Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Saturday, December 10, 2011

Sunnah Rasul : Berpegang Teguh Pada Jamaah Kaum Muslimin

Kajian Hadits
تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ.... فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا


أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَهْلٍ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ، عَنْ بُسْرِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِيِّ، عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ الْخَوْلانِيِّ، أَنَّهُ سَمِعَ حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ، يَقُولُ: كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ عَنِ الْخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ! إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ، فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ، فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟، قَالَ: نَعَمْ !، قُلْتُ: فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ؟ قَالَ: نَعَمْ ! وَفِيهِ دَخَنٌ، قُلْتُ: وَمَا دَخَنُهُ؟، قَالَ: قَوْمٌ يَسْتَنُّونَ بِغَيْرِ سُنَّتِي، وَيَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ، قَالَ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ! فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ ! دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا، قَالَ: قُلْتُ: صِفْهُمْ لِي يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: نَعَمْ، هُمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا، قَالَ: قُلْتُ: فَمَا تَأْمُرُنِي يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟، قَالَ: " تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ "، قَالَ: قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ، وَلا أَمَامُ، قَالَ: فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ كَذَلِكَ "
"...
Hudzaifah berkata: Wahai Rasululoh ! dulu kami berada dalam kejahiliyahan dn keburukan, kemudian Allah mendatangkan kepada kami kebaikan ini, apakah setelah kebaikan ini ada keburukan ? Beliau saw menjawab: betul ; Aku bertanya: Apakah setelah keburukan itu akan ada kebaikan? Beliau saw menjawab: betul ! dan didalamnya ada dakhon[un] (keruh); Aku bertanya: Apa itu dakhon[un] ? Beliau menjawab
: kaum yang tidak mengikuti sunnahku dan tidak memberi petunjuk dengan petunjukku, kalian mengenal mereka dan kalian mengikarinya ; Aku bertanya : Wahai Rasululloh ! apakah setelah kebaikan yang demikian ada keburukan ?  Beliau saw menjawab: ada ! yaitu penyeru ke pintu jahannam, barangsiapa yang memenuhi seruan mereka maka ia akan dimasukkan kedalamnya ; Aku bertanya: sampaikan sifat mereka kepadaku wahai Rasululloh ? Beliau saw menjawab : baik, mereka kaum yang kulit dan bahasanya seperti kalian ; Aku bertanya : wahai Rasululloh, apa yang engkau perintahkan kepada kami bila kami menjumpai itu? Beliau saw menjawab: berpegang teguh pada Jama'atul Muslimin dan Imamnya ; Aku bertanya : bila tidak ada Jama'ah dan Imam ? Beliau saw menjawab: kamu tinggalkan seluruh al-firqoh semuanya, meskipun harus menggigit akar pohon sampai maut menjemputmu dan kaum dalam keadaan demikian "  [Imam al-Baihaqi, dala'il an-Nubuwwah, 1521]


Ringkasan Kondisi Rijal Hadits Riwayat Imam al-Baihaqi

1. Ahmad ibn al-Husain an-Naisabury dengan kunyah Abu Bakr (w. 458 H) seorang tsiqoh hafizh, Imam Yaqut al-Hamawy menyebutnya al-Imam al-Hafizh seorang yang faqih dalam ushul ad-din dan seorang yang wara' ; 2. Muhammad ibn Abdulloh yang lebih dikenal sebagai al-Hakim an-Naisabury dengan kunyah Abu Abdillah (w. 405 H) seorang tsiqoh hafizh, Imam Ibn Hajar al-Asqolani menyebutnya sebagai Imam Shoduq ; 3. Muhammad ibn Ya'qub dengan laqob ibn al-Kirmani (w. 344 H) seorang tsiqoh hafizh, Imam adz-Dzahabi menyebutnya al-Imam al-Hafizh al-Muttaqin al-Hujjah ; 4. Ahmad ibn Sahl dengan kunyah Abu al-Abbas (w. 282 H) seorang yang tsiqoh, Imam adz-Dzahabi menyebutnya al-Hafizh ; 5. Dawud ibn Rusyaid dengan kunyah Abu al-Fadhl (w. 239 H), Imam ad-Daruquthni menyebutnya Tsiqoh nabiil ; 6. Walid ibn Muslim dengan kunyah Abu al-Abbas (w. 194 H) seorang yang tsiqoh, Imam adz-Dzahabi mengungkapkan tentang beliau 'aalim ahl as-Syams, kaana mudallisan fayatqo fi haditsihi maa qoola fihi : 'an ; 7. Abd ar-Rahman ibn Yazid dengan kunyah Abu 'Utbah (w. 153 H) seorang yang tsiqoh, Imam Abu Hatim ar-Raziy menyebutnya shoduq, la ba'sa bih ; 8. Busri ibn Ubaidillah al-Hadhromiy termasuk perawi Imam Bukhori dan Imam Muslim, beliau seorang yang tsiqoh haafizh, Imam Marwan ibn Muhammad menyebutnya min kibar ahl al-Masjid tsiqoh min ahl al-'ilm ; 9. Abu Idris al-Khawlaniy (w. 80 H) termasuk perawi Imam Bukhori dan Imam Muslim, beliau seorang yang tsiqoh dan Imam al-Mizziy menyebutnya 'Ulama ahl asy-Syams .

kedudukan sanad hadits ini ialah isnaduhu muttashil wa rijaluhu tsiqoh.


Penjelasan Matan al-Hadits

(1) Kewajiban Berpegang Teguh pada Jama'atul Muslimin & Imam Serta Keharaman at-Tafarruq


            Maksud dari ((وفِيهِ دَخَنٌ)) dijelaskan oleh seorang al-Muhaddits al-Kabir Muhammad Anur (w. 1353 H) yaitu
يعني لا يكون فيه خيرٌ واضحٌ.
(فيض الباري شرح البخاري, 6: ص 74)
"yaitu tidak terdapat didalamnya kebaikan yang wadhih (terang/jelas)"

Adapun terkait dengan du'atun 'ala abwab jahannam, beliau menjelaskan
(دُعَاةٌ إلى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ)، يعني يَدْعُو الأمراء إلى أمورٍ خلاف الشرع.
(فيض الباري شرح البخاري, 6: ص 74)
" ... yaitu para pemimpin yang menyeru pada perkara yang menyelisihi syara' "


Dalam hadits ini terdapat ungkapan yang mengindikasikan wajib dan pentingnya berpegang teguh lagi berada dalam Jama'atul Muslimin dan Imam-nya dengan ungkapan yang "hiperbolik" dimana sekalipun ada diantara para pemimpin tersebut yang terkategori sebagai du'atun 'ala abwab jahannam Rasululloh saw. tetap memerintahkan untuk talzam jama'atal muslimin wa imamahum, dan hal ini juga mengindikasikan keharaman wujudnya tafaruq ditengah-tengah umat Islam. Beberapa penjelasan 'Ulama terkait hal ini, Imam Abu Hasan 'Ali (w. 449 H) mengungkapkan
وفيه حجة لجماعة الفقهاء فى وجوب لزوم جماعة المسلمين وترك القيام على أئمة الجور ، ألا ترى أنه ( صلى الله عليه وسلم ) وصف أئمة زمان الشر فقال : ( دعاة على أبواب جهنم من أجابهم إليها قذفوه فيها ) فوصفهم بالجور والباطل والخلاف لسنته ؛ لأنهم لا يكونون دُعاةً على أبواب جهنم إلا وهم على ضلال ، ولم يقل فيهم تعرف منهم وتنكر ، كما قال فى الأولين ، وأمر مع ذلك بلزوم جماعة المسلمين وإمامهم ، ولم يأمر بتفريق كلمتهم وشق عصاهم
(شرح صحيح البخارى ـ لابن بطال , 10:  ص 33)
"dan didalamnya (hadits hudzaifah) terdapat hujjah bagi sekumpulan fuqoha' tentang kewajiban berpegang teguh pada Jama'atul Muslimin dan meninggalkan sikap bangkit (menantang) para pemimpin yang lalim, bahwa Rasululloh saw mensifati para pemimpin pada zaman keburukan dengan ungkapan (du'atun 'ala abwab jahannam yang barangsiapa menerima seruan mereka maka akan dimasukkan kedalamnya) , maka Rasululloh saw. mensifati mereka dengan kelaliman, kebatilan serta penyelisih sunnahnya ; bagi mereka tidaklah disebut sebagai du'atun 'ala abwab jahannam melainkan karena mereka berada dalam kesesatan, dan tidak dikatakan bagi mereka : kalian mengenal mereka dan mengingkari mereka, seperti pada ungkapan di awal (sebelumnya) dan justru perintah yang menyertai keadaan demikian ialah berpegang teguh pada Jama'atul Muslimin dan Imam dan tidak diperintahkan untuk berpecah (iftiroq) dari kalimah mereka dan memberontak (melepaskan kesetiaan) terhadap mereka"

Ungkapan Imam Abu Hasan 'Ali (w. 449 H) menegaskan tentang wajib dan pentingnya kedudukan berpegang teguh pada Jama'ah al-Muslimin dan Imamnya serta tidak diperbolehkan memisahkan diri serta memberontak dari Jama'atul Muslimin dan Imam. Hal yang senada diungkapkan Imam an-Nawawi (w. 676 H) dengan tambahan bahwa tidak mentaati mereka dalam perkara maksiyat kepada Allah
قَالَ الْعُلَمَاء : هَؤُلَاءِ مَنْ كَانَ مِنْ الْأُمَرَاء يَدْعُو إِلَى بِدْعَة أَوْ ضَلَال آخَر كَالْخَوَارِجِ وَالْقَرَامِطَة وَأَصْحَاب الْمِحْنَة .
وَفِي حَدِيث حُذَيْفَة هَذَا : لُزُوم جَمَاعَة الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامهمْ ، وَوُجُوب طَاعَته ، وَإِنْ فَسَقَ وَعَمِلَ الْمَعَاصِي مِنْ أَخْذ الْأَمْوَال وَغَيْر ذَلِكَ ، فَتَجِب طَاعَته فِي غَيْر مَعْصِيَة .
المنهاج شرح صحيح مسلم , 6: ص 320))
"berkata al-'Ulama: Mereka adalah para Umaro' yang menyeru kepada bid'ah atau kesesatan lain seperti khawarij dan qoromithoh dan ashabul mihnah . Di dalam hadits hudzaifah ini: wajib berpegang teguh pada jama'atul muslimin dan imamnya dan wajib mentaatinya, jika seorang fasiq dan pelaku ma'siyat seperti mengambil harta dan contoh lainnya, maka wajib mentaatinya dalam perkara yang bukan kemaksiyatan"

Sekalipun ada yang tidak disukai dalam Jama'atul Muslimin dan Imamnya disebabkan kelaliman dan kemaksiatan mereka, berpegang teguh padanya serta tetap berada dalam Jama'atul Muslimin merupakan perkara yang termasuk kebaikan karena terkategori kewajiban, adapun tafarruq (memisahkan diri dari Jama'atul Muslimin) merupakan fitnah dan kesesatan. Shahabat Abu Mas'ud al-Anshory (w. 39 H) bahwa beliau menyampaikan hadits dari Rasululloh saw. sebagaimana yang diriwayatkan dalam kitab Imam ibn Hajar (w. 852 H)
أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ، ثنا شَرِيكٌ، عَنْ قَيْسِ بْنِ يَسِيرَ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: " لَمَّا قُتِلَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَقِيتُ أَبَا مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي بَيْتِ دِهْقَانٍ بِالسَّالِحِينَ، فَقُلْتُ لَهُ: حَدِّثْنِي بِمَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ وَلَا تَكْتُمْنِي، فَقَالَ: " إِنَّا لَا نَكْتُمُ شَيْئًا، أَيُّهَا الْفَتَى، فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ، وَإِيَّاكَ وَالْفُرْقَةَ، فَإِنَّهَا الْفِتْنَةُ وَالضَّلَالَةُ، وَإِنَّ اللَّهَ جَلَّ جَلَالُهُ لَمْ يَكُنْ لَيَجْمَعَ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ عَلَى ضَلَالَةٍ"
(المطالب العالية , 17 : ص 567)
- إسناده حسن في المتابعات والشواهد رجاله ثقات وصدوقيين عدا قيس بن يسير الشيباني وهو مقبول -
"... berkata Abu Mas'ud: Sesungguhnya saya tidak menyembunyikan sesuatu wahai pemuda, maka bagi kalian (tetaplah dalam) al-Jama'ah, dan waspada atas perpecahan disebabkan ia adalah fitnah dan kesesatan, sesungguhnya Allah Jalla Jalaluhu tidak mengumpulkan ummat Muhammad di atas kesesatan "

Para Ulama memang berbeda pendapat ketika membahas maksud dari jama'atul Muslimin yang disebutkan dalam hadits tersebut, adapun pendapat yang terpilih yang diungkapkan Imam ath-Thobari sebagaimana yang disampaikan Imam Abu Hasan 'Ali dalam kitabnya
قال الطبرى : والصواب فى ذلك أنه أمر منه ( صلى الله عليه وسلم ) بلزوم إمام جماعة المسلمين ونهى عن فراقهم فيما هم عليه مجتمعون من تأميرهم إياه فمن خرج من ذلك فقد نكث بيعته ونقض عهده بعد وجوبه ، وقد قال ( صلى الله عليه وسلم ) : ( من جاء إلى أمتى ليفرق جماعتهم فاضربوا عنقه كائنًا من كان ) .
(شرح صحيح البخارى ـ لابن بطال , 10:  ص 35)
"... Berkata Imam ath-Thobari : Dan yang benar dalam hal demikian (tentang perdebatan mengenai maksud dari jama'atul muslimin- pentj) bahwa sesungguhnya perintah dari Rasululloh untuk berpegang teguh pada Imam Jama'atul Muslimin dan melarang berpisah darinya sementara perkara-perkara masyarakat diurusi oleh mereka, bagi kalian siapa saja yang keluar dari hal demikian maka sungguh ia telah membatalkan bai'at kepadanya dan melanggar janji kepadanya setelah wajib baginya memenuhi janji tersebut, dan sungguh telah bersabda Rasululloh: barangsiapa datang kepada Ummatku untuk menceraiberaikan jama'ah mereka maka penggallah batang lehernya, wujudkan atas siapapun"

Dengan melihat penjelasan Imam ath-Thobari di atas, bila kita melihat hadits-hadits yang menyampaikan tentang al-Jama'ah, al-Imamah dan al-Khilafah, maka kita akan mendapati bahwa ma'na yang diberikan sama yaitu jama'ah 'ala rajul wahid . Dan juga kita ketahui bahwa bai'at itu hanya diberikan kepada Imam/Kholifah/Amirul Mu'minin disebabkan bai'at termasuk salah satu diantara ahkam al-kholifah. Berikut hadits-hadits yang mengindikasikan bahwa al-Jama'atul Muslimin, al-Imamah dan al-Khilafah memiliki makna yang sama :

(6558)- [7054] حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنِ الْجَعْدِ أَبِي عُثْمَانَ[ ج  3 : ص  1428 ]، حَدَّثَنِي أَبُو رَجَاءٍ الْعُطَارِدِيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: " مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ، فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً "
(صحيح البخاري)
- إسناده متصل ، رجاله ثقات ، رجاله رجال البخاري -

(3449)- [1854] وحَدَّثَنِي عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ أَبِي يَعْفُورٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَرْفَجَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ يَقُولُ: " مَنْ أَتَاكُمْ وَأَمْرُكُمْ جَمِيعٌ عَلَى رَجُلٍ وَاحِدٍ يُرِيدُ أَنْ يَشُقَّ عَصَاكُمْ أَوْ يُفَرِّقَ جَمَاعَتَكُمْ فَاقْتُلُوهُ "
(صحيح مسلم, 12 : ص  242)
- إسناده حسن في المتابعات والشواهد رجاله ثقات عدا يونس بن واقد العبدي وهو مقبول ، رجاله رجال مسلم -

(3450)- [1855] وحَدَّثَنِي وَهْبُ بْنُ بَقِيَّةَ الْوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ الْجُرَيْرِيِّ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: " إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا الْآخَرَ مِنْهُمَا "
(صحيح مسلم, 12 : ص  242)
- إسناده متصل ، رجاله ثقات ، رجاله رجال مسلم -


(2) Munculnya Tafarruq Dan Hal Yang Diwajibkan Atas Kaum Muslimin Dalam Kondisi Demikian

            Dalam hadits itu, sebutan du'atun 'ala abwab jahannam juga berlaku bagi para umaro' dan siapa saja yang menyerukan tafarruq sehingga akhirnya menjadi hilangnya keberadaan Jama'atul Muslimin dan tiadanya Imam bagi kaum muslimin disebabkan propaganda tafarruq yang mereka serukan, hal ini mengingat bahwa :
  1. Rasululloh tidak menyanggah pertanyaan Hudzaifah ketika beliau menanyakan apa yang harus dilakukan bila tidak adanya Jama'atul Muslimin dan Imam. Hal ini terlihat dari jawaban Rasul bahwa beliau menjelaskan apa yang harus dilakukan dalam kondisi demikian, jika memang keruntuhan Jama'atul Muslimin tidak mungkin terjadi, maka tentu Rasululloh tidak memberi jawaban berupa perintah yang mesti dilaksanakan bila keadaan demikian terjadi
  2. Sebagaimana yang dijelaskan oleh para Ulama bahwa duatun 'ala abwab jahannam ialah mereka yang menyeru kepada perkara-perkara yang menyelisihi hukum Islam, menyeru kepada bid'ah dan kesesatan serta menyelisihi sunnah Rasul. Oleh karena itu, para penyeru tafarruq termasuk didalamnya disebabkan tafarruq adalah perkara yang diharamkan dan termasuk fitnah lagi kesesatan seperti yang diungkapkan oleh sahabat Rasul ya'ni Abu Mas'ud al-Anshori ra.

Perkara yang diwajibkan atas kaum muslimin bilamana Jama'atul Muslimin tidak ada, ialah menjauhi seluruh al-Firqoh yang para penyerunya disifati dengan du'atun 'ala abwab jahannam yaitu menyeru pada perkara-perkara yang menyelisihi syara'. Imam al-Mubarokfuriy dalam kitabnya menyampaikan pendapat Imam ath-Thobari
قَالَ الطَّبَرِيُّ : أَنَّهُ مَتَى لَمْ يَكُنْ لِلنَّاسِ إِمَامٌ فَافْتَرَقَ النَّاسُ أَحْزَابًا فَلَا يَتْبَعْ أَحَدًا فِي الْفِرْقَةِ وَيَعْتَزِلُ الْجَمِيعَ إِنْ اِسْتَطَاعَ ذَلِكَ خَشْيَةً مِنْ الْوُقُوعِ فِي الشَّرِّ
( تحفة الأحوذي 5: 456 )
"bahwasanya bilamana tidak terdapat bagi manusia Imam yang menyebabkan bertafarruq manusia kedalam ahzab maka tidak boleh mengikuti satupun diantara al-firqoh dan senantiasa menjauhi seluruh sekuat tenaga, hal yang demikian bentuk kekhawatiran dari jatuh pada keburukan"

عض أصل الشجرة كناية عن مكابدة المشقة.
(حاشية السندى على صحيح البخارى , 4:104)
" 'addhu ashl asy-Syajaroh merupakan kinayah dari menanggung penderitaan"

Derajat hukum beruzlah dari seluruh al-Firqoh tersebut sampai pada wajib disebabkan terdapat qorinah yang jazm, hal ini diungkapkan oleh Syaikh 'Abdurrahman menjelaskan dalam kitabnya sebagai berikut
لأن الأمر بالاعتزال جازم، وهناك قرينتان على أنه جازم، الأولى وصفه r إياهم بأنهم دعاة على أبواب جهنم، والثانية أمره بأن يعض على أصل شجرة إمعاناً في اعتزالهم.
(ذكرى لخير أمة أخرجت للناس , 11)
"sesungguhnya perintah untuk beruzlah jazm, didalam hadits ini terdapat dua qorinah yang mengindikasikan bahwa perintah tersebut jazm, pertama Rasululloh menyifati kepada mereka dengan sifat penyeru ke pintu jahannam dan kedua perintahnya untuk menggigit akar pohon sebagai bentuk bertahan dalam sikap uzlahnya"

            Mengamalkan perintah uzlah dalam hadits tersebut tidak berarti meninggalkan perintah-perintah lain dalam Islam disebabkan:

  1. perintah beruzlah yang dimaksud ialah beruzlah dari al-firqoh yang para penyerunya disifati dengan sifat du'atun 'ala abwab jahannam ya'ni mereka yang mengajak pada perkara-perkara yang bertentangan dengan syari'at Islam, seperti menyeru pada nasionalisme yang berakibat kaum muslimin memiliki banyak pemimpin tertinggi dalam negara, hal ini karena banyak pemimpin tertinggi bagi suatu bangsa yang terwujud dalam bentuk banyaknya negara adalah wujud tafarruq itu sendiri dan hukumnya haram. Dalam kitab ensiklopedia fiqh diungkapkan :
 أَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ التَّفَرُّقَ وَالتَّنَازُعَ إِمَامَانِ فَقَدْ حَصَل التَّفَرُّقُ الْمُحَرَّمُ ، فَوُجِدَ التَّنَازُعُ ...

( الموسوعة الفقهية الكويتية ,6:226)
  1. Beruzlah dari al-Firqoh tersebut adalah untuk menghindari diri dari keburukan yang akan ditimpakan Allah disebabkan menerima seruan mereka berarti memposisikan diri sebagai orang yang siap dilemparkan ke dalam jahannam (مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا).
  2. Perintah beruzlah dalam hadits ini ialah salah satu perintah diantara sunnah Rasul yang lain yang wajib juga untuk kita ambil, bahwa dalam perkara ini berlaku kaidah al-ashlu akhdzu bi sunnah ka tasyri' da'im laysa waqtiyyan, seperti perintah menegakkan khilafah Islamiyyah yang mengikuti metode Rasul dan Khulafa' ar-Rasyidin, berinteraksi dengan masyarakat dalam rangka beramar ma'ruf nahyi munkar dengan penuh kesabaran dan menjaga lisan dari menyakiti sesama muslim dll
(16813)- [16694] حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ، عَنْ ثَوْرٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلَمِيِّ، عَنْ عِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ، قَالَ: صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ الْفَجْرَ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا، فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً، ذَرَفَتْ لَهَا الْأَعْيُنُ، وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، قُلْنَا أَوْ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَأَوْصِنَا، قَالَ: " أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى بَعْدِي اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ "
(مسند أحمد بن حنبل , 422)
- إسناده حسن في المتابعات والشواهد رجاله ثقات عدا عبد الرحمن بن عمرو السلمي وهو مقبول -

(4875)- [5002] حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، وَحَجَّاجٌ، قَالَا: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، سَمِعْتُ سُلَيْمَانَ الْأَعْمَشَ، وَقَالَ حَجَّاجٌ: عَنِ الْأَعْمَشِ يُحَدِّثُ، عَنْ يَحْيَى بْنِ وَثَّابٍ، عَنْ شَيْخٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ قَالَ: وَأُرَاهُ ابْنَ عُمَرَ، قَالَ حَجَّاجٌ: قَالَ شُعْبَةُ: قَالَ سُلَيْمَانُ: وَهُوَ ابْنُ عُمَرَ يُحَدِّثُ، عَنِ النَّبِيِّ أَنَّهُ قَالَ: " الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ، وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الَّذِي لَا يُخَالِطُهُمْ، وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ "، قَالَ حَجَّاجٌ: خَيْرٌ مِنَ الَّذِي لَا يُخَالِطُهُمْ
(مسند أحمد بن حنبل , 1286)
- إسناده متصل ، رجاله ثقات ، رجاله رجال الشيخين -

(61)- [43] حَدَّثَنَا حسن الحلواني وَعَبْدُ بْنُ حميد جميعا، [ ج  2 : ص  11 ][ ج  2 : ص  12 ] عَنْ أَبِي عَاصِمٍ، قَالَ: عبد: أَنْبَأَنَا أَبُو عَاصِمٍ، عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا الزُّبَيْرِ، يَقُولُ: سَمِعْتُ جَابِرًا، يَقُولُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ يَقُولُ: " الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ، وَيَدِهِ "
(صحيح مسلم)
- إسناده حسن رجاله ثقات عدا محمد بن مسلم القرشي وهو صدوق إلا أنه يدلس ، رجاله رجال مسلم -

Wallahu ta'ala a'lam

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages