Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Monday, October 15, 2012

Membentang Sejarah Perjuangan Dan Mengambil Pelajaran Dari Bisyaroh Rasul saw.

bagian ke-1


Bagian Pertama : Selayang Pandang Reaksi Negara Yang Mengitari Arab Jahiliyah Atas Kemunculan Islam

Romawi

Dari beberapa riwayat yang berkaitan dengan Romawi , dapat diketahui:

(a) Romawi mengetahui dan telah membicarakan tentang tanda-tanda kenabian yang akan datang dengan berbagai prediksi termasuk waktu kedatangannya, sehingga masyarakat atau orang yang singgah disana akan mengetahui pembicaraan tersebut, hal ini tampak dari riwayat berikut
فالتفت فإذا هو بسبعة نفر قد أقبلوا من الروم فاستقبلهم فقال ما جاء بكم قالوا جئنا أن هذا النبي خارج في هذا الشهر فلم يبق طريق إلا بعث إليها ناس وإنا اخترنا خيرة بعثنا إلى طريقك هذا
"ketika Rahib menoleh, ternyata ada 7 orang yang baru pulang dari Romawi dan menemui rombongan. Rahib bertanya kepada mereka: Apa yang mendorong kalian datang kemari ? ; Rombongan menjawab: begini, kami berangkat karena mendengar seorang nabi telah diutus bulan ini, karenanya tidak ada jalan lain bagi kami selain beberapa orang harus diutus untuk menemuinya. Kami telah diberitahu beritanya. Karena itu, kami diutus dan berangkat melalui jalan yang akan kalian lewati ini." ( Tarikh ath-Thabari, 1: 520)

(b) Romawi membuat sebuah rencana jika mereka berhasil menemukan nabi yang dimaksud, yaitu membunuhnya. Dalam sebuah riwayat dalam kitab Tarikh al-Islam Imam adz-Dzahabiy diungkapkan
أن لا يذهبوا به إلى الروم فإن الروم لو رأوه عرفوه بصفته فقتلوه
"(Pesan Bahiro) .... jangan membawa Muhammad ke Romawi, jika Romawi mengetahui sifat-sifatnya maka mereka akan membunuhnya" (1 : 56)

Riwayat yang sama terdapat didalam Tarikh ath-Thabari.


Persia

          Persia meragukan kemampuan dirinya dan membayangkan kehancuran negaranya. Imam adz-Dzahabiy mengungkapkan sebuah riwayat
قال ابن أبي الدنيا وغيره: ثنا علي بن حرب الطائي أنا أبو يعلى أيوب بن عمران البجلي حدثني مخزوم بن هانئ المخزومي عن أبيه وكان قد أتت عليه مائة وخمسون سنة قال: لما كانت الليلة التي ولد فيها رسول الله صلى الله عليه وسلم ارتجس إيوان كسرى وسقطت منه أربع عشرة شرفة وغاضت بحيرة ساوة وخمدت نار فارس ولم تخمد قبل ذلك بألف عام ورأى الموبذان إبلا صعابا تقود خيلا عرابا قد قطعت دجلة وانتشرت في بلادها
".... pada malam kelahiran Rasululloh saw. tembok istana Kisra bergetar hingga robohlah 14 beranda darinya, telaga Sawat juga meluap airnya, api obor di Persia padam padahal sebelumnya ia tidak pernah padam selama seribu tahun. Mubadzan juga melihat (dalam mimpi) unta yang menggiring kuda Arab melintasi sungai Dajlah dan unta tersebut telah memenuhi negerinya" (Tarikh al-Islam, 1 : 35)

Setelah mendapatkan jawaban dari beberapa orang yang ditanyai mengenai kejadian tersebut beserta ta'wil mimpi, Kisra mengutarakan
إلى متى يملك منا أربعة عشر ملكا تكون أمور فملك منهم عشرة أربع سنين وملك الباقون إلى آخر خلافة عثمان رضي الله عنه
"Aku tidak mengetahui sampai kapan kita akan mempunyai 14 raja sejak terjadinya peristiwa ini." ; Sejak peristiwa tersebut Kerajaan mereka mempunyai 14 raja dan raja yang terakhir adalah pada masa kekuasaan Khilafah Utsman ibn Affan. (Tarikh al-Islam, 1 : 38)

