ينازعه في ملكه فوالله ما علمنا حزنا قد كان أشد علينا من حزن حزناه عند ذلك تخوفا
أن يظهر ذلك الرجل على النجاشي فيأتي رجل لا يعرف من حقنا ما كان النجاشي يعرف
منه. فسار إليه النجاشي وكان بينهما عرض النيل
"berkata Ummu Salamah
: kami tinggal di al-Habsyah dalam kondisi aman dan tenang, hingga suatu ketika
ada pemberontak yang bermaksud mengkudeta an-Najasy. Kami merasa sedih dan
takut jika pemberontak tersebut akan menang melawan an-Najasy, karena tidak ada
seorang Raja yang sebaik dia. Maka terjadilah pertempuran antara an-Najasy dan
pemberontak di pinggiran sungai Nil."
(Tarikh al-Islam, 1: 194)
Keberadaan kaum muslimin di al-habsyah bersifat temporal dan
hijrah ke al-Habsyah tidak disyari'atkan dalam rangka untuk menegakkan daulah
Islam, karena tujuan mereka hanyalah untuk menghindari fitnah dan
mempertahankan din Alloh (lihat Daur al-Mar'ah as-Siyaasi Fi 'ahd an-Nabi wa
al-Khulafa' ar-Rasyidin oleh Ustadzah Asma' Muhammad Ziyadah, hlm 41)
Penutup Bagian Pertama
Dari
riwayat-riwayat yang telah disebutkan memang bisa dikatakan prematur bila
hendak diarahkan pada kesimpulan yang rinci mengenai konstelasi politik dunia
pada masa tersebut. Namun, kami hanya ingin membatasi diri pada penyampaian
point penting dari bagian ini, yaitu : adanya kerisauan Romawi, Persia,
Kerajaan Yaman akan kehadiran Nabi baru yang hal ini memberikan indikasi akan
adanya perubahan peta kekuatan, kekuasaan dan pemerintahan, disisi lain juga
terdapat negara yang kebijakannya menguntungkan umat Islam dari sisi
mempertahankan din Alloh.
Bagian Kedua : Kondisi Arab Jahiliyyah
Selayang Pandang Keadaan Arab (Makkah dan Madinah)
Bizantium pernah menginginkan Makkah
berada dalam kekuasaannya, melalui Utsman ibn al-Huawirith dari kabilah Asad,
disebutkan oleh Dr. Jawad 'Ali :
ويذكر أن "عثمان بن الحويرث".....
قد توسط فيما بعد لدى البيزنطيين لتنصيب نفسه ملكًا على مكة، وهو من "بني أسد
بن عبد العزى"
"Utsman ibn
al-Huwairith, sungguh telah mendapatkan ketetapan dari al-Bizantium (dgn
diletakkan tahta kebesaran) untuk mengangkatnya menjadi Raja di Makkah, ia
berasal dari Basi Asad ibn Abd al-'Uzza"
(al-Mufashl Fii Tarikh al-'Arab, 7 : 39)
Akan tetapi ada penolakan sendiri dari tokoh Quraisy waktu itu, sehingga Makkah tidak berada dibawah kekuasaan Bizantium.
Makkah sendiri merupakan negara kabilah
dengan pemimpin dan seperangkat lembaga serta aturan yang mengatur kehidupan
masyarakat. Dalam masalah kepemimpinan inilah yang menjadi salah satu alasan
tokoh Quraisy – Abu Jahal – untuk tidak beriman kepada Muhammad saw.,
diungkapkan dalam kitab Tarikh al-Islam
فانصرف رسول الله صلى الله عليه وسلم وأقبل
علي فقال: والله إني لأعلم أن ما يقول حق ولكن بنو قصي قالوا فينا الحجابة فقلنا
نعم فقالوا فينا الندوة قلنا نعم ثم قالوا: فينا اللواء فقلنا: نعم وقالوا: فينا
السقاية فقلنا: نعم ثم أطعموا وأطعمنا حتى إذا تحاكت الركب قالوا: منا نبي والله
لا أفعل.
"Maka Rasululloh
meninggalkan Abu Jahal dan tidak berapa lama datang 'Ali, Abu Jahal berkata :
Demi Tuhan, sesungguhnya aku mengetahui bahwa ajaran yang dibawa Muhammad
adalah benar, akan tetapi Bani Qushay telah mengatakan : Kami mempunyai
al-Hijabah (menjaga perbendaharaan Ka'bah), maka kami pun mengatakan : Ya
memang benar. ; Mereka berkata lagi : Kami yang memimpin an-Nadwah (lembaga
pertemuan para pemimpin Quraisy dlm bermusyawarah), maka kami pun mengatakan :
Ya memang benar ; Mereka berkata lagi : Kami yang mempunyai al-Liwa' (bendera
perang Quraisy), kami pun mengatakan : Ya memang benar ; Mereka berkata lagi :
kami juga yang bertugas dalam as-Siqayah (menjamu minum jamaah Haji) , kami pun
mengatakan : Ya memang benar. Kemudian kami makan dari itu semua dan mereka pun
makan dari hasil itu semua, sehingga ketika akan terjadi pemilihan
kepemimpinan, maka mereka berkata : Kamilah yang berhak karena dari golongan
kami ada Nabi, maka demi Tuhan, aku tidak akan beriman dengannya." (Tarikh
al-Islam, Imam adz-Dzahabiy, 1: 161)
Dan sudah masyhur kita ketahui terkait reaksi Makkah dalam
menghadapi da'wah Rasululloh. Da'wah Rasul berbenturan secara frontal dengan
Quraisy disebabkan Rasul saw dan para Sahabat menyerang keyakinan mereka,
menyebarkan rusaknya kehidupan mereka dan mencela cara-cara kehidupan mereka
yang sesat, disisi lain masyarakat Makkah – terutama pemimpinnya- dapat
dikatakan anti terhadap perubahan. Ditengah keras dan kejamnya reaksi Quraisy
terhadap da'wah yang menimpa Rasul saw., dalam sebuah riwayat diungkapkan bahwa
Alloh pernah menurunkan bencana ke atas Makkah
وقال علي بن ثابت الدهان - وقد توفي سنة تسع
عشرة ومائتين: أنبأ أسباط بن نصر عن منصور عن أبي الضحى عن مسروق عن عبد الله قال:
لما رأى رسول الله صلى الله عليه وسلم من الناس إدبارا قال: اللهم سبع كسبع يوسف
فأخذتهم سنة حتى أكلوا الميتة والجلود والعظام فجاءه أبو سفيان وغيره فقال: إنك
تزعم أنك بعثت رحمة وإن قومك قد هلكوا فادع الله لهم فدعا فسقوا الغيث
"...ketika Rasululloh
melihat mereka tetap berpaling dari ajaran Islam, maka beliau berdoa : Ya
Alloh, Hukumlah mereka dengan kemarau panjang sebagaimana yang pernah terjadi
pada nabi Yusuf. ; Maka terjadi kemarau panjang sampai mereka memakan bangkai
dan kulit binatang serta tulang belulang. Abu Sufyan dan orang Quraisy yang
lain kepada Nabi, kemudian berkata : engkau telah mengaku sebagai Nabi dan
diutus sebagai rahmat, sedangkan engkau lihat sendiri kaummu sedang tertimpa
bencana. Oleh karena itu, mohonlah kepada Alloh. ; Maka Nabi saw berdoa hingga
kemarau tersebut berakhir dengan turunya hujan."
(Imam adz-Dzahabi, Tarikh al-Islam, 1 : 226)
Madinah daerah Arab
yang terbiasa berperang. Perbedaan mendasar terjadi pada daerah ini pasca
perang Bu'ats, yaitu mereka mengharapkan perubahan yang mendasar setelah
kejadian tersebut. Permulaan hubungan Nabi saw. dengan penduduk Madinah terjadi
ketika mereka hendak melakukan perang Bu'ats, ketika itu rombongan Khazraj
datang ke Makkah untuk meminta dukungan, dalam rombongan tersebut terdapat Abu
Haishar Anas ibn Rafi' dan pemuda dari Bani Abdul Asyhal, diantaranya Iyas ibn
Mu'adz. Rasul bertemu dan menda'wahkan mereka
قال لهم هل لكم إلى خير مما جئتم له قالوا
وما ذاك قال أنا رسول الله بعثني إلى العباد أدعوهم إلى الله أن يعبدوا الله ولا
يشركوا به شيئا وأنزل علي الكتاب ثم ذكر لهم الإسلام وتلا عليهم القرآن فقال إياس
بن معاذ وكان غلاما حدثا أي قوم هذا والله خير مما جئتم له قال فيأخذ أبو الحيسر
أنس بن رافع حفنة من البطحاء فضرب بها وجه إياس بن معاذ وقال دعنا منك فلعمري لقد
جئنا لغير هذا … وانصرفوا إلى المدينة
فكانت وقعة بعاث بين الأوس والخزرج
"Rasul saw. bersabda
: Apakah kalian ingin kebaikan yang lebih baik dari apa yang kalian datang
untuknya ? mereka berkata : Apa itu ? ; beliau berkata : Aku adalah utusan
Alloh, Dia mengutusku kepada para hamba-Nya, aku mengajak mereka kepada Alloh,
agar mereka menyembah Alloh dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun,
dan Dia menurunkan kepadaku kitab. Kemudian beliau menyebutkan Islam kepada
mereka dan membacakan al-Qur'an. Maka berkatalah Iyas ibn Mu'adz –pemuda yang
baru tumbuh- : Wahai kaum, ini, demi Alloh lebih baik daripada apa yang kalian
datang untuknya. Maka Abu Haisar Anas ibn Rafi' mengambil segenggam kerikil
lalu memukulkannya ke muka Iyas ibn Mu'adz dan berkata : biarkan kami yang
memutuskan, bukan kamu, demi hidupku, kita datang untuk selain ini. . . dan
mereka kembali ke Madinah, hal itu ketika perang Bu'ats antara Aus dan Khazraj."
(Imam ath-Thabari, Tarikh ath-Thabari, 1 : 557)
Adapun Iyas ibn Mu'adz menurut riwayat meninggal dalam kedaan sebagai
seorang muslim (Tarikh Thabari, 1: 557 dan Tarikh al-Islam, 1 : 288). Perang
Bu'ats menjadi pintu masuk bagi diterimanya Islam dan terbukanya peluang
persiapan suasana nushrah di sana, menurut kami hal ini disebabkan : (a)
hilangnya segala penghalang mematikan bagi da'wah Islam (b) masyarakat yang
menginginkan perubahan pasca terpecah belah dan rusaknya kehidupan mereka (c)
utusan Hizb Siyasi yang dipimpin Rasul (yaitu: Mush'ab ibn Umair) mampu berda'wah
dengan metoda dan strategi yang tepat serta ketegarannya dalam mempersiapkan suasana
nushrah. Aisyah dalam riwayat Bukhari mengungkapkan hubungan antara Perang
Bu'ats kejadian setelahnya bagi tersebarnya Islam ditengah-tengah mereka
حَدَّثَنِي عُبَيْدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ
حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ يَوْمُ بُعَاثٍ يَوْمًا قَدَّمَهُ اللَّهُ
لِرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ افْتَرَقَ مَلَؤُهُمْ وَقُتِّلَتْ
سَرَوَاتُهُمْ وَجُرِّحُوا قَدَّمَهُ اللَّهُ لِرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي دُخُولِهِمْ فِي الْإِسْلَامِ
"Aisyah ra. : perang Bu'ats adalah perang yang dipersiapkan
Alloh untuk menyambut Rasul-Nya saw. ; Rasul saw datang ke Madinah pada saat
kekuatan mereka telah terpecah-belah dan sebagian besar pemimpin mereka telah
terbunuh. Perang ini telah dipersiapkan Alloh agar Rasul-Nya mengislamkan
mereka."
(Hr. Bukhari, Shohih Bukhari, 12 : 218)
Penutup Bagian Kedua
Pada bagian kedua
ini, kami hanya menyampaikan sekilas tentang kondisi 2 daerah yaitu Makkah dan
Madinah sebagai majal da'wah Hizb as-Siyasi yang dipimpin Rasul saw. , dengan
karakter dua daerah ini cukup memberikan gambaran penting, yaitu (a) adanya
wilayah da'wah dengan karakter anti perubahan, bahkan memiliki pukulan yang
mampu menekan da'wah Islam, sekalipun di daerah tersebut terdapat kader – kader
da'wah dan meskipun ada pengakuan akan kebenaran risalah Islam dari para
pemimpinnya, sebagaimana perkataan Abu Jahl dalam riwayat yang telah
dikemukakan; (b) adanya wilayah dengan komponen masyarakat yang menginginkan
perubahan mendasar, sekalipun di daerah tersebut tidak semuanya memeluk Islam
dan juga didapati upaya untuk menekan laju da'wah namun tidak mampu meredam
suasana nushrah menuju tegaknya Daulah Islam, sebagaimana tampak dalam riwayat
berikut :
ولم تبق
دار من دور الأنصار إلا وفيها رجال ونساء مسلمون إلا ما كان من دار بني أمية بن
زيد وخطمة ووائل وواقف وتلك أوس الله وهم من الأوس بن حارثة وذلك أنه كان فيهم أبو
قيس بن الأسلت وهو صيفي وكان شاعرا لهم وقائدا يستمعون منه ويطيعونه فوقف بهم عن
الإسلام فلم يزل على ذلك حتى مضت أحد والخندق.
"hampir semua penduduk al-Anshor masuk Islam, hingga tidak
ada satupun dari perkampungan-perkamungan Anshor yang penduduknya laki-laki dan
wanita yang belum memeluk Islam, kecuali perkampungan Bani Umayyah ibn Zaid,
Khathmah dan Wail serta Waqif. Mereka berasal dari suku Aus ibn Haritsah.
Mereka tidak memeluk Islam karena segan kepada Qais ibn Aslat, seorang penyair
dan pemimpin yang sangat ditaati oleh kaumnya dan berperan dalam menghalangi
mereka masuk Islam. Hal ini terus berlangsung sampai terjadi perang Uhud dan Khandaq."
(Imam adz-Dzahabi, Tarikh al-Islam, 1 : 297)
فأسلمت بنو عبد الأشهل عند إسلام سعد بن
معاذ إلا من لا يذكر. ثم إن بني النجار أخرجوا مصعب بن عمير واشتدوا على أسعد
فانتقل مصعب إلى سعد بن معاذ يدعو آمنا ويهدي الله به. وأسلم عمرو بن الجموح وكسرت
أصنامهم
"Maka Bani Abdul Asyhal lagsung masuk Islam semenjak
keislaman Sa'd ibn Mu'adz kecuali hanya beberapa orang saja. Kemudian Bani
an-Najjar mengusir Mush'ab dan mereka menjadi marah kepada As'ad, lalu Mush'ab
meminta perlindungan kepada Sa'd ibn Mu'adz. Disana ia tetap melanjutkan da'wah
dan berhasil mengislamkan 'Amr ibn al-Jumuh yang setelah masuk Islam ia
menghancurkan semua berhalanya."
(Imam adz-Dzahabi, Tarikh al-Islam, 1 : 295)
...bersambung ke bagian 2