Bagian Ketiga : Hizb as-Siyasi yang dipimpin Rasul saw.
Selayang Pandang Tentang Hizb
Istilah
partai (hizb) dapat dipahami dari penjelasan berikut
حِزْب
الرَّجُل أصحابهُ... والحِزْب أيضاً الوِرْد... والحِزْب أيضاً الطائفة
“hizb
ar-rajulu ialah sahabatnya... hizb
juga sama dengan wirid... dan hizb juga bermakna kelompok”
(ar-Razi, Mukhtar as-Shihah, 1:65)
Dalam kitab lisan al-‘Arab
disebutkan,
( حزب ) الحِزْبُ جَماعةُ الناسِ... وحِزْبُ الرجل أَصْحابُه
وجُنْدُه الذين على رأْيِه
’”al-hizb ialah
sekelompok orang dari manusia... dan hizb ar-rajulu ialah sahabatnya dan
tentaranya yaitu orang – orang yang bersepakat lagi berpegang pada pendapatnya.”
(Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab, 1:308)
Adapun Imam ar-Razi
mengungkapkan
الحزب في اللغة أصحاب الرجل الذين
يكونون معه على رأيه ، وهم القوم الذين يجتمعون لأمر حزبهم
“al-hizb menurut bahasa
ialah sahabat-sahabat dari seseorang yang berada bersamanya karena sepakat lagi
berpegang pada pendapatnya, dan mereka berkumpul untuk mencapai urusan partai
yang menyatukan mereka.” (Imam ar-Razi, Mafatihul Ghayb, 6:94)
Dari keterangan di atas dapat dipahami
bahwa sebuah kelompok akan terkategori sebagai hizb jika memiliki: (a) Pemimpin
; (b) Ikatan yang mengikat antar anggota sehingga menjadi satu kesatuan; (c)
Fikrah dan thariqah yang mengikat seluruh anggota. Fikrah terdiri
dari aturan kepartaian dan tsaqafah al-hizbiyyah, sedangkan thariqah
ialah metoda untuk mencapai tujuan partai.
Mengenai karakter hizb yang akan mendapatkan
ridha Allah SWT. terungkap dalam firman-Nya,
وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ (56)
Artinya: Siapa saja yang mengambil Allah, RasulNya, dan
orang-orang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya hizb Allah itulah
yang pasti menang. (QS. al- Ma’idah :56)
Imam al-Qurthubi mengungkapkan
terkait dengan ayat ini,
قوله تعالى: (ومن يتول الله ورسوله
والذين آمنوا) أي من فوض أمره إلى الله، وامتثل أمر رسوله، ووالى المسلمين، فهو من
حزب الله. وقيل: أي ومن يتولى القيام بطاعة الله ونصرة رسوله والمؤمنين. (فإن حزب
الله هم الغالبون)
“firman Allah ta’ala
(siapa saja yang mengambil Allah, RasulNya, dan orang-orang beriman sebagai
penolongya) yaitu siapa saja yang menpercayakan urusannya kepada Allah,
meneladani perbuatan Rasulullah dan berwali kepada kaum muslimin, maka ia
menjadi bagian dari hizb Allah, juga orang yang melaksanakan ketaatan kepada
Allah, menolong RasulNya dan kaum mukmin. (maka sesungguhnya Hizb Allah itulah
yang pasti menang).” [Tafsir al-Qurthubi, 6:222]
Makna hizb yang
disebutkan dalam ayat ini tidak bisa dipalingkan ke makna istilah dikarenakan
adanya qarinah yaitu disandarkannya lafadz hizb pada lafadz
Allah. Adapun Hizb Allah tetap mencakup hizb secara istilah
karena bentuk idhafat termasuk lafadz umum. Jadi, bisa kita katakan bahwa
hizb Allah adalah setiap partai yang anggotanya orang Muslim dan
dipimpin dari kalangan umat Islam sendiri, mereka terikat dengan ikatan aqidah
Islam dan meninggalkan seluruh aqidah yang menyelisihi aqidah Islam, berhimpun
atas dasar fikrah dan thariqah Islam dalam rangka mewujudkan
tujuan izzul Islam wal muslimin.
Fikroh Dan Thariqoh Hizb as-Siyasi yang dipimpin Rasul saw.
Kejernihan fikroh dan thoriqah Hizb
as-Siyasi tidak terlepas dari arahan Alloh ta'ala kepada Nabi-Nya, pada masa
awal yaitu tahun kenabian beliau saw diperkuat oleh malaikat Israfil dan
sesudahnya oleh malaikat Jibril. Dalam sebuah riwayat diungkapkan Imam
adz-Dzahabi
وقال محمد بن أبي عدي عن داود بن أبي هند عن
الشعبي قال: نزلت عليه النبوة وهو ابن أربعين سنة فقرن بنبوته إسرافيل ثلاث سنين
فكان يعلمه الكلمة والشيء ولم ينزل القرآن
"... Nabi diangkat
menjadi Nabi dan Rasul pada usia 40 tahun. Malaikat yang menguatkan kenabianya
adalah malaikat israfil selama 3 tahun. Ia mengajari beliau al-kalimah dan
segala namun tidak menurunkan al-Qur'an." (Tarikh al-Islam, 1 : 120)
Bahkan ketika terbesit keinginan untuk menunda aktivitas dalam
menjalankan thoriqoh da'wah, dikarenakan khawatir akan respon keji yang akan
dilakukan kerabatnya, beliau saw diingatkan oleh Alloh ta'ala melalui malaikat
Jibril, Imam adz-Dzahabi mengutarakan riwayat
وقال يونس بن بكير عن ابن إسحاق حدثني من
سمع عبد الله بن الحارث بن نوفل واستكتمني اسمه عن ابن عباس عن علي قال: لما نزلت
{وأنذر عشيرتك الأقربين} قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: عرفت أني إن بادأت
قومي رأيت منهم ما أكره فصمت عليها فجاءني جبريل فقال: يا محمد إنك إن لم تفعل ما
أمرك به ربك عذبك
"... dari 'Ali, ia
berkata : ketika turun ayat (wa andzir 'asyirataka al-Aqrabin), maka Rasululloh
saw. bersabda : aku telah mengetahui bahwa jika aku mengajak kaumku maka aku
akan memperoleh sesuatu yang tidak aku sukai dari mereka. Oleh karena itu, aku
diam dan tidak melakukannya. Maka Jibril mendatangiku dan berkata : Wahai
Muhammad, jika kamu tidak melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Rabb-mu,
maka Dia akan mengadzab-mu." (Tarikh al-Islam, 1 : 145)
Dengan fikrah dan thoriqoh yang jernih ini, Beliau saw. mengkader,
membina serta mengarahkan para shahabatnya menjadi kader-kader yang memiliki
kesadaran tinggi dan kehendak yang benar serta fikroh dan thoriqoh Islam
mengkristal (at-tabalwar : al-Intiqaal min haal al-muyuu'ah aw as-suyuulah
ilaa al-haal ash-sholabah – transformasi dari kondisi cair menuju kondisi
padat) dalam diri mereka, dimana mereka kemudian disatukan dalam satu ikatan,
ya'ni akidah Islam
Para shahabat Rasul yang menjadi bagian
dari Hizb as-Siyasi memiliki kesadaran tinggi dan kehendak yang benar, hal ini
sudah sewajarnya disebabkan adanya kekhasan tatsqif yang mereka jalani, ya'ni:
(a) an-niqa' (pembersihan), yaitu menjauhkan pemikiran-pemikiran asing
dari pemikiran dasar Islam agar kemurnian pemikiran Islam, baik ushul (pokok)
maupun furu' (cabangnya) senantiasa terjaga ; (b) ash-shifa'
(penyucian), yaitu wudhuuh ar-ru'yah, keterkaitan antara pemikiran
tersebut dan dasarnya bisa dipahami dengan jelas, dengan kata lain ash-shifa'
ialah setiap yang didakwahkan selalu dibangun berdasarkan dalil yang merupakan
konsekuensi dari aqidah Islam. Kami berpandangan demikian dengan melihat
riwayat berikut
(a) Imam ibn Katsir pernah mengungkapkan suatu riwayat, Rasululloh
pernah berkhutbah
يا أيها الناس، إني قد أوتيت جوامع الكلم
وخواتيمه، واختُصِر لي اختصارا، ولقد أتيتكم بها بيضاء نقية فلا تَتهوَّكوا، ولا
يغرنكم المتهوِّكون
"wahai manusia,
sesungguhnya aku telah menerima kalam yang memuat berbagai perkara dan menjadi
rujukan terakhir, diberikan kepadaku dengan ringkas. Sesungguhnya aku telah
menyampaikan kepada kalian berbagai kabar yang terang benderang lagi jernih.
Maka janganlah berbicara kacau dan jangan terpedaya oleh orang-orang yang kacau
dalam berbicara." (Tafsir Ibn Katsir, 4 : 368)
Riwayat tersebut diperkuat dengan riwayat berikut :
قال النبي
ـ صلى الله عليه وسلم ـ: "كفَى بقومٍ ضلالةً أن يَرْغَبُوا عَمَّا جاءهم به نبيُّهم
إليهم إلى ما جاء به غيرُه"
"Nabi saw. bersabda :
cukup bagi suatu kaum dikatakan tersesat, yakni mereka berpaling dari apa-apa
yang datang dari Nabi mereka menuju apa-apa yang menyelisihinya. " (Fataawa
'Abd al-Halim Mahmud, 1 : 11)
Dari sini bisa kita pahami, bahwa Islam yang dibawa oleh Rasul
saw. dan disampaikan kepada para Shahabat sehingga mereka berda'wah dalam hizb
as-Siyasi merupakan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh dan harus suci dari
segala pemikiran asing baik ushul maupun furu'-nya. Tidaklah mungkin ada
larangan untuk mengambil pemikiran selain pemikiran Islam bila Islam sendiri
tidak memiliki kelengkapan fikroh dan thariqoh, sehingga membutuhkan
kelengkapan konsep dan metode dari selainnya.
(b) terdapat riwayat yang menegaskan proses kristalisasi
pemahaman, membangun pola pikir dan pola sikap berdasarkan dalil sebagai
konsekuensi dari keimanan mereka
حدثنا علي بن محمد حدثنا وكيع حدثنا حماد بن
نجيح وكان ثقة عن أبي عمران الجوني عن جندب بن عبد الله قال : - كنا مع النبي صلى
الله عليه و سلم ونحن فتيان حزاورة . فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن .
فازددنا به إيمانا .... في الزوائد إسناد هذا الحديث صحيح . رجاله ثقات
".... dari Jundab ibn
'Abdillah, ia berkata : Sewaktu kami masih remaja, kami pernah (belajar)
bersama Rasulullah. Dari beliau kami mempelajari keimanan sebelum kami
mempelajari al-Qur'an. Sehingga, ketika kami telah mempelajari al-Qur'an, maka
keimanan kami semakin bertambah.."
(Hr. Ibn Majah, Sunan ibn Majah, 1: 23)
...حدثنا الحسين بن واقد، قال:
حدثنا الأعمش، عن شَقيق، عن ابن مسعود، قال: كانَ الرجل مِنَّا إذا تعلَّم عَشْر
آياتٍ لم يجاوزهُنّ حتى يعرف معانيهُنَّ، والعملَ بهنَّ
"....
dari al-Husain ibn waqid, bahwa al-A'masy telah menceritakan kepada kami dari
Syaqiq bahwa ibn Mas'ud berkata : setiap laki-laki di antara kami (para
sahabat) apabila sedang mempelajari 10 ayat al-Qur'an, ia tidak akan
menambahnya (mempelajari ayat lain) sebelum ia benar-benar memahami maknanya
dan mengamalkannya.." (ath-Thabari,
Jami' al-Bayan Fi Ta'wil al-Qur'an, 1: 80)
Dan produk dari proses tatsqif ini ialah sosok yang memiliki idrak
shillah billah yang kuat dan senantiasa takut kepada Alloh, sehingga
beramal dalam kondisi yang demikian, sekalipun mereka bukanlah orang yang
banyak bicara ataupun bila termasuk orang yang banyak menyampaikan maka kondisi
mereka tidak berubah, ya'ni sebagai hamba Alloh yang takut kepada-Nya. Abdullah
ibn Mas'ud ra. bertutur :
قال عبد الله بن مسعود ليس العلم بكثرة الحديث ولكن العلم
خشية الله
“telah berkata Abdullah
ibn Mas’ud: tolak ukur ilmu bukanlah dengan banyak meriwayatkan hadits, akan
tetapi tolak ukur ilmu ialah takut kepada Allah."
(Abu Syamah, Mukhtasar al-Mu’ammal li ar-Radd ila al-Amr al-Awal,
1:32)
Dan dengan kepribadian yang demikianlah mereka menjalankan metoda
da'wah bersama Rasululloh saw dalam hizb as-Siyasi, ya'ni tafa'ul ma'al
ummah (berinteraksi dengan masyarakat) dan tholab an-Nushroh.
Mengenai Tholab an-Nushroh yang
dilaksanakan Rasululloh saw. sebagai salah satu metode diungkapkan oleh Dr.
Muhammad Muhsin :
a.
Setelah wafatnya Abu Thalib, maka masyarakat Makkah bersikap apatis dan
tertutup terhadap Rasululloh saw. Dengan wafatnya Abu Thalib, penyiksaan yang
dilakukan oleh kaum kafir Quraisy terhadap Rasululloh saw semakin keras, hingga
mereka melakukan hal-hal yang belum pernah mereka lakukan pada saat pamannya,
Abu Thalib masih hidup. Sehingga perlindungan terhadap Rasululloh menjadi amat
sangat lemah dibanding perlindungan pada masa Abu Thalib. Lalu Alloh ta'ala
memberi wahyu yang isinya
perintah kepada beliau agar mendatangi kabilah-kabilah Arab untuk mencari
perlindungan dan pertolongan demi keberlangsungan aktivitasnya, dan agar beliau
dapat menyampaikan risalah dari Alloh yang dengannya beliau diutus dalam
keadaan aman dan terlindungi. Dari Ali bin Abi Thalib berkata: "Setelah
Alloh ta'ala memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mendatangi kabilah-kabilah
arab, maka beliau, aku dan Abu Bakar keluar menuju Mina sampai kami mendatangi
satu majelis (tempat berkumpul) di antara majelis-majelis orang-orang
Arab" ( Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Hadits ini dikeluarkan oleh
Hakim, Abu Nu'aim dan Baihaki dalam ad-Dala'il dengan sanad hasan dari Ibnu
Abbas telah bercerita kepada Ali bin Abi Thalib. Lihat: Faht al-Bari, vol.
ke-7, hlm. 220) ; Dari Ibnu Abbas dari ayahnya: bahwa Rasululloh saw pernah
berkata kepadaku (Abbas): "Aku sudah tidak melihat lagi di sisimu dan di
sisi saudaramu kekuatan-untuk melindungiku. Karena itu, maukah kamu besok
menemaniku pergi ke pasar hingga kami tiba di tempat-tempat peristirahatan
kabilah-kabilah manusia-yaitu tempat berkumpul bagi bangsa Arab". Aku
(Abbas) berkata: "Ini adalah kabilah Kindah dan koleganya, mereka adalah
orang-orang utama yang sedang ibadah haji dari Yaman. Ini adalah pemondokan
Bakar bin Wail. Dan ini adalah pemondokan Bani Amir bin Sha'sha'ah. Sekarang
pilihlah olehmu". Abbas berkata: "Beliau memilih memulai dari Bani
Kindah, lalu beliau mendatanginya". (al-Bidayah wa an-Nihayah, vol.
ke-3, hlm. 140)
b.
Sesungguhnya yang diminta oleh Nabi saw dari beberapa kabilah yang beliau
datangi setelah meminta mereka agar beriman dan membenarkannya adalah agar
mereka mau melindunginya hingga beliau dapat menyampaikan risalah dari Alloh
yang karenanya beliau diutus. Dari semua nash tentang Rasululloh saw.
mendatangi sendiri kabilah-kabilah tersebut menyebutkan bahwa beliau meminta
kepada mereka perlindungan untuk dirinya dan aktivitas dakwahnya.
c.
Sesungguhnya apa yang diminta oleh kabilah Kindah dan Bani Amir bin Sha'sha'ah
dari beliau bahwa hendaklah kekuasaan setelah Rasulullah diberikan kepada
mereka ( Sirah Ibnu Hisyam, vol. ke-2, hlm. 272). Hal tersebut
menunjukkan bahwa mereka telah memahami dari permintaan beliau kepada mereka
agar menjaga dan menolongnya, bahwa beliau hendak menegakkan sebuah institusi
pemerintahan di antara mereka. Oleh karena itu,mereka mau menjaga dan
menolongnya dengan syarat jika kekuasaan setelah beliau diberikan kepada
mereka.
d.
Sesungguhnya pertolongan (nushrah) yang diberikan oleh penduduk Madinah
kepada beliau, dilangsungkannya bai'at 'aqabah kedua bersama mereka, dan beliau
langsung mendirikan daulah (negara) setibanya beliau di Madinah. Semua ini
menunjukkan dengan jelas bahwa tujuan beliau meminta perlindungan dan
pertolongan adalah untuk mendirikan institusi (negara) Islam yang menerapkan
hukum-hukum Islam.
( kitab Hizb at-Tahrir,
Tsaqofatuhu wa Manhajuhu fi Iqomah Daulah al-Khilafah al-Islamiyyah)
Penutup Bagian Ketiga
Pada bagian ini, kami memaparkan
sekilas tentang Hizb dari sisi bahasa dan sedikit tentang dakwah Rasululloh beserta
para sahabat dalam wadah Hizb as-Siyaasi. Pembahasan mengenai fiqh dawah
sendiri telah bertebaran dalam kitab-kitab yang ditulis oleh ulama-ulama yang
mumpuni keimuannya, salah satu kitab yang menyajikan Siroh dan Tarikh dengan
metode penulisan fiqh ialah kitab Daulah Islamiyyah yang ditulis oleh Syaikh
Taqiyuddin an-Nabhani, sehingga kami merasa tidak perlu menjabarkan panjang
lebar lagi. Poin penting yang hendak kami sampaikan : (a) kutlah sahabat yang
dibentuk Rasul termasuk Hizb berdasarkan definisi lafadznya, dan terkategori
Hizb as-Siyaasi bila melihat aktivitasnya, yaitu dalam rangka mendirikan
institusi Islam agar fikroh dan thoriqoh Islam yang ditabanni kutlah tersebut
dapat diterapkan dalam kehidupan, dan Siyaasah sendiri memang bisa diartikan riyaasah
(kepemimpinan) dan ahkam wa sulthon (pemerintahan dan kekuasaan) ; (b)
Hizb as-Siyaasi yang dipimpin Rasul saw. memiliki kekhasan dalam proses tatsqif,
sehingga melahirkan kader-kader yang secara individu memiliki hubungan kuat
dengan Alloh Sang Pencipta Alam disebabkan pola pikir dan pola sikap mereka
dalam keseharian dan disisi lain mereka sebagai bagian dari Hizb as-Siyasi juga
merupakan sosok yang kuat dalam menjalankan metoda dakwah, salah satunya tafa'ul
ma'al ummah dan juga mampu mempersiapkan suasana nushroh.
....bersambung ke bagian 3