Al-Faqir Ilayhi Ta'ala
abu zahroh ahmad ibn mukhtar – ditulis hari Kamis 7 Juli 2011, pukul 00.45 WIB
* cahayakhilafah.blogspot.com
Lahir dalam kondisi menangis, tumbuh dengan menorehkan pengorbanan dari orang-orang yang mencintai, besar dengan menghadirkan cinta dari yang menyayangi ... akankah kehidupan yang gelap yang kita inginkan ? akankah akhir kehidupan yang buruk yang kita dambakan ?... dimaagh (brain) - yang dengannya kita bisa memiliki kemampuan berfikir – terkurung dan berada dalam tempat yang gelap, tempat yang tak tersentuh cahaya ... masihkah kita berpandangan bahwa kita sumber cahaya kehidupan ? Bukankah dimaagh yang memproses segalanya dalam diri kita berada di tempat yang sangat gelap ? ia tidak bisa memberikan cahaya, tapi pasti ia butuh cahaya yang menghantarkannya pada terangnya kehidupan ... cahaya itu ialah syariat dan thoriqoh Islam.....
Rasulullah saw pernah bersabda
قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا
Beliau telah meninggalkan kita dalam kondisi terang, dimana malamnya bagaikan siang, yang tidak ada keraguan padanya.... ya, tiada keraguan dan kekurangan pada syari'at dan thoriqoh Islam..... masihkah memilih aturan dan jalan hidup yang tidak dapat menghantarkan kita pada cahaya, yang menjauhkan kita dari cinta-Nya dan dari keutamaan yang memuliakan??!!
Hanya dengan menapaki jalan mengikuti thoriq as-sunnah dalam nuansa cinta dan keikhlasan akan mampu menghantarkan kita pada cahaya kehidupan, kebahagiaan hakiki. Untuk itu, seyogyanya kita menapaki jalan keutamaan dengan nuansa cinta dengan:
(a) kekuatan akal dan ketajaman perasaan... man lam yahtam bi amril muslimin falaysa minHum (rowahu at-Thobroni), kita diperintahkan untuk senantiasa memikirkan urusan umat Islam. Mengamati dan memikirkan fakta yang sedang terjadi di tengah-tengah umat, memahami rangkaian lafadz indah dalam nash yang berkaitan dengan fakta tersebut dan kemudian kita mengkaitkan keduanya agar fakta itu berada dalam bingkai aturan Islam, bukankah ini tantangan luar biasa ? bukankah ini sarana bagi terbentuknya kekuatan akal ? ya tentu saja, kita harus memahami fakta dengan rinci, memahami dan menyelami kedalaman ma'na al-Qur'an dan as-Sunnah, serta menghubungkan fakta dengan nash Syara'........
tsumma laa yajiduu fii anfusiHim harojan (an-Nisa 65), kita diperintahkan untuk tidak memiliki rasa berat hati/dongkol dalam ketaatan. Memiliki perasaan –selain pemikiran– yang senantiasa berada dalam nuansa taat sangat membutuhkan latihan dan usaha sungguh-sungguh. Dengan kondisi seperti ini, akan mendidik kita hingga sampai pada ketajaman perasaan.
Kisah indah yang terukir dalam catatan sejarah tentang hal ini ialah sejarah nyata dari kehidupan Asma' binti Umais
عن الشعبي قال تزوج علي أسماء بنت عميس فتفاخر ابناها محمد بن جعفر ومحمد بن أبي بكر فقال كل منهما أنا أكرم منك وأبي خير من أبيك فقال لها علي اقضي بينهما فقالت ما رأيت شابا خيرا من جعفر ولا كهلا خيرا من أبي بكر
'Ali yang menikahi Asma' binti Umais (sebelumnya Asma' ialah istri dari Ja'far dan sesudah ja'far syahid, beliau menjadi istri dari Abu Bakr kemudian pasca wafatnya Abu Bakr, Asma' menikah dengan 'Ali) melihat pemandangan dari kedua anaknya Muhammad ibn Ja'far dan Muhammad ibn Abu Bakr sedang membanggakan diri, dan berkata "Aku lebih baik daripada kamu dan ayahku lebih baik daripada ayahmu" ; dan 'Ali meminta Asma' untuk menyelesaikan perselisihan keduanya, Asma' berkata kepada keduanya,"aku tidak melihat seorang pemuda di Arab yang lebih baik daripada Ja'far dan aku tidak melihat orang tua yang lebih baik daripada Abu Bakr." (al-Ishobah, Ibn Hajar al-Asqolani, 7: 490) ; jawaban ini menyelesaikan perselisihan tersebut dan dua bersaudara itu kembali berbaikan dan berangkulan.... melihat jawaban yang lahir dari kekuatan akal dan ketajaman perasaan Asma' binti Umais, Ali mengungkapkan:
فقال علي ما تركت لنا شيئا ولو قلت غير الذي قلت لمقتك فقالت أسماء إن ثلاثة أنت أخسهم لخيار
Engkau tidak menyisakan bagi kami sedikitpun dan seandainya engkau tidak menjawab dengan jawaban tersebut niscaya aku cela dirimu.... ; kemudian Asma' mengungkapkan: diantara ketiga orang pilihan, kebaikan anda masih di bawah kebaikan mereka ... (Thobaqot al-Kubro, Ibn Sa'ad, 8: 284) ; 'Ali memahami jawaban dari istrinya itu, dan menerimanya dengan sikap seorang ksatria, rosikhuuna fil 'lmi dan memiliki akhlaq utama....
(b) Zuhud dan qona'ah... inilah salah satu sosok yang zuhud dan qona'ah, yang mampu mengukir sejarah dan terpatri erat dalam benak umat Islam, bagaikan ukiran di atas batu yang tak mampu hilang oleh terpaan air dan angin, dia adalah Asma' binti Abu Bakr :
عَنْ هِشَامٍ أَخْبَرَنِى أَبِى عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِى بَكْرٍ قَالَتْ تَزَوَّجَنِى الزُّبَيْرُ وَمَا لَهُ فِى الأَرْضِ مِنْ مَالٍ وَلاَ مَمْلُوكٍ وَلاَ شَىْءٍ غَيْرَ فَرَسِهِ - قَالَتْ - فَكُنْتُ أَعْلِفُ فَرَسَهُ وَأَكْفِيهِ مَئُونَتَهُ وَأَسُوسُهُ وَأَدُقُّ النَّوَى لِنَاضِحِهِ وَأَعْلِفُهُ وَأَسْتَقِى الْمَاءَ وَأَخْرِزُ غَرْبَهُ وَأَعْجِنُ وَلَمْ أَكُنْ أُحْسِنُ أَخْبِزُ وَكَانَ يَخْبِزُ لِى جَارَاتٌ مِنَ الأَنْصَارِ وَكُنَّ نِسْوَةَ صِدْقٍ - قَالَتْ - وَكُنْتُ أَنْقُلُ النَّوَى مِنْ أَرْضِ الزُّبَيْرِ الَّتِى أَقْطَعَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَلَى رَأْسِى وَهْىَ عَلَى ثُلُثَىْ فَرْسَخٍ - قَالَتْ - فَجِئْتُ يَوْمًا وَالنَّوَى عَلَى رَأْسِى فَلَقِيتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَمَعَهُ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِهِ فَدَعَانِى ثُمَّ قَالَ « إِخْ إِخْ ». لِيَحْمِلَنِى خَلْفَهُ - قَالَتْ - فَاسْتَحْيَيْتُ وَعَرَفْتُ غَيْرَتَكَ فَقَالَ وَاللَّهِ لَحَمْلُكِ النَّوَى عَلَى رَأْسِكِ أَشَدُّ مِنْ رُكُوبِكِ مَعَهُ. قَالَتْ حَتَّى أَرْسَلَ إِلَىَّ أَبُو بَكْرٍ بَعْدَ ذَلِكَ بِخَادِمٍ فَكَفَتْنِى سِيَاسَةَ الْفَرَسِ فَكَأَنَّمَا أَعْتَقَتْنِى.
"Zubair menikahiku sedangkan dia tidak memiliki apa-apa kecuali kudanya. Akulah yang mengurus dan memberinya makan, dan aku pula yang mengairi pohon kurma, mencari air dan mengadon roti. Aku juga mengusung kurma yang dipotong Rasulullah dari tanahnya Zubair yang aku bawa di atas kepalaku sejauh dua pertiga farsakh (lbh krg 2 km). Pada suatu hari ketika aku sedang mengusung kurma di atas kepala, aku bertemu dengan Rasulullah bersama seseorang. Beliau berkata: Ikh ikh – ucapan tuk menghentikan unta – dengan maksud agar aku naik di belakangnya namun aku malu dan ingat zubair serta rasa cemburunya, maka beliau berlalu. Tatkala telah bertemu Zubair, aku kabarkan hal itu, dan dia berkata: Demi Alloh, engkau mengusung kurma tersebut lebih berat bagiku daripada engkau mengendarai kendaraan bersama beliau.; kemudian Asma berkata: Sampai akhirnya Abu Bakr mengirim pembantu setelah itu sehingga aku merasa cukup mengurusi kuda, seakan-akan dia telah membebaskanku. " (Hr. Musim, Shohih Muslim, 7: 11) ... Asma' binti Abu Bakr, sosok yang mencintai Alloh dan Rasul-Nya, juga mencintai suaminya karena Alloh, sosok yang zuhud dan qona'ah hingga menghantarkannya meraih kemuliaan dan keutamaan.... bahkan ketika kenikmatan telah menghampirinya tak lupa untuk tetap dalam kebaikan...
أخبرنا أبو أسامة عن هشام بن عروة عن فاطمة بنت المنذر عن أسماء بنت أبي بكر أنها كانت تمرض المرضة فتعتق كل مملوك لها أخبرنا أبو أسامة عن هشام عن فاطمة عن أسماء قالت كانت تقول لبناتها ولأهلها أنفقوا أو أنفقن وتصدقن ولا تنتظرن الفضل
Dari riwayat tersebut diketahui bahwa bila Asma' dalam kondisi sakit, beliau menunggu sembuh dan kemudian memerdekakan semua budaknya serta berkata kepada anaknya, "Berinfaklah dan bersedekahlah dan janganlah kalian menunggu banyaknya harta" (Thobaqot al-Kubro, Ibn Sa'ad, 8: 251-252) ... itu Asma' dengan segala kebaikannya dalam nuansa cinta meraih keutamaan hingga beroleh kebahagiaan, wa kaifa nahnu ?
(c) Memberikan kontribusi terbaik bagi din Islam ... wahai wadah bagi dua keadaan – rahmat & bencana – ingatkah kisah tentang seorang tua yang lemah, miskin dalam kesendirian yang senantiasa membersihkan masjid di salah satu sudut kota yang telah memancarkan cahaya kebenaran, sosok yang setelah di kubur pun, manusia terbaik dari para nabi dan utusan Sang Pencipta tetap mensholatkannya ??! ia adalah Ummu Mahjan, begitulah namanya – tanpa pernah disebutkan nama aslinya – sosok tua, lemah dan miskin yang telah memberikan kontribusi terbaik sepanjang hayatnya, hingga jenazahnya yang telah dikuburkanpun tetap disholatkan oleh Sang Pemberi Teladan .....
حدثنا سليمان بن حرب قال حدثنا حماد بن زيد عن ثابت عن أبي رافع عن أبي هريرة أن امرأة سوداء كان يقم المسجد فمات فسأل النبي صلى الله عليه و سلم عنه فقالوا مات قال ( أفلا كنتم آذنتموني به دلوني على قبره أو قال قبرها ) . فأتى قبرها فصلى عليها ... [ ش أخرجه مسلم في الجنائز باب الصلاة على القبر ( امرأة سوداء ) ورد أن اسمها أم محجن . ( يقم المسجد ) يكنسه ويلتقط منه الأوساخ . ( آذنتموني ) أعلمتموني حتى أصلي عليه ]
Dari riwayat tersebut diketahui, bahwa Rasulullah merasa kehilangan Ummu Mahjan, kemudian beliau bertanya kepada para sahabat, mereka menjawab bahwa Ummu Mahjan telah meninggal. Rasulullah kemudian mengingatkan : mengapa kalian tidak memberitahukan kepadaku? (hal ini mengindikasikan bahwa wafatnya Ummu Mahjan bukanlah hal yang sepele dihadapan Rasulullah saw) kemudian Rasul minta ditunjukkan letak kuburan Ummu Mahjan, dan kemudian setelah ada di hadapan kuburannya, Beliau saw mensholatinya (Hr. Bukhori, Shohih Bukhori, 1: 175) .…. Indahnya prilaku Ummu Mahjan, besarnya kontribusinya hingga manusia paling mulia yakni Muhammad saw merasa kehilangan dirinya dan serta merta mensholatkannya sekalipun Ummu Mahjan telah terbaring dalam kuburnya ….. Adakah kita telah memberikan yang terbaik bagi izzul Islam wal muslimin? Apakah kita jauh lebih lemah, tua dan miskin dari Ummu Mahjan, hingga merasa pantas mencari jutaan alasan tuk menghindari kebahagiaan hakiki menuju kehinaan abadi ? Masih adakah keinginan dalam diri kita tuk meraih kebahagiaan hakiki ? berkontribusilah bagi Islam……
(d) Gigih dalam menghadapi kesulitan... man yattaqillaHa yaj'al laHu makhrojan (ath-Thalaq 2), Pencipta Alam, Alloh swt., mengabarkan kepada hamba-Nya yang mentaati segala kewajiban dan menjauhi segala keharaman, mereka yang sedikit mengambil yang mubah dan bergembira dalam sunnah, bagi mereka akan diberikan jalan keluar/kemudahan dari segala urusannya....
Cukuplah Alloh pelindung bagi kita, yang memberikan kemudahan dalam tiap kesulitan... Rasulullah saw tatkala dalam kondisi yang sudah beruban masih mampu merobohkan sosok kafir Quraisy yang terkenal sbg benteng yang kokoh di Makkah (ar-Rosul al-Mu'allim – Syaikh Abd al-Fattah), tentu kondisinya waktu itu sulit, biidznillah, beliau mampu menghadapinya, subhanalloh....
Wahai mata yang hampir kering dari tetesan pertaubatan, ingatkah akan kisah seorang wanita yang tak luntur iman dan amal dalam menghadapi perihnya siksaan? ingatkah kisah Ummu Syuraik ?..... wahai hati yang masih mengharapkan kebaikan, inilah kisah hebat dari Ummu Syuraik
قالت أم شريك فجاءني أهل أبي العكر فقالوا لعلك على دينه قلت أي والله إني لعلي دينه قالوا لا جرم والله لنعذبنك عذابا شديدا فارتحلوا بنا من دارنا ونحن كنا بذي الخلصة وهو موضعنا فساروا يريدون منزلا وحملوني على جمل ثفال شر ركابهم وأغلظه يطعموني الخبز بالعسل ولا يسقوني قطرة من ماء حتى إذا انتصف النهار وسخنت الشمس ونحن قائظون فنزلوا فضربوا أخبيتهم وتركوني في الشمس حتى ذهب عقلي وسمعي وبصري ففعلوا ذلك بي ثلاثة أيام فقالوا لي في اليوم الثالث اتركي ما أنت عليه قالت فما دريت ما يقولون إلا الكلمة بعد الكلمة فأشير بإصبعي إلى السماء بالتوحيد قالت فوالله إني لعلي ذلك وقد بلغني الجهد إذ وجدت برد دلو على صدري فأخذته فشربت منه نفسا واحدا ثم انتزع مني فذهبت أنظر فإذا هو معلق بين السماء والأرض فلم أقدر عليه ثم دلي إلي ثانية فشربت منه نفسا ثم رفع فذهبت أنظر فإذا هو بين السماء والأرض ثم دلي إلي الثالثة فشربت منه حتى رويت وأهرقت على رأسي ووجهي وثيابي قالت فخرجوا فنظروا فقالوا من أين لك هذا يا عدوة الله قالت فقلت لهم إن عدوة الله غيري من خالف دينه وأما قولكم من أين هذا فمن عند الله رزقا رزقنيه الله قالت فانطلقوا سراعا إلى قربهم وأدواهم فوجدوها موكأة لم تحل فقالوا نشهد أن ربك هو ربنا وأن الذي رزقك ما رزقك في هذا الموضع بعد أن فعلنا بك ما فعلنا هو الذي شرع الإسلام فأسلموا وهاجروا جميعا إلى رسول الله وكانوا يعرفون فضلي عليهم وما صنع الله إلي
Ummu Syuraik berkata: maka datang keluarga Abu al-'Akr –keluarganya dari pihak suami, pen– kepadaku kemudian berkata,"jangan-jangan engkau telah memeluk dinnya (din Islam, agamanya Muhammad)"; Ummu Syuraik berkata: Demi Alloh, aku telah memeluk dinnya. Mereka berkata : Demi Alloh kami akan menyiksamu dengan siksaan yang amat berat. Kemudian mereka membawaku dari rumah kami, kami berada di Dzul Khalashoh –ada di shan'a– , mereka hendak membawaku ke sebuah tempat dengan mengendarai unta lemah yakni kendaraan mereka yang paling jelek dan kasar. Mereka memberiku makan dan madu akan tetapi tidak memberiku air...tatkala tengah hari dan matahari telah panas, mereka menurunkanku dan memukuliku, kemudian mereka meninggalkanku di tengah teriknya matahari hingga hampir hilang akalku, pendengaran dan penglihatanku. Mereka melakukan itu selama tiga hari. Ketika hari ketiga mereka berkata kepadaku : Tinggalkan agama yang telah kau pegang ! ; Ummu Syuraik berkata: Aku sudah tidak lagi dapat mendengar perkataan mereka kecuali satu demi satu kata dan aku hanya memberi isyarat dengan telunjukku ke langit sebagai isyarat tauhid ...... Ummu Syuraik melanjutkan: Demi Alloh, ketika aku dalam keadaan itu, ketika sudah berat aku rasakan, tiba-tiba aku mendapatkan dinginnya ember yang berisi air di atas dada, maka aku segera mengambil dan meminumnya sekali teguk, kemudian ember itu terangkat dan aku melihat ternyata ember tersebut menggantung antara langit dan bumi dan aku tidak mampu mengambilnya ; kemudian untuk kedua kali ember itu mendekatiku, maka aku minum darinya kemudian terangkat lagi, aku melihat ember tersebut berada antara langit dan bumi; kemudian untuk ketiga kalinya, ember itu menjulur kepadaku, maka aku minum darinya hingga cukup dan aku guyurkan ke kepala, wajah dan bajuku..... kemudian mereka keluar dan melihatku seraya berkata: Darimana engkau dapatkan air itu wahai musuh Alloh; Ummu Syuraik menjawab: Sesungguhnya musuh Alloh ialah selain diriku yang menyelisihi din-Nya. Adapun ucapan kalian dari mana air itu, maka itu adalah dari sisi Alloh yang direzekikan kepadaku .... kemudian mereka bersegera pergi melihat ember mereka dan mereka dapatkan bahwa ember itu masih tertutup rapat dan berlum terbuka. Maka mereka berkata : kami bersaksi bahwa Robb-mu adalah Robb kami dan kami bersaksi bahwa yang telah memberikan rezeki kepadamu di tempat ini setelah kami menyiksamu adalah Dia yang mensyari'atkan Islam..... maka berislamlah mereka dan semuanya berhijrah bersama Rasulullah dan mereka mengetahui keutamaanku atas mereka dan apa yang telah dilakukan Alloh terhadapku.... (Thobaqot al-Kubro, Ibn Sa'ad, 8: 155-156) ...... Subhanalloh haula ....
Teruntuk saudaraku yang telah menyempatkan diri membaca coretan sederhana ini..... Barokalloh Fikum .... dan takutlah kepada Alloh, Dzat yang menguasai "ubun-ubun" kita, Dzat yang bisa kapan saja mengakhiri episode kehidupan kita, khoirul 'Ilmi ma kanatil khosyah ma'ahu .....
Merajut cinta dan mengukir keutamaan pasti membutuhkan keikhlasan, kesabaran, kesungguhan dan ketelitian ..... tetaplah dalam kebaikan islam, dalam nuansa cinta menapaki jalan Sang Teladan menuju keutamaan agar beroleh kebahagiaan ... alloh ta'ala a'lam