Berdasarkan riwayat yang diutarakan Imam adz-Dzahabi, diketahui bahwa Raja Yaman Rabi'ah ibn Nashr juga melihat sesuatu yang meresahkan dalam mimpinya dan ia mendapatkan penjelasan yang para ahli ta'wil tentang keruntuhan kerajaannya dan akan hadirnya Nabi yang suci,
جهز أهل بيته إلى العراق وكتب لهم إلى ملك من ملوك فارس يقال له سابور بن خرزاذ فأسكنهم الحيرة  
"dikumpulkan keluarganya dan pergi ke Irak, ia menulis kepada Raja Persia yang bernama Sabur ibn Kharzadz, kemudian Raja tersebut menempatkan mereka di Hirah." (Tarikh al-Islam, 1 : 40)

Dari riwayat-riwayat tersebut, diketahui bahwa Persia dan daerah yang berada dalam kekuasaannya –terutama bagi Rajanya– telah menduga akan ada perubahan besar yang terjadi dalam dunia perpolitikan saat itu, baik dari segi pemerintahan maupun kekuasaan pasca kedatangan Nabi yang suci. Hal ini pada dasarnya: (a) informasi yang beredar di negara tersebut memberikan gambaran bahwa kedatangan nabi terakhir bukan sekedar melakukan aktivitas tabligh risalah melainkan juga mengumpulkan kekuatan dan melakukan upaya untuk meraih kekuasaan; (b) Din yang dibawa oleh nabi baru merupakan din yang akan diemban ke seluruh penjuru dunia dengan menggunakan kekuatan serta kekuasaan dalam wadah negara.


Habsyah

Negera dengan sistem kufur, memiliki kebijakan yang bisa digunakan kaum muslimin untuk menghindari fitnah dan mempertahankan din Alloh. Sistem kufur al-Habsyah yang bertentangan dengan Islam, yaitu adanya perintah untuk sujud kepada Raja, ketika kaum Muslimin dengan juru bicara Ja'far menemui Raja dan tidak bersujud kepadanya, maka ditanyakan kepada kaum Muslimin :
فقال: وما لكم لم تسجدوا للملك؟ فقال: إن الله قد بعث إلينا نبيه فأمرنا أن لا نسجد إلا لله
"Raja berkata : mengapa kalian tidak bersujud kepada Raja ? ; Ja'far menjawab : Sesungguhnya Alloh telah mengutus Nabi-Nya kepada kami dan ia memerintahkan kepada kami agar tidak bersujud kecuali kepada Alloh." (Imam Adz-Dzahabi, Tarikh al-islam, 1 : 191)

          Kebijakan negara Habsyah yang dapat digunakan kaum muslimin untuk menghindari fitnah dan mempertahankan din Alloh
وقال البكائي: قال ابن إسحاق: قال لهم: لو خرجتم إلى أرض الحبشة فإن بها ملكا لا يظلم عنده أحد وهي أرض صدق حتى يجعل الله لكم فرجا مما أنتم فيه فخرج عند ذلك المسلمون مخافة الفتنة وفرارا بدينهم إلى الله
"...Rasul saw. berkata kepada shahabatnya : jika kalian mau hijrah ke al-Habsyah, maka di sana ada seorang Raja yang baik hati yang tidak menzalimi siapapun. Negeri tersebut adalah negeri kebenaran, maka hijrahlah ke sana sampai Alloh memberikan jalan keluar untuk kalian ; Maka kaum muslimin pun hijrah ke Habsyah karena khawatir akan fitnah dan untuk mempertahankan din Alloh."
(Imam adz-Dzahabi, Tarikh al-islam, 1 : 184)

          Sistem yang berjalan di al-Habsyah sangat bergantung pada Raja-nya yaitu an-Najasyi, sebagaimana yang telah disebutkan bahwa raja an-Najasy seorang yang baik hati dan tidak menzalimi siapapun. Inilah yang dirasakan para kaum muslimin yang berada disana, namun disisi lain da'wah memang tidak berkembang di daerah tersebut, disebabkan adanya rakyat an-Najasy yang memberontak dan juga ada sebagian umat Islam yang beralih agama ketika di sana (lihat Daur al-Mar'ah as-Siyaasi Fi 'ahd an-Nabi wa al-Khulafa' ar-Rasyidin oleh Ustadzah Asma' Muhammad Ziyadah, hlm 50). Diungkapkan Imam adz-Dzahabiy
قالت: فإنا على ذلك إذ نزل به رجل من الحبشة ينازعه في ملكه فوالله ما علمنا حزنا قد كان أشد علينا من حزن حزناه عند ذلك تخوفا أن يظهر ذلك الرجل على النجاشي فيأتي رجل لا يعرف من حقنا ما كان النجاشي يعرف منه. فسار إليه النجاشي وكان بينهما عرض النيل
"berkata Ummu Salamah : kami tinggal di al-Habsyah dalam kondisi aman dan tenang, hingga suatu ketika ada pemberontak yang bermaksud mengkudeta an-Najasy. Kami merasa sedih dan takut jika pemberontak tersebut akan menang melawan an-Najasy, karena tidak ada seorang Raja yang sebaik dia. Maka terjadilah pertempuran antara an-Najasy dan pemberontak di pinggiran sungai Nil."
(Tarikh al-Islam, 1: 194)

Keberadaan kaum muslimin di al-habsyah bersifat temporal dan hijrah ke al-Habsyah tidak disyari'atkan dalam rangka untuk menegakkan daulah Islam, karena tujuan mereka hanyalah untuk menghindari fitnah dan mempertahankan din Alloh (lihat Daur al-Mar'ah as-Siyaasi Fi 'ahd an-Nabi wa al-Khulafa' ar-Rasyidin oleh Ustadzah Asma' Muhammad Ziyadah, hlm 41)


Penutup Bagian Pertama

          Dari riwayat-riwayat yang telah disebutkan memang bisa dikatakan prematur bila hendak diarahkan pada kesimpulan yang rinci mengenai konstelasi politik dunia pada masa tersebut. Namun, kami hanya ingin membatasi diri pada penyampaian point penting dari bagian ini, yaitu : adanya kerisauan Romawi, Persia, Kerajaan Yaman akan kehadiran Nabi baru yang hal ini memberikan indikasi akan adanya perubahan peta kekuatan, kekuasaan dan pemerintahan, disisi lain juga terdapat negara yang kebijakannya menguntungkan umat Islam dari sisi mempertahankan din Alloh.


Bagian Kedua : Kondisi Arab Jahiliyyah

Selayang Pandang Keadaan Arab (Makkah dan Madinah)

Bizantium pernah menginginkan Makkah berada dalam kekuasaannya, melalui Utsman ibn al-Huawirith dari kabilah Asad, disebutkan oleh Dr. Jawad 'Ali :
ويذكر أن "عثمان بن الحويرث"..... قد توسط فيما بعد لدى البيزنطيين لتنصيب نفسه ملكًا على مكة، وهو من "بني أسد بن عبد العزى"
"Utsman ibn al-Huwairith, sungguh telah mendapatkan ketetapan dari al-Bizantium (dgn diletakkan tahta kebesaran) untuk mengangkatnya menjadi Raja di Makkah, ia berasal dari Basi Asad ibn Abd al-'Uzza"
(al-Mufashl Fii Tarikh al-'Arab, 7 : 39)

Akan tetapi ada penolakan sendiri dari tokoh Quraisy waktu itu, sehingga Makkah tidak berada dibawah kekuasaan Bizantium.

Makkah sendiri merupakan negara kabilah dengan pemimpin dan seperangkat lembaga serta aturan yang mengatur kehidupan masyarakat. Dalam masalah kepemimpinan inilah yang menjadi salah satu alasan tokoh Quraisy – Abu Jahal – untuk tidak beriman kepada Muhammad saw., diungkapkan dalam kitab Tarikh al-Islam
فانصرف رسول الله صلى الله عليه وسلم وأقبل علي فقال: والله إني لأعلم أن ما يقول حق ولكن بنو قصي قالوا فينا الحجابة فقلنا نعم فقالوا فينا الندوة قلنا نعم ثم قالوا: فينا اللواء فقلنا: نعم وقالوا: فينا السقاية فقلنا: نعم ثم أطعموا وأطعمنا حتى إذا تحاكت الركب قالوا: منا نبي والله لا أفعل.
"Maka Rasululloh meninggalkan Abu Jahal dan tidak berapa lama datang 'Ali, Abu Jahal berkata : Demi Tuhan, sesungguhnya aku mengetahui bahwa ajaran yang dibawa Muhammad adalah benar, akan tetapi Bani Qushay telah mengatakan : Kami mempunyai al-Hijabah (menjaga perbendaharaan Ka'bah), maka kami pun mengatakan : Ya memang benar. ; Mereka berkata lagi : Kami yang memimpin an-Nadwah (lembaga pertemuan para pemimpin Quraisy dlm bermusyawarah), maka kami pun mengatakan : Ya memang benar ; Mereka berkata lagi : Kami yang mempunyai al-Liwa' (bendera perang Quraisy), kami pun mengatakan : Ya memang benar ; Mereka berkata lagi : kami juga yang bertugas dalam as-Siqayah (menjamu minum jamaah Haji) , kami pun mengatakan : Ya memang benar. Kemudian kami makan dari itu semua dan mereka pun makan dari hasil itu semua, sehingga ketika akan terjadi pemilihan kepemimpinan, maka mereka berkata : Kamilah yang berhak karena dari golongan kami ada Nabi, maka demi Tuhan, aku tidak akan beriman dengannya." (Tarikh al-Islam, Imam adz-Dzahabiy, 1: 161)

Dan sudah masyhur kita ketahui terkait reaksi Makkah dalam menghadapi da'wah Rasululloh. Da'wah Rasul berbenturan secara frontal dengan Quraisy disebabkan Rasul saw dan para Sahabat menyerang keyakinan mereka, menyebarkan rusaknya kehidupan mereka dan mencela cara-cara kehidupan mereka yang sesat, disisi lain masyarakat Makkah – terutama pemimpinnya- dapat dikatakan anti terhadap perubahan. Ditengah keras dan kejamnya reaksi Quraisy terhadap da'wah yang menimpa Rasul saw., dalam sebuah riwayat diungkapkan bahwa Alloh pernah menurunkan bencana ke atas Makkah
وقال علي بن ثابت الدهان - وقد توفي سنة تسع عشرة ومائتين: أنبأ أسباط بن نصر عن منصور عن أبي الضحى عن مسروق عن عبد الله قال: لما رأى رسول الله صلى الله عليه وسلم من الناس إدبارا قال: اللهم سبع كسبع يوسف فأخذتهم سنة حتى أكلوا الميتة والجلود والعظام فجاءه أبو سفيان وغيره فقال: إنك تزعم أنك بعثت رحمة وإن قومك قد هلكوا فادع الله لهم فدعا فسقوا الغيث
"...ketika Rasululloh melihat mereka tetap berpaling dari ajaran Islam, maka beliau berdoa : Ya Alloh, Hukumlah mereka dengan kemarau panjang sebagaimana yang pernah terjadi pada nabi Yusuf. ; Maka terjadi kemarau panjang sampai mereka memakan bangkai dan kulit binatang serta tulang belulang. Abu Sufyan dan orang Quraisy yang lain kepada Nabi, kemudian berkata : engkau telah mengaku sebagai Nabi dan diutus sebagai rahmat, sedangkan engkau lihat sendiri kaummu sedang tertimpa bencana. Oleh karena itu, mohonlah kepada Alloh. ; Maka Nabi saw berdoa hingga kemarau tersebut berakhir dengan turunya hujan."
(Imam adz-Dzahabi, Tarikh al-Islam, 1 : 226)

          Madinah daerah Arab yang terbiasa berperang. Perbedaan mendasar terjadi pada daerah ini pasca perang Bu'ats, yaitu mereka mengharapkan perubahan yang mendasar setelah kejadian tersebut. Permulaan hubungan Nabi saw. dengan penduduk Madinah terjadi ketika mereka hendak melakukan perang Bu'ats, ketika itu rombongan Khazraj datang ke Makkah untuk meminta dukungan, dalam rombongan tersebut terdapat Abu Haishar Anas ibn Rafi' dan pemuda dari Bani Abdul Asyhal, diantaranya Iyas ibn Mu'adz. Rasul bertemu dan menda'wahkan mereka
قال لهم هل لكم إلى خير مما جئتم له قالوا وما ذاك قال أنا رسول الله بعثني إلى العباد أدعوهم إلى الله أن يعبدوا الله ولا يشركوا به شيئا وأنزل علي الكتاب ثم ذكر لهم الإسلام وتلا عليهم القرآن فقال إياس بن معاذ وكان غلاما حدثا أي قوم هذا والله خير مما جئتم له قال فيأخذ أبو الحيسر أنس بن رافع حفنة من البطحاء فضرب بها وجه إياس بن معاذ وقال دعنا منك فلعمري لقد جئنا لغير هذا وانصرفوا إلى المدينة فكانت وقعة بعاث بين الأوس والخزرج
"Rasul saw. bersabda : Apakah kalian ingin kebaikan yang lebih baik dari apa yang kalian datang untuknya ? mereka berkata : Apa itu ? ; beliau berkata : Aku adalah utusan Alloh, Dia mengutusku kepada para hamba-Nya, aku mengajak mereka kepada Alloh, agar mereka menyembah Alloh dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan Dia menurunkan kepadaku kitab. Kemudian beliau menyebutkan Islam kepada mereka dan membacakan al-Qur'an. Maka berkatalah Iyas ibn Mu'adz –pemuda yang baru tumbuh- : Wahai kaum, ini, demi Alloh lebih baik daripada apa yang kalian datang untuknya. Maka Abu Haisar Anas ibn Rafi' mengambil segenggam kerikil lalu memukulkannya ke muka Iyas ibn Mu'adz dan berkata : biarkan kami yang memutuskan, bukan kamu, demi hidupku, kita datang untuk selain ini. . . dan mereka kembali ke Madinah, hal itu ketika perang Bu'ats antara Aus dan Khazraj." (Imam ath-Thabari, Tarikh ath-Thabari, 1 : 557)

Adapun Iyas ibn Mu'adz menurut riwayat meninggal dalam kedaan sebagai seorang muslim (Tarikh Thabari, 1: 557 dan Tarikh al-Islam, 1 : 288). Perang Bu'ats menjadi pintu masuk bagi diterimanya Islam dan terbukanya peluang persiapan suasana nushrah di sana, menurut kami hal ini disebabkan : (a) hilangnya segala penghalang mematikan bagi da'wah Islam (b) masyarakat yang menginginkan perubahan pasca terpecah belah dan rusaknya kehidupan mereka (c) utusan Hizb Siyasi yang dipimpin Rasul (yaitu: Mush'ab ibn Umair) mampu berda'wah dengan metoda dan strategi yang tepat serta ketegarannya dalam mempersiapkan suasana nushrah. Aisyah dalam riwayat Bukhari mengungkapkan hubungan antara Perang Bu'ats kejadian setelahnya bagi tersebarnya Islam ditengah-tengah mereka
حَدَّثَنِي عُبَيْدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ يَوْمُ بُعَاثٍ يَوْمًا قَدَّمَهُ اللَّهُ لِرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ افْتَرَقَ مَلَؤُهُمْ وَقُتِّلَتْ سَرَوَاتُهُمْ وَجُرِّحُوا قَدَّمَهُ اللَّهُ لِرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي دُخُولِهِمْ فِي الْإِسْلَامِ
"Aisyah ra. : perang Bu'ats adalah perang yang dipersiapkan Alloh untuk menyambut Rasul-Nya saw. ; Rasul saw datang ke Madinah pada saat kekuatan mereka telah terpecah-belah dan sebagian besar pemimpin mereka telah terbunuh. Perang ini telah dipersiapkan Alloh agar Rasul-Nya mengislamkan mereka."
(Hr. Bukhari, Shohih Bukhari, 12 : 218)


Penutup Bagian Kedua

          Pada bagian kedua ini, kami hanya menyampaikan sekilas tentang kondisi 2 daerah yaitu Makkah dan Madinah sebagai majal da'wah Hizb as-Siyasi yang dipimpin Rasul saw. , dengan karakter dua daerah ini cukup memberikan gambaran penting, yaitu (a) adanya wilayah da'wah dengan karakter anti perubahan, bahkan memiliki pukulan yang mampu menekan da'wah Islam, sekalipun di daerah tersebut terdapat kader – kader da'wah dan meskipun ada pengakuan akan kebenaran risalah Islam dari para pemimpinnya, sebagaimana perkataan Abu Jahl dalam riwayat yang telah dikemukakan; (b) adanya wilayah dengan komponen masyarakat yang menginginkan perubahan mendasar, sekalipun di daerah tersebut tidak semuanya memeluk Islam dan juga didapati upaya untuk menekan laju da'wah namun tidak mampu meredam suasana nushrah menuju tegaknya Daulah Islam, sebagaimana tampak dalam riwayat berikut :
ولم تبق دار من دور الأنصار إلا وفيها رجال ونساء مسلمون إلا ما كان من دار بني أمية بن زيد وخطمة ووائل وواقف وتلك أوس الله وهم من الأوس بن حارثة وذلك أنه كان فيهم أبو قيس بن الأسلت وهو صيفي وكان شاعرا لهم وقائدا يستمعون منه ويطيعونه فوقف بهم عن الإسلام فلم يزل على ذلك حتى مضت أحد والخندق.
"hampir semua penduduk al-Anshor masuk Islam, hingga tidak ada satupun dari perkampungan-perkamungan Anshor yang penduduknya laki-laki dan wanita yang belum memeluk Islam, kecuali perkampungan Bani Umayyah ibn Zaid, Khathmah dan Wail serta Waqif. Mereka berasal dari suku Aus ibn Haritsah. Mereka tidak memeluk Islam karena segan kepada Qais ibn Aslat, seorang penyair dan pemimpin yang sangat ditaati oleh kaumnya dan berperan dalam menghalangi mereka masuk Islam. Hal ini terus berlangsung sampai terjadi perang Uhud dan Khandaq." (Imam adz-Dzahabi, Tarikh al-Islam, 1 : 297)

فأسلمت بنو عبد الأشهل عند إسلام سعد بن معاذ إلا من لا يذكر. ثم إن بني النجار أخرجوا مصعب بن عمير واشتدوا على أسعد فانتقل مصعب إلى سعد بن معاذ يدعو آمنا ويهدي الله به. وأسلم عمرو بن الجموح وكسرت أصنامهم
"Maka Bani Abdul Asyhal lagsung masuk Islam semenjak keislaman Sa'd ibn Mu'adz kecuali hanya beberapa orang saja. Kemudian Bani an-Najjar mengusir Mush'ab dan mereka menjadi marah kepada As'ad, lalu Mush'ab meminta perlindungan kepada Sa'd ibn Mu'adz. Disana ia tetap melanjutkan da'wah dan berhasil mengislamkan 'Amr ibn al-Jumuh yang setelah masuk Islam ia menghancurkan semua berhalanya."
(Imam adz-Dzahabi, Tarikh al-Islam, 1 : 295)


...bersambung ke bagian 2

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages