Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Monday, October 15, 2012

Membentang Sejarah Perjuangan Dan Mengambil Pelajaran Dari Bisyaroh Rasul saw.

bagian ke-2

Bagian Ketiga : Hizb as-Siyasi yang dipimpin Rasul saw.

Selayang Pandang Tentang Hizb


Istilah partai (hizb) dapat dipahami dari penjelasan berikut
حِزْب الرَّجُل أصحابهُ... والحِزْب أيضاً الوِرْد... والحِزْب أيضاً الطائفة
hizb  ar-rajulu ialah sahabatnya... hizb juga sama dengan wirid... dan hizb juga bermakna kelompok
(ar-Razi, Mukhtar as-Shihah, 1:65)

Dalam kitab lisan al-‘Arab disebutkan,
( حزب ) الحِزْبُ جَماعةُ الناسِ... وحِزْبُ الرجل أَصْحابُه وجُنْدُه الذين على رأْيِه
’”al-hizb ialah sekelompok orang dari manusia... dan hizb ar-rajulu ialah sahabatnya dan tentaranya yaitu orang – orang yang bersepakat lagi berpegang pada pendapatnya.
(Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab, 1:308)

Adapun Imam ar-Razi mengungkapkan
الحزب في اللغة أصحاب الرجل الذين يكونون معه على رأيه ، وهم القوم الذين يجتمعون لأمر حزبهم
al-hizb menurut bahasa ialah sahabat-sahabat dari seseorang yang berada bersamanya karena sepakat lagi berpegang pada pendapatnya, dan mereka berkumpul untuk mencapai urusan partai yang menyatukan mereka.” (Imam ar-Razi, Mafatihul Ghayb, 6:94)


Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa sebuah kelompok akan terkategori sebagai hizb jika memiliki: (a) Pemimpin ; (b) Ikatan yang mengikat antar anggota sehingga menjadi satu kesatuan; (c) Fikrah dan thariqah yang mengikat seluruh anggota. Fikrah terdiri dari aturan kepartaian dan tsaqafah al-hizbiyyah, sedangkan thariqah ialah metoda untuk mencapai tujuan partai.

Mengenai karakter hizb yang akan mendapatkan ridha Allah SWT. terungkap dalam firman-Nya,
وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ (56)
Artinya: Siapa saja yang mengambil Allah, RasulNya, dan orang-orang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya hizb Allah itulah yang pasti menang. (QS. al- Ma’idah :56)

Imam al-Qurthubi mengungkapkan terkait dengan ayat ini,
قوله تعالى: (ومن يتول الله ورسوله والذين آمنوا) أي من فوض أمره إلى الله، وامتثل أمر رسوله، ووالى المسلمين، فهو من حزب الله. وقيل: أي ومن يتولى القيام بطاعة الله ونصرة رسوله والمؤمنين. (فإن حزب الله هم الغالبون)
firman Allah ta’ala (siapa saja yang mengambil Allah, RasulNya, dan orang-orang beriman sebagai penolongya) yaitu siapa saja yang menpercayakan urusannya kepada Allah, meneladani perbuatan Rasulullah dan berwali kepada kaum muslimin, maka ia menjadi bagian dari hizb Allah, juga orang yang melaksanakan ketaatan kepada Allah, menolong RasulNya dan kaum mukmin. (maka sesungguhnya Hizb Allah itulah yang pasti menang).” [Tafsir al-Qurthubi, 6:222]

Makna hizb yang disebutkan dalam ayat ini tidak bisa dipalingkan ke makna istilah dikarenakan adanya qarinah yaitu disandarkannya lafadz hizb pada lafadz Allah. Adapun Hizb Allah tetap mencakup hizb secara istilah karena bentuk idhafat termasuk lafadz umum. Jadi, bisa kita katakan bahwa hizb Allah adalah setiap partai yang anggotanya orang Muslim dan dipimpin dari kalangan umat Islam sendiri, mereka terikat dengan ikatan aqidah Islam dan meninggalkan seluruh aqidah yang menyelisihi aqidah Islam, berhimpun atas dasar fikrah dan thariqah Islam dalam rangka mewujudkan tujuan izzul Islam wal muslimin.


Fikroh Dan Thariqoh Hizb as-Siyasi yang dipimpin Rasul saw.

Kejernihan fikroh dan thoriqah Hizb as-Siyasi tidak terlepas dari arahan Alloh ta'ala kepada Nabi-Nya, pada masa awal yaitu tahun kenabian beliau saw diperkuat oleh malaikat Israfil dan sesudahnya oleh malaikat Jibril. Dalam sebuah riwayat diungkapkan Imam adz-Dzahabi
وقال محمد بن أبي عدي عن داود بن أبي هند عن الشعبي قال: نزلت عليه النبوة وهو ابن أربعين سنة فقرن بنبوته إسرافيل ثلاث سنين فكان يعلمه الكلمة والشيء ولم ينزل القرآن
"... Nabi diangkat menjadi Nabi dan Rasul pada usia 40 tahun. Malaikat yang menguatkan kenabianya adalah malaikat israfil selama 3 tahun. Ia mengajari beliau al-kalimah dan segala namun tidak menurunkan al-Qur'an." (Tarikh al-Islam, 1 : 120)


Bahkan ketika terbesit keinginan untuk menunda aktivitas dalam menjalankan thoriqoh da'wah, dikarenakan khawatir akan respon keji yang akan dilakukan kerabatnya, beliau saw diingatkan oleh Alloh ta'ala melalui malaikat Jibril, Imam adz-Dzahabi mengutarakan riwayat
وقال يونس بن بكير عن ابن إسحاق حدثني من سمع عبد الله بن الحارث بن نوفل واستكتمني اسمه عن ابن عباس عن علي قال: لما نزلت {وأنذر عشيرتك الأقربين} قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: عرفت أني إن بادأت قومي رأيت منهم ما أكره فصمت عليها فجاءني جبريل فقال: يا محمد إنك إن لم تفعل ما أمرك به ربك عذبك
"... dari 'Ali, ia berkata : ketika turun ayat (wa andzir 'asyirataka al-Aqrabin), maka Rasululloh saw. bersabda : aku telah mengetahui bahwa jika aku mengajak kaumku maka aku akan memperoleh sesuatu yang tidak aku sukai dari mereka. Oleh karena itu, aku diam dan tidak melakukannya. Maka Jibril mendatangiku dan berkata : Wahai Muhammad, jika kamu tidak melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Rabb-mu, maka Dia akan mengadzab-mu." (Tarikh al-Islam, 1 : 145)

Dengan fikrah dan thoriqoh yang jernih ini, Beliau saw. mengkader, membina serta mengarahkan para shahabatnya menjadi kader-kader yang memiliki kesadaran tinggi dan kehendak yang benar serta fikroh dan thoriqoh Islam mengkristal (at-tabalwar : al-Intiqaal min haal al-muyuu'ah aw as-suyuulah ilaa al-haal ash-sholabah – transformasi dari kondisi cair menuju kondisi padat) dalam diri mereka, dimana mereka kemudian disatukan dalam satu ikatan, ya'ni akidah Islam

Para shahabat Rasul yang menjadi bagian dari Hizb as-Siyasi memiliki kesadaran tinggi dan kehendak yang benar, hal ini sudah sewajarnya disebabkan adanya kekhasan tatsqif yang mereka jalani, ya'ni: (a) an-niqa' (pembersihan), yaitu menjauhkan pemikiran-pemikiran asing dari pemikiran dasar Islam agar kemurnian pemikiran Islam, baik ushul (pokok) maupun furu' (cabangnya) senantiasa terjaga ; (b) ash-shifa' (penyucian), yaitu wudhuuh ar-ru'yah, keterkaitan antara pemikiran tersebut dan dasarnya bisa dipahami dengan jelas, dengan kata lain ash-shifa' ialah setiap yang didakwahkan selalu dibangun berdasarkan dalil yang merupakan konsekuensi dari aqidah Islam. Kami berpandangan demikian dengan melihat riwayat berikut

(a) Imam ibn Katsir pernah mengungkapkan suatu riwayat, Rasululloh pernah berkhutbah
يا أيها الناس، إني قد أوتيت جوامع الكلم وخواتيمه، واختُصِر لي اختصارا، ولقد أتيتكم بها بيضاء نقية فلا تَتهوَّكوا، ولا يغرنكم المتهوِّكون
"wahai manusia, sesungguhnya aku telah menerima kalam yang memuat berbagai perkara dan menjadi rujukan terakhir, diberikan kepadaku dengan ringkas. Sesungguhnya aku telah menyampaikan kepada kalian berbagai kabar yang terang benderang lagi jernih. Maka janganlah berbicara kacau dan jangan terpedaya oleh orang-orang yang kacau dalam berbicara." (Tafsir Ibn Katsir, 4 : 368)

Riwayat tersebut diperkuat dengan riwayat berikut :
قال النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ: "كفَى بقومٍ ضلالةً أن يَرْغَبُوا عَمَّا جاءهم به نبيُّهم إليهم إلى ما جاء به غيرُه"
"Nabi saw. bersabda : cukup bagi suatu kaum dikatakan tersesat, yakni mereka berpaling dari apa-apa yang datang dari Nabi mereka menuju apa-apa yang menyelisihinya. " (Fataawa 'Abd al-Halim Mahmud, 1 : 11)

Dari sini bisa kita pahami, bahwa Islam yang dibawa oleh Rasul saw. dan disampaikan kepada para Shahabat sehingga mereka berda'wah dalam hizb as-Siyasi merupakan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh dan harus suci dari segala pemikiran asing baik ushul maupun furu'-nya. Tidaklah mungkin ada larangan untuk mengambil pemikiran selain pemikiran Islam bila Islam sendiri tidak memiliki kelengkapan fikroh dan thariqoh, sehingga membutuhkan kelengkapan konsep dan metode dari selainnya.

(b) terdapat riwayat yang menegaskan proses kristalisasi pemahaman, membangun pola pikir dan pola sikap berdasarkan dalil sebagai konsekuensi dari keimanan mereka
حدثنا علي بن محمد حدثنا وكيع حدثنا حماد بن نجيح وكان ثقة عن أبي عمران الجوني عن جندب بن عبد الله قال : - كنا مع النبي صلى الله عليه و سلم ونحن فتيان حزاورة . فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن . فازددنا به إيمانا .... في الزوائد إسناد هذا الحديث صحيح . رجاله ثقات
".... dari Jundab ibn 'Abdillah, ia berkata : Sewaktu kami masih remaja, kami pernah (belajar) bersama Rasulullah. Dari beliau kami mempelajari keimanan sebelum kami mempelajari al-Qur'an. Sehingga, ketika kami telah mempelajari al-Qur'an, maka keimanan kami semakin bertambah.."
(Hr. Ibn Majah, Sunan ibn Majah, 1: 23)

...حدثنا الحسين بن واقد، قال: حدثنا الأعمش، عن شَقيق، عن ابن مسعود، قال: كانَ الرجل مِنَّا إذا تعلَّم عَشْر آياتٍ لم يجاوزهُنّ حتى يعرف معانيهُنَّ، والعملَ بهنَّ
".... dari al-Husain ibn waqid, bahwa al-A'masy telah menceritakan kepada kami dari Syaqiq bahwa ibn Mas'ud berkata : setiap laki-laki di antara kami (para sahabat) apabila sedang mempelajari 10 ayat al-Qur'an, ia tidak akan menambahnya (mempelajari ayat lain) sebelum ia benar-benar memahami maknanya dan mengamalkannya.."  (ath-Thabari, Jami' al-Bayan Fi Ta'wil al-Qur'an, 1: 80)

Dan produk dari proses tatsqif ini ialah sosok yang memiliki idrak shillah billah yang kuat dan senantiasa takut kepada Alloh, sehingga beramal dalam kondisi yang demikian, sekalipun mereka bukanlah orang yang banyak bicara ataupun bila termasuk orang yang banyak menyampaikan maka kondisi mereka tidak berubah, ya'ni sebagai hamba Alloh yang takut kepada-Nya. Abdullah ibn Mas'ud ra. bertutur :
قال عبد الله بن مسعود ليس العلم بكثرة الحديث ولكن العلم خشية الله
“telah berkata Abdullah ibn Mas’ud: tolak ukur ilmu bukanlah dengan banyak meriwayatkan hadits, akan tetapi tolak ukur ilmu ialah takut kepada Allah." 
(Abu Syamah, Mukhtasar al-Mu’ammal li ar-Radd ila al-Amr al-Awal, 1:32)

Dan dengan kepribadian yang demikianlah mereka menjalankan metoda da'wah bersama Rasululloh saw dalam hizb as-Siyasi, ya'ni tafa'ul ma'al ummah (berinteraksi dengan masyarakat) dan tholab an-Nushroh.

Mengenai Tholab an-Nushroh yang dilaksanakan Rasululloh saw. sebagai salah satu metode diungkapkan oleh Dr. Muhammad Muhsin :

a. Setelah wafatnya Abu Thalib, maka masyarakat Makkah bersikap apatis dan tertutup terhadap Rasululloh saw. Dengan wafatnya Abu Thalib, penyiksaan yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy terhadap Rasululloh saw semakin keras, hingga mereka melakukan hal-hal yang belum pernah mereka lakukan pada saat pamannya, Abu Thalib masih hidup. Sehingga perlindungan terhadap Rasululloh menjadi amat sangat lemah dibanding perlindungan pada masa Abu Thalib. Lalu Alloh ta'ala memberi wahyu yang isinya perintah kepada beliau agar mendatangi kabilah-kabilah Arab untuk mencari perlindungan dan pertolongan demi keberlangsungan aktivitasnya, dan agar beliau dapat menyampaikan risalah dari Alloh yang dengannya beliau diutus dalam keadaan aman dan terlindungi. Dari Ali bin Abi Thalib berkata: "Setelah Alloh ta'ala memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mendatangi kabilah-kabilah arab, maka beliau, aku dan Abu Bakar keluar menuju Mina sampai kami mendatangi satu majelis (tempat berkumpul) di antara majelis-majelis orang-orang Arab" ( Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Hadits ini dikeluarkan oleh Hakim, Abu Nu'aim dan Baihaki dalam ad-Dala'il dengan sanad hasan dari Ibnu Abbas telah bercerita kepada Ali bin Abi Thalib. Lihat: Faht al-Bari, vol. ke-7, hlm. 220) ; Dari Ibnu Abbas dari ayahnya: bahwa Rasululloh saw pernah berkata kepadaku (Abbas): "Aku sudah tidak melihat lagi di sisimu dan di sisi saudaramu kekuatan-untuk melindungiku. Karena itu, maukah kamu besok menemaniku pergi ke pasar hingga kami tiba di tempat-tempat peristirahatan kabilah-kabilah manusia-yaitu tempat berkumpul bagi bangsa Arab". Aku (Abbas) berkata: "Ini adalah kabilah Kindah dan koleganya, mereka adalah orang-orang utama yang sedang ibadah haji dari Yaman. Ini adalah pemondokan Bakar bin Wail. Dan ini adalah pemondokan Bani Amir bin Sha'sha'ah. Sekarang pilihlah olehmu". Abbas berkata: "Beliau memilih memulai dari Bani Kindah, lalu beliau mendatanginya". (al-Bidayah wa an-Nihayah, vol. ke-3, hlm. 140)

b. Sesungguhnya yang diminta oleh Nabi saw dari beberapa kabilah yang beliau datangi setelah meminta mereka agar beriman dan membenarkannya adalah agar mereka mau melindunginya hingga beliau dapat menyampaikan risalah dari Alloh yang karenanya beliau diutus. Dari semua nash tentang Rasululloh saw. mendatangi sendiri kabilah-kabilah tersebut menyebutkan bahwa beliau meminta kepada mereka perlindungan untuk dirinya dan aktivitas dakwahnya.

c. Sesungguhnya apa yang diminta oleh kabilah Kindah dan Bani Amir bin Sha'sha'ah dari beliau bahwa hendaklah kekuasaan setelah Rasulullah diberikan kepada mereka ( Sirah Ibnu Hisyam, vol. ke-2, hlm. 272). Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka telah memahami dari permintaan beliau kepada mereka agar menjaga dan menolongnya, bahwa beliau hendak menegakkan sebuah institusi pemerintahan di antara mereka. Oleh karena itu,mereka mau menjaga dan menolongnya dengan syarat jika kekuasaan setelah beliau diberikan kepada mereka.

d. Sesungguhnya pertolongan (nushrah) yang diberikan oleh penduduk Madinah kepada beliau, dilangsungkannya bai'at 'aqabah kedua bersama mereka, dan beliau langsung mendirikan daulah (negara) setibanya beliau di Madinah. Semua ini menunjukkan dengan jelas bahwa tujuan beliau meminta perlindungan dan pertolongan adalah untuk mendirikan institusi (negara) Islam yang menerapkan hukum-hukum Islam.
( kitab Hizb at-Tahrir, Tsaqofatuhu wa Manhajuhu fi Iqomah Daulah al-Khilafah al-Islamiyyah)


Penutup Bagian Ketiga

          Pada bagian ini, kami memaparkan sekilas tentang Hizb dari sisi bahasa dan sedikit tentang dakwah Rasululloh beserta para sahabat dalam wadah Hizb as-Siyaasi. Pembahasan mengenai fiqh dawah sendiri telah bertebaran dalam kitab-kitab yang ditulis oleh ulama-ulama yang mumpuni keimuannya, salah satu kitab yang menyajikan Siroh dan Tarikh dengan metode penulisan fiqh ialah kitab Daulah Islamiyyah yang ditulis oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, sehingga kami merasa tidak perlu menjabarkan panjang lebar lagi. Poin penting yang hendak kami sampaikan : (a) kutlah sahabat yang dibentuk Rasul termasuk Hizb berdasarkan definisi lafadznya, dan terkategori Hizb as-Siyaasi bila melihat aktivitasnya, yaitu dalam rangka mendirikan institusi Islam agar fikroh dan thoriqoh Islam yang ditabanni kutlah tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan, dan Siyaasah sendiri memang bisa diartikan riyaasah (kepemimpinan) dan ahkam wa sulthon (pemerintahan dan kekuasaan) ; (b) Hizb as-Siyaasi yang dipimpin Rasul saw. memiliki kekhasan dalam proses tatsqif, sehingga melahirkan kader-kader yang secara individu memiliki hubungan kuat dengan Alloh Sang Pencipta Alam disebabkan pola pikir dan pola sikap mereka dalam keseharian dan disisi lain mereka sebagai bagian dari Hizb as-Siyasi juga merupakan sosok yang kuat dalam menjalankan metoda dakwah, salah satunya tafa'ul ma'al ummah dan juga mampu mempersiapkan suasana nushroh.

....bersambung ke bagian 3

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages